Judul: Larangan Mencukur Rambut dan Kuku Bagi yang Hendak Berkurban
Pengantar
Ibadah kurban adalah bagian dari ajaran tauhid yang sangat mulia. Tidak hanya menyembelih hewan, tetapi juga menyucikan niat dan meneladani ketaatan Nabi Ibrahim. Salah satu adabnya adalah larangan mencukur rambut dan memotong kuku bagi orang yang berniat berkurban, mulai dari tanggal 1 Dzulhijjah sampai hewannya disembelih. Buku kecil ini akan membahas secara tuntas dasar hukumnya, hikmah di baliknya, serta nasihat para wali Allah.
---
Bab 1: Dalil Hadis tentang Larangan Mencukur Rambut dan Kuku
Hadis Shahih:
> Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila kalian telah melihat hilal Dzulhijjah dan salah satu dari kalian hendak berkurban, maka hendaklah ia tidak memotong rambut dan kukunya sedikit pun sampai ia menyembelih hewan kurbannya."
(HR. Muslim no. 1977)
Penjelasan: Hadis ini menunjukkan larangan langsung dari Nabi kepada orang yang berniat kurban, bukan seluruh kaum muslimin. Larangan ini dimulai sejak masuknya bulan Dzulhijjah hingga waktu penyembelihan kurban.
---
Bab 2: Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan
1. Surah Al-Hajj ayat 34:
> “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah atas binatang ternak yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka...”
Makna: Kurban adalah syariat universal dalam ajaran tauhid.
2. Surah Al-Baqarah ayat 196:
> “Dan jangan kamu mencukur kepalamu sebelum hewan kurban sampai di tempat penyembelihan...”
Makna: Ayat ini aslinya tentang haji, tapi menunjukkan adanya adab menyelaraskan fisik dengan ibadah kurban — tidak memotong rambut sebagai bentuk tunduk pada aturan Allah.
---
Bab 3: Hikmah Larangan Ini
1. Meniru para jamaah haji yang berihram — menunjukkan solidaritas batin antara yang berkurban di rumah dan yang berhaji.
2. Melambangkan penyerahan diri kepada Allah — seperti hewan yang diserahkan, manusia pun menunjukkan ketundukan.
3. Menghormati bulan Dzulhijjah dan ibadah kurban — dengan menahan diri dari hal-hal duniawi.
4. Latihan kesabaran dan disiplin — tidak semua keinginan boleh dituruti demi taat kepada syariat.
---
Bab 4: Relevansi di Zaman Sekarang
Di zaman modern, banyak orang tidak paham makna simbolis kurban. Kurban hanya dianggap menyembelih, padahal mengandung latihan jiwa.
Larangan ini juga menjadi pengingat agar berniat secara sadar saat berkurban.
Banyak yang sibuk dengan penampilan luar (potong rambut, manikur, dll), padahal Allah melihat ketaatan dan kesabaran hati.
Membuka peluang untuk berdakwah tentang adab kurban di media sosial dan pengajian kekinian.
---
Bab 5: Nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani
> "Tinggalkan potongan dunia walau sehelai rambut, jika engkau ingin kurbanmu naik ke langit sebagai amal yang diterima."
Makna: Menahan diri dari mencukur rambut adalah simbol menahan diri dari keinginan duniawi demi ketaatan kepada Allah.
> "Jangan potong kuku, potonglah ego. Jangan potong rambut, potonglah hawa nafsu."
---
Bab 6: Nasihat Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari
> "Ketaatan itu bukan pada besar kecilnya amalan, tapi pada kesungguhan dalam menaati perintah-Nya walau sekecil larangan memotong kuku."
> "Barangsiapa menahan diri karena Allah walau sedikit, maka Allah akan membuka baginya pintu-pintu kemuliaan."
---
Bab 7: Tanya Jawab Seputar Larangan Ini
Q: Apakah larangan ini wajib atau sunnah?
A: Mayoritas ulama (Syafi’i, Hanafi) mengatakan sunnah muakkadah, tetapi sebagian (Hanbali) mengatakan wajib. Maka, sebaiknya ditinggalkan sebagai bentuk kehati-hatian.
Q: Apakah larangan ini berlaku untuk semua anggota keluarga?
A: Tidak. Larangan hanya berlaku untuk orang yang membeli atau menyumbang hewan kurban, bukan untuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika mereka juga berniat menyumbang sendiri.
---
Penutup
Larangan mencukur rambut dan kuku bagi yang hendak berkurban adalah bagian dari adab ibadah yang penuh makna. Ia bukan sekadar menahan diri, tetapi juga bentuk penghambaan total kepada Allah. Sebuah pesan tauhid: bahwa yang sedikit jika dilakukan karena Allah, lebih besar nilainya daripada yang banyak namun tanpa taat.
---
Semoga buku ini menjadi pengingat bagi hati, penuntun bagi amal, dan jalan bagi taqarrub kepada Allah.
No comments:
Post a Comment