Saturday, September 6, 2025

Sholawat: Tarian Jiwa Menuju Cahaya Nabi

 Tentu, berikut ini adalah artikel berbentuk bacaan koran yang lengkap berdasarkan permintaan Anda.


---


Harian Cahaya Umat Edisi Khusus:Tasawuf & Tradisi Rabu,6 September 2025


Sholawat: Tarian Jiwa Menuju Cahaya Nabi


Oleh: M. Djoko Ekasanu


RINGKASAN REDAKSI: Artikel ini membedah makna mendalam dari pernyataan "Sholawat adalah tarian jiwa menuju cahaya Nabi." Istilah "tarian jiwa" di sini bukanlah gerak fisik, melainkan sebuah metafora Sufistik untuk menggambarkan gerakan spiritual hati (qalb) yang penuh cinta (mahabbah), kerinduan (syauq), dan kekaguman yang meluap-luap kepada Rasulullah SAW. Gerakan ini mengarahkan seorang salik (penempuh jalan spiritual) untuk semakin dekat dengan "cahaya" (nur) hakikat dan akhlak Nabi Muhammad SAW, yang pada akhirnya membawanya kepada manifestasi cahaya Ilahi.


LATAR BELAKANG MASALAH: Di era modern, praktik bersholawat seringkali direduksi menjadi sekadar ritual formal, bacaan tanpa penghayatan, atau bahkan dikaitkan dengan bid'ah semata. Esensi spiritualnya yang dalam, yang menjadi jantung tradisi tasawuf Ahlussunnah wal Jama'ah, sering terabaikan. Konsep "cinta kepada Nabi" berhenti pada deklarasi lisan, tanpa terwujud dalam transformasi akhlak dan pendakian spiritual menuju Allah SWT.


INTISARI MASALAH: Terjadi kesenjangan pemahaman antara dimensi syariat (hukum) dan hakikat (esensi) dari sholawat. Banyak umat yang melaksanakan syariatnya tetapi kehilangan ruhnya, sehingga manfaat transformatif dari sholawat tidak dirasakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.


SEBAB TERJADINYA MASALAH: Kurangnya pendalaman ilmu tasawuf dan akhlak, serta kuatnya pengaruh pemikiran yang hanya menekankan dimensi hukum-hukum lahiriyah (fiqih) sambil mengesampingkan dimensi batiniah (ihsan).


MAKNA JUDUL:


· Tarian Jiwa: Melambangkan keleluasaan, keindahan, keriangan, dan gerak dinamis hati yang diiringi oleh irama cinta dan kerinduan. Ini adalah keadaan ecstatic (wajd) dalam dzikir.

· Menuju: Menunjukkan proses (suluk) yang berkesinambungan, bukan tujuan yang instan.

· Cahaya Nabi: Merupakan manifestasi dari Nur Muhammad, yang merupakan sumber ilham, petunjuk, akhlak mulia, dan perantara pencerahan spiritual dari Allah SWT.


MAKNA, HAKEKAT, DAN TAFSIR: Secara bahasa, sholawat dari Allah berarti rahmat, dari malaikat berarti permohonan ampunan, dan dari umat berarti doa untuk Nabi. Namun, secara hakikat, sholawat adalah sebuah metode dzikir untuk menyucikan jiwa, memusatkan kecintaan, dan menyelaraskan seluruh eksistensi diri dengan teladan Nabi. "Cahaya Nabi" ditafsirkan para sufi sebagai hakikat ruhani Muhammad yang telah ada sebelum penciptaan alam, yang menjadi sebab dan tujuan penciptaan. "Menari" menuju cahaya itu berarti membersihkan hati dari selain Allah dan Nabi-Nya sehingga hati menjadi cermin yang memantulkan akhlak dan cahaya tersebut.


TUJUAN DAN MANFAAT: Tujuannya adalah mencapai ma'rifatullah (mengenal Allah) melalui mahabbaturrasul (cinta kepada Rasul). Manfaatnya antara lain: hati menjadi tenang, akhlak mulia (takhalluq bi akhlaqillah) terwujud, mendapatkan syafa'at Nabi di dunia dan akhirat, serta kehidupan dipenuhi dengan keteduhan dan keberkahan.


DALIL:


· Al-Qur'an: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56). Ayat ini menunjukkan bahwa sholawat adalah aktivitas kosmis, bukan sekadar perintah untuk umat.

· Hadis: "Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali." (HR. Muslim). Ini menunjukkan keutamaan dan multiplikasi rahmat Ilahi.


ANALISIS DAN ARGUMENTASI: Pernyataan ini adalah puncak dari pengalaman spiritual para sufi. Mereka tidak memandang Nabi Muhammad SAW sebagai figura historis semata, tetapi sebagai realitas hidup dan cahaya yang selalu menyinari hati para pecinta. "Tarian" adalah ekspresi logis dari hati yang telah dipenuhi cinta, sebagaimana seseorang yang mendengar musik indah tidak bisa berdiam diri. Gerakan ini adalah gerakan taqarrub (mendekatkan diri) yang aktif dan penuh semangat.


RELEVANSI SAAT INI: Di tengah dunia yang penuh dengan kegaduhan materialistik, kecemasan, dan keringnya spiritualitas, "tarian jiwa" melalui sholawat menjadi terapi yang sangat relevan. Ia menawarkan ketenangan, pencerahan, dan panduan akhlak untuk menjawab tantangan zaman. Komunitas-komunitas sholawat yang tumbuh subur adalah bukti nyata bahwa jiwa-jiwa modern haus akan sentuhan spiritual semacam ini.


NASIHAT DARI PARA SUFI:


· Imam Al-Ghazali: "Bersholawatlah dengan hati yang hadir, memahami maknanya, karena itu adalah kunci untuk membuka pintu ma'rifah."

· Jalaluddin Rumi: "Bersholawat adalah sangkakala yang membangunkan hati yang tertidur untuk mengenali Kekasih Sejati."

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Sholawat adalah mi'rajnya orang mukmin untuk bertemu dengan ruhani Nabi."

· Rabi'ah al-Adawiyah: "Cintaku kepada Nabi adalah perahu yang membawaku melintasi lautan dosa menuju pantai rahmat-Nya."

· Abu Yazid al-Bistami: "Jiwa yang bersholawat dengan khusyuk adalah jiwa yang melebur dalam cahaya Sang Pemberi Cahaya."


MUHASABAH DAN CARANYA: Sudahkah sholawat kita menghidupkan hati atau hanya menjadi rutinitas bibir? Cara bermuhasabah: (1) Perbaiki niat, hanya untuk Allah dan mencintai Nabi-Nya. (2) Hadirkan hati dan pahami makna setiap lafaz. (3) Bayangkan keagungan Nabi. (4) Lihat hasilnya dalam perubahan akhlak kita sehari-hari: apakah kita menjadi lebih jujur, penyayang, sabar, dan tawadhu'?


DOA: Ya Allah, limpahkan sholawat dan salam yang sempurna kepada junjungan kami Nabi Muhammad, cahaya-Mu yang menerangi alam semesta. Jadikanlah sholawat kami sebagai tangga untuk mendekat kepada-Mu dan sebagai pembersih hati kami. Tanamkanlah cinta hakiki kepada Nabi-Mu dalam relung hati kami, dan pertemukanlah kami dengannya dalam mimpi dan di akhirat kelak. Amin, Ya Rabbal 'Alamin.


KESIMPULAN: "Sholawat adalah tarian jiwa menuju cahaya Nabi" adalah sebuah pernyataan filosofis-spiritual yang merangkum esensi perjalanan seorang muslim. Ia adalah jalan untuk merasakan kehadiran Nabi yang hidup dalam hati, mentransformasi akhlak, dan pada akhirnya mencapai ma'rifatullah. Marilah kita menjadikan sholawat bukan hanya sebagai bacaan, tetapi sebagai meditasi dan tarian jiwa yang menghidupkan ruh keislaman kita.


UCAPAN TERIMA KASIH: Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para guru,musyrif, dan seluruh pecinta sholawat yang telah menjadi sumber inspirasi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan berlipat ganda.


DAFTAR PUSTAKA:


1. Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya.

2. Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim.

3. Al-Ghazali, Imam. Ihya' Ulumuddin.

4. Ar-Rifa'i, Yusuf. The Muhammadan Way.

5. Schimmel, Annemarie. And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety.

6. Chittick, William C. The Sufi Path of Love: The Spiritual Teachings of Rumi.

7. Al-Qasyani, Abdurrazzaq. Istilahat as-Sufiyyah (Kamus Sufistik).


---


Penulis: M. Djoko Ekasanu (Pecinta Kajian Tasawuf dan Akhlak)

No comments: