Saat Nuzulul Qur'an, yaitu ketika Al-Qur'an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ di Gua Hira, keadaan langit dan bumi digambarkan dalam beberapa riwayat dan tafsir sebagai momen luar biasa yang penuh dengan keagungan dan keistimewaan.
-
Langit Dipenuhi Penjagaan Malaikat
Sebelum Al-Qur'an diturunkan, jin dan setan dapat naik ke langit untuk mencuri berita dari para malaikat. Namun, ketika wahyu mulai diturunkan, Allah memperketat penjagaan langit dengan mengutus malaikat dan menjadikannya terlarang bagi jin. Ini disebutkan dalam QS. Al-Jinn: 8-9:
"Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mencapai langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit untuk mendengar-dengarkan, tetapi sekarang siapa yang mencoba mendengar, pasti akan menemui panah api yang mengintai." -
Turunnya Cahaya Ilahi
Beberapa ulama tafsir menjelaskan bahwa ketika wahyu pertama turun, cahaya dari langit menerangi gua Hira, dan suasana sekitar dipenuhi keberkahan. -
Gemetar dan Ketakutan Nabi Muhammad ﷺ
Dalam riwayat HR. Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad ﷺ mengalami ketakutan luar biasa ketika malaikat Jibril datang dengan wahyu pertama (QS. Al-'Alaq: 1-5). Beliau bergegas pulang dengan tubuh gemetar dan meminta istrinya, Khadijah, untuk menyelimuti beliau. -
Kondisi Bumi yang Penuh Kedzaliman
Sebelum Al-Qur'an diturunkan, dunia dipenuhi dengan kejahiliyahan—penyembahan berhala, ketidakadilan, dan kebodohan. Nuzulul Qur'an menjadi titik awal perubahan besar bagi umat manusia.
Jadi, saat Nuzulul Qur'an, langit dijaga ketat dari gangguan jin, bumi dalam keadaan jahiliyah, dan di dalam Gua Hira, Nabi menerima wahyu dengan pengalaman spiritual yang sangat mendalam.
No comments:
Post a Comment