Monday, June 16, 2025

QS Al-Ma'idah Ayat 5.


 

Judul: Hakikat QS Al-Ma'idah Ayat 5

Ayat Al-Qur'an: QS Al-Ma'idah: 5

"Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya sebagai perempuan simpanan. Barang siapa yang ingkar kepada iman, maka sungguh, sia-sialah amalnya, dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi."

Makna Umum: Ayat ini menggariskan batasan-batasan halal dalam makanan dan pernikahan, namun di akhir ayat Allah mengingatkan bahwa keimanan adalah syarat utama keselamatan akhirat. Maka, segala kebolehan dan kemudahan itu tidak berarti bila tidak dilandasi dengan keimanan sejati.


Hadis Terkait: Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan hartamu, tetapi Dia melihat kepada hati dan amalmu." (HR. Muslim)

Ini menunjukkan bahwa keimanan dan niat adalah inti dari semua amal, sebagaimana disebut dalam penutup ayat.


Hikmah dan Nasehat Para Arif Billah:

  1. Hasan al-Bashri: "Iman itu bukan dengan angan-angan dan bukan pula dengan hiasan, tapi iman adalah apa yang mantap di hati dan dibenarkan oleh amal. Maka janganlah kau tertipu dengan halal jika imanmu lemah."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cinta kepada Allah membuatku tak tergoda oleh kemudahan duniawi, bahkan dalam perkara yang halal. Aku hanya ingin Dia, bukan dunia atau kenikmatannya."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Aku mencari Allah dalam makanan halal dan haram, dan aku temukan bahwa yang benar-benar menyucikan adalah rasa lapar yang diisi dengan zikir dan iman."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Keimanan itu seperti anggur, halal dan manis. Tapi tanpa keteguhan dan akhlak, ia bisa memabukkan ego. Maka, iman yang sejati tampak dalam kesopanan di hadapan halal sekalipun."

  5. Al-Hallaj: "Cinta sejati pada Allah menghapuskan segala ego atas halal dan haram. Yang tinggal hanyalah kehendak-Nya. Maka orang beriman adalah yang kehilangan dirinya dalam kehendak Tuhannya."

  6. Abu Hamid al-Ghazali: "Hati yang beriman akan memandang halal sebagai jalan bersyukur, bukan untuk menuruti hawa nafsu. Maka berhati-hatilah, karena yang halal bisa menjadi dosa jika tanpa niat syukur."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Janganlah kau tertipu oleh apa yang dihalalkan, karena syaitan pun menghalalkan langkahnya lewat pintu-pintu yang dibolehkan. Hati-hati dengan lintasan hati. Pegang erat keimananmu."

  8. Jalaluddin Rumi: "Dalam cinta, halal dan haram berubah menjadi bahasa kerinduan. Tapi ingat, tanpa iman, bahkan cinta bisa menyesatkan. Maka peganglah imanmu, lalu cintailah Allah dengan halal."

  9. Ibnu 'Arabi: "Halal adalah pakaian zahir syariat. Namun makrifat adalah jiwa yang menjiwakannya. Jika engkau hanya memakan yang halal tapi hatimu tidak mengenal Allah, kau belum benar-benar hidup."

  10. Ahmad al-Tijani: "Halal dan keimanan adalah dua pilar perjalanan suluk. Tapi jangan kau abaikan bahwa iman adalah cahaya yang menerangi seluruh amal. Tanpa cahaya itu, segalanya menjadi gelap dan sia-sia."


Penutup: QS Al-Ma’idah ayat 5 tidak hanya memberi izin dalam urusan dunia, tapi juga peringatan keras di akhir ayat bahwa iman adalah penentu keselamatan. Para arif billah dari generasi ke generasi telah mengingatkan kita bahwa keimanan sejati adalah sumber dari makna hidup yang sesungguhnya. Maka, mari kita jadikan halal sebagai jalan mendekat, bukan sekadar kebolehan, dan iman sebagai cahaya dari setiap langkah.

Sudah saya buatkan buku tentang Hakikat QS Al-Ma’idah ayat 5 lengkap dengan ayat, hadis, dan nasehat dari 10 tokoh sufi besar. 

------


No comments: