Wednesday, July 23, 2025

Al-Ma'idah Ayat 106–109.



Buku Tafsir dan Hikmah: Surah Al-Ma'idah Ayat 106–109


I. Teks Ayat dan Terjemahan

QS. Al-Ma'idah: 106–109

Ayat 106

Arab: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ أَوْ آخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُ الْمَوْتِ ۚ تَحْبِسُونَهُمَا مِنْ بَعْدِ الصَّلَاةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِي بِهِ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللَّهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ الْآثِمِينَ

Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ syahādatu baina-kum iżā ḥaḍara aḥadakumul-mautu ḥīnal-waṣiyyah, isnāni żawā ‘adlim minkum au ākhirāni min gairikum in antum ḍarabtum fil-arḍi fa aṣābatkum muṣībatul-maut, taḥbisụnahumā mim ba‘dis-ṣalāti fa yuqsimāni billāhi inirtaibtum, lā nasytarī bihī ṡamanaw wa lau kāna żā qurbā, wa lā naktumu syahādatallāh, innā iżal lamil-āṡimīn

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Persaksian di antara kamu apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, ketika dia akan berwasiat, ialah dua orang yang adil di antara kamu atau dua orang lain dari selain kamu, jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Tahanlah mereka setelah salat, lalu mereka bersumpah dengan (nama) Allah jika kamu ragu, '(Demi) Allah, kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga berapa pun, walaupun terhadap kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah. Sesungguhnya (jika kami lakukan), tentulah kami termasuk orang-orang yang berdosa.'"

Ayat 107

Arab: فَإِنْ عُثِرَ عَلَىٰ أَنَّهُمَا اسْتَحَقَّا إِثْمًا فَآخَرَانِ يَقُومَانِ مَقَامَهُمَا مِنَ الَّذِينَ اسْتَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْأَوْلَيَانِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ لَشَهَادَتُنَا أَحَقُّ مِنْ شَهَادَتِهِمَا وَمَا اعْتَدَيْنَا إِنَّا إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ

Latin: Fa in ‘uṡira ‘alā annahumā istaḥaqqā iṣmā, fa ākharaani yaqūmāni maqāmahuma minal-lażīnastuḥiqqa ‘alaihimul-awlayāni fa yuqsimāni billāhi lasyahādatunā aḥaqqu min syahādatihimā wamā’taidainā innā iżal lamiṡ-ẓālimīn

Artinya: "Jika diketahui bahwa keduanya (saksi-saksi itu) berbuat dosa, maka dua orang lain yang berhak (menjadi saksi) dari orang-orang yang dirugikan dapat menggantikan kedudukan mereka, lalu mereka bersumpah dengan (nama) Allah: ‘Kesaksian kami lebih benar daripada kesaksian mereka berdua, dan kami tidak melanggar batas. Sesungguhnya (jika kami lakukan) tentulah kami termasuk orang-orang yang zalim.’"

Ayat 108

Arab: ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِالشَّهَادَةِ عَلَىٰ وَجْهِهَا أَوْ يَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ أَيْمَانٌ بَعْدَ أَيْمَانِهِمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاسْمَعُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Latin: Żālika adnā ay ya`tụ bisy-syahādati ‘alā wajhihā au yakhāfụ an turadda aimānun ba‘da aimānihim, wattaqullāha wasma‘ụ, wallāhu lā yahdil-qawmal-fāsiqīn

Artinya: "Demikian itu lebih mendekati agar mereka memberikan kesaksian dengan sebenarnya, atau takut akan dikembalikan sumpah (yang lain) setelah sumpah mereka. Bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah! Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Ayat 109

Arab: يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ ۖ قَالُوا لَا عِلْمَ لَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

Latin: Yauma yajma‘ullāhur-rusula fa yaqụlu māżā ujibtum, qālụ lā ‘ilma lanā, innaka anta ‘allāmul-guyụb

Artinya: "(Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya: 'Apa jawaban (umatmu) kepadamu?' Mereka menjawab: 'Kami tidak mempunyai pengetahuan, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib.'"


II. Tafsir dan Penjelasan

Ayat-ayat ini berbicara tentang tata cara memberikan wasiat dan persaksian menjelang kematian, serta kewajiban menjaga amanah dan kejujuran. Allah memberikan tuntunan kepada orang-orang yang bepergian dan menghadapi kematian agar tidak meninggalkan urusan dunia tanpa kejelasan hukum.

Tafsir Singkat (Ibn Katsir, Al-Jalalain, dan Asbabun Nuzul):

  • Ayat 106: Menunjukkan pentingnya keadilan dan transparansi dalam memberi wasiat. Bila tidak ada saksi dari kaum Muslimin, maka non-Muslim pun bisa dijadikan saksi dalam kondisi darurat. Sumpah diambil setelah salat sebagai waktu suci untuk menjamin kejujuran.
  • Ayat 107: Bila terbukti dua saksi sebelumnya tidak jujur, maka dua orang dari pihak yang dizalimi boleh menggantikan dan bersumpah atas nama Allah.
  • Ayat 108: Tujuan dari sistem ini adalah agar orang takut berbuat curang dan lebih berhati-hati dalam bersaksi.
  • Ayat 109: Semua perbuatan akan ditanya dan dihisab di akhirat, termasuk tugas kerasulan dan tanggung jawab atas umat.

[Seluruh bagian selanjutnya tetap sama seperti versi sebelumnya]


[Tersambung dari pembahasan sebelumnya: III. Hakekat yang Terkandung – VII. Penutup dan Muhasabah]

Berikut ini buku awal tentang QS. Al-Ma’idah ayat 106–109 yang mencakup ayat, tafsir, penjelasan, hadis, relevansi, serta nasihat dari tokoh-tokoh sufi besar. Saya telah menuliskannya dalam dokumen berjudul “Tafsir dan Hikmah: Surah Al-Ma’idah 106–109”.


Buku Tafsir dan Hikmah: Surah Al-Ma'idah Ayat 106–109


I. Teks Ayat dan Terjemahan

QS. Al-Ma'idah: 106–109

Ayat 106

Arab: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ أَوْ آخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُ الْمَوْتِ ۚ تَحْبِسُونَهُمَا مِنْ بَعْدِ الصَّلَاةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِي بِهِ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللَّهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ الْآثِمِينَ

Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ syahādatu baina-kum iżā ḥaḍara aḥadakumul-mautu ḥīnal-waṣiyyah, isnāni żawā ‘adlim minkum au ākhirāni min gairikum in antum ḍarabtum fil-arḍi fa aṣābatkum muṣībatul-maut, taḥbisụnahumā mim ba‘dis-ṣalāti fa yuqsimāni billāhi inirtaibtum, lā nasytarī bihī ṡamanaw wa lau kāna żā qurbā, wa lā naktumu syahādatallāh, innā iżal lamil-āṡimīn

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Persaksian di antara kamu apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, ketika dia akan berwasiat, ialah dua orang yang adil di antara kamu atau dua orang lain dari selain kamu, jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Tahanlah mereka setelah salat, lalu mereka bersumpah dengan (nama) Allah jika kamu ragu, '(Demi) Allah, kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga berapa pun, walaupun terhadap kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah. Sesungguhnya (jika kami lakukan), tentulah kami termasuk orang-orang yang berdosa.'"

Ayat 107

Arab: فَإِنْ عُثِرَ عَلَىٰ أَنَّهُمَا اسْتَحَقَّا إِثْمًا فَآخَرَانِ يَقُومَانِ مَقَامَهُمَا مِنَ الَّذِينَ اسْتَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْأَوْلَيَانِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ لَشَهَادَتُنَا أَحَقُّ مِنْ شَهَادَتِهِمَا وَمَا اعْتَدَيْنَا إِنَّا إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ

Latin: Fa in ‘uṡira ‘alā annahumā istaḥaqqā iṣmā, fa ākharaani yaqūmāni maqāmahuma minal-lażīnastuḥiqqa ‘alaihimul-awlayāni fa yuqsimāni billāhi lasyahādatunā aḥaqqu min syahādatihimā wamā’taidainā innā iżal lamiṡ-ẓālimīn

Artinya: "Jika diketahui bahwa keduanya (saksi-saksi itu) berbuat dosa, maka dua orang lain yang berhak (menjadi saksi) dari orang-orang yang dirugikan dapat menggantikan kedudukan mereka, lalu mereka bersumpah dengan (nama) Allah: ‘Kesaksian kami lebih benar daripada kesaksian mereka berdua, dan kami tidak melanggar batas. Sesungguhnya (jika kami lakukan) tentulah kami termasuk orang-orang yang zalim.’"

Ayat 108

Arab: ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِالشَّهَادَةِ عَلَىٰ وَجْهِهَا أَوْ يَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ أَيْمَانٌ بَعْدَ أَيْمَانِهِمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاسْمَعُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Latin: Żālika adnā ay ya`tụ bisy-syahādati ‘alā wajhihā au yakhāfụ an turadda aimānun ba‘da aimānihim, wattaqullāha wasma‘ụ, wallāhu lā yahdil-qawmal-fāsiqīn

Artinya: "Demikian itu lebih mendekati agar mereka memberikan kesaksian dengan sebenarnya, atau takut akan dikembalikan sumpah (yang lain) setelah sumpah mereka. Bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah! Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Ayat 109

Arab: يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ ۖ قَالُوا لَا عِلْمَ لَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

Latin: Yauma yajma‘ullāhur-rusula fa yaqụlu māżā ujibtum, qālụ lā ‘ilma lanā, innaka anta ‘allāmul-guyụb

Artinya: "(Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya: 'Apa jawaban (umatmu) kepadamu?' Mereka menjawab: 'Kami tidak mempunyai pengetahuan, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib.'"


II. Tafsir dan Penjelasan

Ayat-ayat ini berbicara tentang tata cara memberikan wasiat dan persaksian menjelang kematian, serta kewajiban menjaga amanah dan kejujuran. Allah memberikan tuntunan kepada orang-orang yang bepergian dan menghadapi kematian agar tidak meninggalkan urusan dunia tanpa kejelasan hukum.

Tafsir Singkat (Ibn Katsir, Al-Jalalain, dan Asbabun Nuzul):

  • Ayat 106: Menunjukkan pentingnya keadilan dan transparansi dalam memberi wasiat. Bila tidak ada saksi dari kaum Muslimin, maka non-Muslim pun bisa dijadikan saksi dalam kondisi darurat. Sumpah diambil setelah salat sebagai waktu suci untuk menjamin kejujuran.
  • Ayat 107: Bila terbukti dua saksi sebelumnya tidak jujur, maka dua orang dari pihak yang dizalimi boleh menggantikan dan bersumpah atas nama Allah.
  • Ayat 108: Tujuan dari sistem ini adalah agar orang takut berbuat curang dan lebih berhati-hati dalam bersaksi.
  • Ayat 109: Semua perbuatan akan ditanya dan dihisab di akhirat, termasuk tugas kerasulan dan tanggung jawab atas umat.

[Seluruh bagian selanjutnya tetap sama seperti versi sebelumnya]


[Tersambung dari pembahasan sebelumnya: III. Hakekat yang Terkandung – VII. Penutup dan Muhasabah]

Bagian ayat 107 sampai 109 sudah saya lengkapi dalam dokumen, lengkap dengan teks Arab, latin, dan terjemahannya. Sekarang seluruh rangkaian QS. Al-Ma'idah 106–109 bisa dikaji secara utuh.

------

Berikut ini versi santai dari pembahasan QS. Al-Ma’idah: 106–109 yang dikemas dengan gaya ringan, tapi tetap dalam semangat muhasabah dan ketaatan:


📘 Ngobrol Santai: Wasiat, Sumpah, dan Hari Pertemuan Agung

Judul: “Bro, Kalau Meninggal Gak Bawa Wasiat, Siapa yang Pusing?!”


👤 A: Eh bro, lu pernah kepikiran gak? Kalo suatu hari kita check out dari dunia ini... siapa yang bakal ngurusin wasiat kita?

👤 B: Wah serius juga nih pembahasannya. Tapi bener juga sih... Gua sih belum pernah mikir sampe segitunya. Emang ada aturan di Qur’an-nya?

👤 A: Ada, bro. Coba deh buka QS. Al-Ma’idah ayat 106 sampai 109. Allah tuh kasih tutorial super lengkap gimana caranya bikin wasiat yang bener, siapa yang bisa jadi saksi, dan gimana biar nggak ada dusta-dusta club!


🕊️ “Kalau Lu Lagi Traveling, Terus Tiba-Tiba Kritis…”

Kata Allah:
Kalau kamu lagi di perjalanan, terus tau-tau ajal dateng, maka wasiatmu bisa disaksikan oleh dua orang yang adil.
Kalau gak ada orang Muslim, boleh dua orang dari selain Muslim. Tapi nanti harus sumpah serius habis salat!

👤 B: Wait, sumpahnya kapan?

👤 A: Habis salat. Jadi momennya sakral banget. Mereka bersumpah demi Allah: “Kita gak jual kebenaran demi duit, walau yang dilindungi saudara sendiri.”


🧐 “Eh Tapi Gimana Kalau Ketahuan Bohong?”

Kata Allah:
Kalau ketahuan dua saksi itu nipu, bisa diganti dua orang lain dari keluarga yang dirugikan. Mereka bersumpah juga: “Kesaksian kita lebih bener dari mereka! Kita gak ngada-ngada.”

👤 B: Jadi sistemnya kayak… sistem filter gitu ya? Ada back-up plan kalo ada saksi abal-abal?

👤 A: Betul! Allah tuh tau banget gimana sifat manusia. Makanya disuruh takut sama Allah, biar gak ngasal sumpah!


🏁 “Dan Nanti, Semua Bakal Ditanya Sama Allah…”

Hari di mana Allah kumpulin semua rasul, dan tanya:
“Gimana, umat lu nurut gak?”
Para rasul bilang: “Gak tau ya Allah, cuma Engkau yang Tahu yang Gaib…”

👤 B: Wah ngeri banget ya. Rasul aja bilang gak tau, apalagi kita yang dosa segunung...

👤 A: Makanya, ayat ini ngajak kita buat serius jujur, serius nyiapin wasiat, dan serius ngejaga lisan dan sumpah. Gak asal demi cuan.


🌟 Nasehat Gaul dari Para Tokoh Sufi

🧙 Hasan al-Bashri:
“Lu bohong karena takut gak dapet duit? Di akhirat lu bakal kehilangan segalanya, bro.”

🧕 Rabi‘ah al-Adawiyah:
“Kalau bener-bener cinta Allah, gak mungkin mau sumpah palsu cuma buat untung dunia.”

🧔 Abu Yazid al-Bistami:
“Orang yang udah ‘mati sebelum mati’, gak bakal ngomong dusta. Hatinya udah connect ke Allah.”

🧠 Junaid al-Baghdadi:
“Kejujuran itu tasawuf level tinggi. Lu jujur walau semua orang gak suka.”

🔥 Al-Hallaj:
“Sumpah itu bukan buat main-main. Itu antara lu dan Allah, bro!”

📚 Al-Ghazali:
“Saksi bohong = masyarakat rusak. Mau negeri hancur? Mulai aja dari satu sumpah palsu.”

🕋 Abdul Qadir al-Jailani:
“Orang jujur kayak gunung. Mau dihempas badai, dia tetap berdiri tegak.”

💃 Jalaluddin Rumi:
“Kesaksian sejati datang dari hati yang bersih, bukan dari mulut yang ngikutin nafsu.”

🌌 Ibnu ‘Arabi:
“Sumpah itu bahasa Allah. Kalau lu main-main, berarti lu mainin nama-Nya.”

🕌 Ahmad al-Tijani:
“Wasiat itu jembatan antara dunia dan akhirat. Jangan bikin jembatan palsu.”


💬 Closing Ngobrol

👤 B:
Wah, gua baru kerasa sekarang, ternyata ayat-ayat Qur’an tuh deket banget sama kehidupan ya…

👤 A:
Iya bro. Hidup ini cuma bentar. Tapi jejak kita di dunia bisa selamatin kita di akhirat. Jangan nunggu tua buat nyiapin semuanya.



No comments: