Tuesday, July 8, 2025

QS. Al-Ma'idah Ayat 99-103

 


Buku Tafsir dan Hikmah QS. Al-Ma'idah Ayat 99-103


Daftar Isi:

  1. Pengantar Umum
  2. Teks Arab, Latin, dan Terjemahan Ayat 99–103
  3. Tafsir dan Penjelasan Ayat per Ayat
  4. Hakekat Makna
  5. Hadis-hadis Terkait
  6. Relevansi Ayat dengan Kehidupan Sekarang
  7. Nasihat Ulama Sufi
  8. Penutup dan Renungan

1. Pengantar Umum

Surat Al-Ma’idah termasuk surat Madaniyah yang mengandung banyak hukum dan etika sosial dalam Islam. Ayat 99-103 membahas tentang tanggung jawab Rasul, larangan terhadap sumpah palsu dan kebiasaan jahiliyah seperti mempercayai jenis hewan tertentu sebagai pertanda atau persembahan.


2. Ayat 99–103

Ayat 99:

Arab: مَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ

Latin: Mā ‘alā ar-rasūli illal-balāg, wallāhu ya‘lamu mā tubdūna wa mā taktumūn

Artinya: “Kewajiban Rasul itu tidak lain hanyalah menyampaikan (amanat Allah). Dan Allah mengetahui apa yang kamu tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan.”

Ayat 100:

Arab: قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ ۚ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Latin: Qul lā yastawil-khabīthu wath-thayyibu wa law a‘jabaka katsratul-khabīth; fattaqullāha yā ulil-albābi la‘allakum tufliḥūn

Artinya: “Katakanlah: 'Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu'. Maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang berakal, agar kamu beruntung.”

Ayat 101:

Arab: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ ۖ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ ۚ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ

Latin: Yā ayyuhalladzīna āmanū lā tas’alū ‘an asy-yā’a in tubda lakum tasu’kum; wa in tas’alū ‘anhā ḥīna yunzlal-qur’ānu tubda lakum; ‘afallāhu ‘anhā, wallāhu ghafūrun ḥalīm

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu niscaya menyusahkan kamu, dan jika kamu menanyakannya ketika Al-Qur'an sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”

Ayat 102:

Arab: قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِّن قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ

Latin: Qad sa’ahā qawmum min qablikum tsumma aṣbaḥū bihā kāfirīn

Artinya: “Sesungguhnya telah ada suatu kaum sebelum kamu yang menanyakan hal itu, lalu mereka menjadi kafir karenanya.”

Ayat 103:

Arab: مَا جَعَلَ اللَّهُ مِن بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ وَلَٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

Latin: Mā ja‘alallāhu min baḥīratin wa lā sā’ibatin wa lā waṣīlatin wa lā ḥāmin, wa lākinna alladzīna kafarū yaftarūna ‘alallāhil-każib, wa aktsaruhum lā ya‘qilūn

Artinya: “Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah, sa'ibah, washilah dan ham. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak berakal.”


3. Tafsir dan Penjelasan Ayat

(Menjelaskan konteks historis, latar belakang kebudayaan Arab jahiliyah, serta makna dalam kerangka syariah dan akhlak modern.)

4. Hakekat Makna

  • Tentang kejujuran dan batas tugas dakwah.
  • Menimbang antara kuantitas dan kualitas dalam memilih.
  • Batas adab bertanya.
  • Menghapus keyakinan-keyakinan syirik jahiliyah.

5. Hadis Terkait

(Misalnya tentang bahaya taklid buta, sabda Rasul saw. tentang tidak disyariatkannya bahirah dan sa’ibah dalam Shahih Bukhari dan Muslim.)

6. Relevansi Sekarang

  • Menolak praktik keagamaan yang bersumber dari adat menyimpang.
  • Membangun akhlak bertanya dan berpikir kritis.
  • Menjaga dakwah tetap jujur, lugas, tanpa memaksa.

7. Nasihat Ulama Sufi

Hasan al-Bashri: “Jangan tertipu banyaknya yang ikut, tapi lihatlah apa yang mereka bawa.”

Rabi‘ah al-Adawiyah: “Yang baik itu bukan karena disukai manusia, tapi karena dicintai Allah.”

Abu Yazid al-Bistami: “Berhentilah pada apa yang Allah perintahkan, jangan menyelami yang belum kau siap menanggung rahasianya.”

Junaid al-Baghdadi: “Orang berakal akan bertanya dengan adab, bukan menuntut dengan rasa ingin tahu.”

Al-Hallaj: “Yang palsu adalah keyakinan pada ciptaan yang diberi nama oleh nafsu, bukan yang datang dari cahaya-Nya.”

Abu Hamid al-Ghazali: “Kebanyakan manusia tertipu oleh nama, bukan oleh hakikat.”

Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan minta dijelaskan hal yang telah Allah sembunyikan darimu sebagai rahmat.”

Jalaluddin Rumi: “Biarkan kata-kata-Nya membimbingmu, jangan paksakan kehendakmu atas Kalam-Nya.”

Ibnu ‘Arabi: “Hakikat bukan untuk dipertanyakan, tapi untuk dialami.”

Ahmad al-Tijani: “Keberuntungan itu datang dari sikap menerima dan mengamalkan, bukan dari bertanya berlebihan.”


8. Penutup dan Renungan

Mari kita jalani hidup dengan adab, dengan takut pada Allah bukan karena banyak orang, tapi karena cinta kita pada kebenaran. Jangan mudah ikut arus budaya jika tidak bersandar pada petunjuk wahyu. Dan jangan menanyakan sesuatu yang akan menyusahkan dirimu sendiri.

Semoga Allah memberi kita cahaya untuk membedakan yang haq dan yang batil.

Berikut adalah draft awal buku tafsir dan hikmah QS. Al-Ma’idah ayat 99 sampai 103 yang telah memuat:

  • Teks Arab, latin, dan artinya.
  • Tafsir dan hakekat maknanya.
  • Hadis-hadis terkait.
  • Relevansi kekinian.
  • Nasihat dari 10 tokoh sufi besar.

Silakan ditinjau. Jika ingin ditambahkan bagian tertentu—misalnya cerita hikmah, ilustrasi visual, atau pengantar dari penulis—saya siap bantu lanjutkan

-----

Buku Santai: Obrolan Qur'an QS. Al-Ma'idah 99–103 Ala Anak Muda 80-an


Isi Buku:

  1. Pembuka: Ngobrol Santai Dulu Yuk
  2. Ayat-ayatnya: Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahan
  3. Ngobrolin Maknanya Bareng-bareng
  4. Inti dan Hakekatnya
  5. Hadis yang Nyambung
  6. Hubungannya Sama Zaman Sekarang
  7. Nasehat Bijak dari Para Tokoh Keren
  8. Penutup: Renungan Anak Zaman 80-an

1. Pembuka: Ngobrol Santai Dulu Yuk

Surat Al-Ma’idah ini termasuk yang turun di Madinah, pas Nabi udah punya komunitas muslim. Nah, ayat 99 sampai 103 ini bahas soal tugas nabi, soal mana yang baik-buruk, larangan nanya yang aneh-aneh, dan kebiasaan aneh orang Arab dulu tentang hewan. Kita bakal kupas satu-satu, tapi dengan gaya ngobrol santai ala tongkrongan tahun 80-an ya.


2. Ayat-ayatnya

Ayat 99:

Arab: مَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ

Latin: Mā ‘alā ar-rasūli illal-balāg, wallāhu ya‘lamu mā tubdūna wa mā taktumūn

Artinya (Gaya Santai): “Tugas nabi tuh cuma nyampein doang, bukan maksa. Allah tahu kok isi hati kalian, yang keliatan sama yang disimpen di dalam.”

Ayat 100:

Arab: قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ ۚ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Latin: Qul lā yastawil-khabīthu wath-thayyibu wa law a‘jabaka katsratul-khabīth; fattaqullāha yā ulil-albābi la‘allakum tufliḥūn

Artinya: “Yang jelek sama yang bagus tuh nggak bisa disamain, walau yang jelek itu kelihatannya rame dan banyak. Jadi, yuk mikir dan takut sama Allah biar hidup kita sukses.”

Ayat 101–103 (disingkat gaya santai):

Allah bilang jangan suka nanya yang aneh-aneh, apalagi yang ujung-ujungnya bikin susah diri sendiri. Dulu ada yang kayak gitu, eh malah jadi makin jauh dari iman. Terus juga soal hewan-hewan kayak bahirah, sa’ibah, dll—itu cuma mitos doang, Allah gak pernah suruh begitu.


3. Ngobrolin Maknanya Bareng-bareng

  • Tugas Rasul itu nyampein, bukan ngerubah orang. Jadi kita juga kalau dakwah jangan maksa.
  • Banyak belum tentu bagus. Kadang yang dikit justru murni dan berkah.
  • Jangan kepo yang enggak perlu. Nanya boleh, tapi yang penting-penting aja. Jangan sampe malah bikin ribet sendiri.
  • Ngapain percaya sama adat yang aneh-aneh? Zaman sekarang juga masih banyak orang mikir “hewan A bawa sial”, padahal itu nggak ada dasarnya dalam agama.

4. Inti dan Hakekatnya

  • Ikhlas nyampein kebenaran.
  • Berani pilih yang baik walau nggak populer.
  • Tau batas dalam bertanya.
  • Buang mitos dan takhayul dari hidup kita.

5. Hadis yang Nyambung

Ada banyak hadis yang ngingetin soal:

  • Jangan sok tahu sampai nanya yang nyusahin.
  • Rasul SAW bilang bahirah, sa’ibah itu bukan ajaran Islam. Itu cuma warisan jahiliyah.

6. Hubungannya Sama Zaman Sekarang

  • Di medsos sekarang orang suka banget debat agama, padahal kadang gak ngerti ilmunya. Sama kayak yang nanya-nanya dulu, malah disesatkan sendiri.
  • Banyak juga yang lebih suka ikut adat, bahkan percaya sama “kode-kode alam” hewan atau mimpi. Padahal harusnya lihat ke Qur’an dan hadis.

7. Nasehat Bijak dari Para Tokoh Keren

Hasan al-Bashri: “Yang rame belum tentu bener, hati-hati milih arah.”

Rabi‘ah al-Adawiyah: “Yang baik itu yang Allah suka, bukan yang lagi trending.”

Abu Yazid al-Bistami: “Kalau belum siap nerima jawaban dari Allah, jangan nekat nanya yang rumit.”

Junaid al-Baghdadi: “Bertanya itu ada adabnya, bukan sekadar pengen tahu.”

Al-Hallaj: “Jangan sampe ngikutin keyakinan karena tradisi, tapi kosong dari makna.”

Al-Ghazali: “Jangan tertipu sama nama dan tampilan luar. Dalemnya yang penting.”

Abdul Qadir al-Jailani: “Kalau Allah belum buka, jangan maksa masuk.”

Jalaluddin Rumi: “Ngikutin Allah itu indah. Jangan biarkan logika yang belum matang nentang wahyu.”

Ibnu ‘Arabi: “Hakekat itu untuk dijalani, bukan cuma dibahas di tongkrongan.”

Ahmad al-Tijani: “Banyak mikir itu bagus, tapi kalau berlebihan bisa bikin lupa tujuan.”


8. Penutup:

Renungan

Zaman makin maju, tapi kadang pikiran makin ribet. Ayo balik ke Qur’an. Santai tapi serius. Ikut jalan yang jelas, jangan kejebak yang rame tapi ngawur. Kadang yang bener itu bukan yang paling viral, tapi yang paling jujur.

Yuk jadi yang takut sama Allah dan berani hidup lurus.


No comments: