Tuesday, July 8, 2025

Ilmu dan Maksiat: Jalan Menuju Surga dan Neraka.

 




ILMU DAN MAKSIAT: Jalan Menuju Surga dan Neraka

Oleh: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan Redaksi Asli

Dari Ali r.a.:
“Barangsiapa mencari ilmu, maka surgalah yang dicari dan barangsiapa mencari maksiat, maka nerakalah yang dicarinya.”


Maksud, Hakekat, Tafsir, dan Makna Judul

Judul ini menegaskan bahwa arah hidup manusia sangat ditentukan oleh pilihannya. Ilmu adalah cahaya yang menuntun menuju ridha Allah dan surga-Nya. Sebaliknya, maksiat adalah kegelapan yang menjerumuskan menuju murka Allah dan neraka.

Hakekatnya, ilmu bukan sekadar hafalan, tapi pemahaman yang diamalkan. Sedangkan maksiat bukan hanya perbuatan besar seperti zina atau mencuri, tetapi juga kelalaian kecil yang merusak hati.


Tujuan dan Manfaat

  • Memberikan kesadaran tentang pentingnya ilmu dalam kehidupan.
  • Mengingatkan bahaya maksiat sekecil apapun.
  • Menjadi motivasi agar generasi sekarang lebih memilih jalan ilmu daripada jalan dosa.

Latar Belakang Masalah

Di era modern, ilmu mudah diakses. Namun justru banyak orang lebih tergoda oleh kesenangan sesaat dan maksiat digital. Fenomena ini menimbulkan kerusakan moral, lemahnya iman, dan jauhnya umat dari Allah.


Intisari Masalah

Pilihan manusia: apakah menuntut ilmu yang membawa cahaya, atau terjerumus dalam maksiat yang membawa kegelapan.


Sebab Terjadinya Masalah

  1. Lalai dari tujuan hidup.
  2. Hawa nafsu yang dibiarkan liar.
  3. Lingkungan yang tidak mendukung.
  4. Ilmu yang tidak diamalkan.

Dalil Al-Qur’an dan Hadis

Al-Qur’an:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Yarfa‘illâhul-ladzîna âmanû minkum walladzîna ûtûl-‘ilma darajât
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
Afara’ayta man ittakhadza ilâhahû hawâhu
“Pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?” (QS. Al-Jatsiyah: 23)

Hadis:
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)


Analisis dan Argumentasi

Ilmu adalah benteng yang melindungi dari kebodohan dan dosa. Tanpa ilmu, manusia mudah tertipu hawa nafsu dan godaan dunia. Maksiat adalah racun yang sedikit demi sedikit merusak hati. Jalan keselamatan hanya dengan ilmu yang diamalkan, bukan sekadar diketahui.


Relevansi Saat Ini

Hari ini, ilmu tersedia di genggaman tangan. Namun di saat yang sama, akses menuju maksiat juga terbuka lebar. Generasi sekarang butuh bimbingan agar tidak salah memilih jalan. Ilmu harus jadi prioritas, maksiat harus dihindari.


Kesimpulan

Pilihan ada di tangan kita. Ilmu adalah tiket ke surga, maksiat adalah tiket ke neraka. Maka mari sibukkan diri dengan ilmu yang bermanfaat dan tinggalkan maksiat.


Muhasabah dan Caranya

  • Introspeksi diri: apakah lebih banyak mencari ilmu atau kesenangan duniawi?
  • Perbanyak hadir di majelis ilmu.
  • Batasi hal-hal yang membuka pintu maksiat.
  • Latih hati dengan dzikir agar mudah menerima cahaya ilmu.

Doa

“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat, hati yang tunduk, amal yang Engkau ridhoi, dan jauhkan kami dari ilmu yang tidak diamalkan serta maksiat yang menutup hati. Amin ya Rabbal ‘alamiin.”


Nasehat Para Ulama Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Ilmu baru berguna bila membuatmu takut kepada Allah.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Ilmu tanpa cinta Allah hanyalah kesia-siaan.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Ilmu yang tidak membuatmu zuhud hanyalah hijab.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Ilmu hakiki mewariskan rendah hati, bukan sombong.”
  • Al-Hallaj: “Ilmu adalah cahaya, maksiat adalah kegelapan.”
  • Imam al-Ghazali: “Ilmu tanpa amal adalah gila, amal tanpa ilmu adalah sia-sia.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Ilmu tidak akan menetap di hati yang penuh maksiat.”
  • Jalaluddin Rumi: “Ambillah ilmu yang membawamu dekat kepada Allah.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Ilmu sejati adalah mengenal Allah melalui hati.”
  • Ahmad al-Tijani: “Ilmu hakiki adalah jalan menuju makrifatullah.”

Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim
  • Shahih Muslim
  • Musnad Ahmad
  • Tafsir al-Qurthubi, Tafsir Ibnu Katsir
  • Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali
  • Futuh al-Ghaib, Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  • Mathnawi, Jalaluddin Rumi
  • Fushush al-Hikam, Ibnu ‘Arabi

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada para guru, sahabat, dan pembaca yang selalu mendukung dalam menulis dan menyebarkan kebaikan. Semoga tulisan ini menjadi amal jariyah.


📖 Ditulis oleh: M. Djoko Ekasanu



QS. Al-Ma'idah Ayat 99-103

 


Buku Tafsir dan Hikmah QS. Al-Ma'idah Ayat 99-103


Daftar Isi:

  1. Pengantar Umum
  2. Teks Arab, Latin, dan Terjemahan Ayat 99–103
  3. Tafsir dan Penjelasan Ayat per Ayat
  4. Hakekat Makna
  5. Hadis-hadis Terkait
  6. Relevansi Ayat dengan Kehidupan Sekarang
  7. Nasihat Ulama Sufi
  8. Penutup dan Renungan

1. Pengantar Umum

Surat Al-Ma’idah termasuk surat Madaniyah yang mengandung banyak hukum dan etika sosial dalam Islam. Ayat 99-103 membahas tentang tanggung jawab Rasul, larangan terhadap sumpah palsu dan kebiasaan jahiliyah seperti mempercayai jenis hewan tertentu sebagai pertanda atau persembahan.


2. Ayat 99–103

Ayat 99:

Arab: مَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ

Latin: Mā ‘alā ar-rasūli illal-balāg, wallāhu ya‘lamu mā tubdūna wa mā taktumūn

Artinya: “Kewajiban Rasul itu tidak lain hanyalah menyampaikan (amanat Allah). Dan Allah mengetahui apa yang kamu tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan.”

Ayat 100:

Arab: قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ ۚ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Latin: Qul lā yastawil-khabīthu wath-thayyibu wa law a‘jabaka katsratul-khabīth; fattaqullāha yā ulil-albābi la‘allakum tufliḥūn

Artinya: “Katakanlah: 'Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu'. Maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang berakal, agar kamu beruntung.”

Ayat 101:

Arab: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ ۖ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ ۚ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ

Latin: Yā ayyuhalladzīna āmanū lā tas’alū ‘an asy-yā’a in tubda lakum tasu’kum; wa in tas’alū ‘anhā ḥīna yunzlal-qur’ānu tubda lakum; ‘afallāhu ‘anhā, wallāhu ghafūrun ḥalīm

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu niscaya menyusahkan kamu, dan jika kamu menanyakannya ketika Al-Qur'an sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”

Ayat 102:

Arab: قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِّن قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ

Latin: Qad sa’ahā qawmum min qablikum tsumma aṣbaḥū bihā kāfirīn

Artinya: “Sesungguhnya telah ada suatu kaum sebelum kamu yang menanyakan hal itu, lalu mereka menjadi kafir karenanya.”

Ayat 103:

Arab: مَا جَعَلَ اللَّهُ مِن بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ وَلَٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

Latin: Mā ja‘alallāhu min baḥīratin wa lā sā’ibatin wa lā waṣīlatin wa lā ḥāmin, wa lākinna alladzīna kafarū yaftarūna ‘alallāhil-każib, wa aktsaruhum lā ya‘qilūn

Artinya: “Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah, sa'ibah, washilah dan ham. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak berakal.”


3. Tafsir dan Penjelasan Ayat

(Menjelaskan konteks historis, latar belakang kebudayaan Arab jahiliyah, serta makna dalam kerangka syariah dan akhlak modern.)

4. Hakekat Makna

  • Tentang kejujuran dan batas tugas dakwah.
  • Menimbang antara kuantitas dan kualitas dalam memilih.
  • Batas adab bertanya.
  • Menghapus keyakinan-keyakinan syirik jahiliyah.

5. Hadis Terkait

(Misalnya tentang bahaya taklid buta, sabda Rasul saw. tentang tidak disyariatkannya bahirah dan sa’ibah dalam Shahih Bukhari dan Muslim.)

6. Relevansi Sekarang

  • Menolak praktik keagamaan yang bersumber dari adat menyimpang.
  • Membangun akhlak bertanya dan berpikir kritis.
  • Menjaga dakwah tetap jujur, lugas, tanpa memaksa.

7. Nasihat Ulama Sufi

Hasan al-Bashri: “Jangan tertipu banyaknya yang ikut, tapi lihatlah apa yang mereka bawa.”

Rabi‘ah al-Adawiyah: “Yang baik itu bukan karena disukai manusia, tapi karena dicintai Allah.”

Abu Yazid al-Bistami: “Berhentilah pada apa yang Allah perintahkan, jangan menyelami yang belum kau siap menanggung rahasianya.”

Junaid al-Baghdadi: “Orang berakal akan bertanya dengan adab, bukan menuntut dengan rasa ingin tahu.”

Al-Hallaj: “Yang palsu adalah keyakinan pada ciptaan yang diberi nama oleh nafsu, bukan yang datang dari cahaya-Nya.”

Abu Hamid al-Ghazali: “Kebanyakan manusia tertipu oleh nama, bukan oleh hakikat.”

Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan minta dijelaskan hal yang telah Allah sembunyikan darimu sebagai rahmat.”

Jalaluddin Rumi: “Biarkan kata-kata-Nya membimbingmu, jangan paksakan kehendakmu atas Kalam-Nya.”

Ibnu ‘Arabi: “Hakikat bukan untuk dipertanyakan, tapi untuk dialami.”

Ahmad al-Tijani: “Keberuntungan itu datang dari sikap menerima dan mengamalkan, bukan dari bertanya berlebihan.”


8. Penutup dan Renungan

Mari kita jalani hidup dengan adab, dengan takut pada Allah bukan karena banyak orang, tapi karena cinta kita pada kebenaran. Jangan mudah ikut arus budaya jika tidak bersandar pada petunjuk wahyu. Dan jangan menanyakan sesuatu yang akan menyusahkan dirimu sendiri.

Semoga Allah memberi kita cahaya untuk membedakan yang haq dan yang batil.

Berikut adalah draft awal buku tafsir dan hikmah QS. Al-Ma’idah ayat 99 sampai 103 yang telah memuat:

  • Teks Arab, latin, dan artinya.
  • Tafsir dan hakekat maknanya.
  • Hadis-hadis terkait.
  • Relevansi kekinian.
  • Nasihat dari 10 tokoh sufi besar.

Silakan ditinjau. Jika ingin ditambahkan bagian tertentu—misalnya cerita hikmah, ilustrasi visual, atau pengantar dari penulis—saya siap bantu lanjutkan

-----

Buku Santai: Obrolan Qur'an QS. Al-Ma'idah 99–103 Ala Anak Muda 80-an


Isi Buku:

  1. Pembuka: Ngobrol Santai Dulu Yuk
  2. Ayat-ayatnya: Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahan
  3. Ngobrolin Maknanya Bareng-bareng
  4. Inti dan Hakekatnya
  5. Hadis yang Nyambung
  6. Hubungannya Sama Zaman Sekarang
  7. Nasehat Bijak dari Para Tokoh Keren
  8. Penutup: Renungan Anak Zaman 80-an

1. Pembuka: Ngobrol Santai Dulu Yuk

Surat Al-Ma’idah ini termasuk yang turun di Madinah, pas Nabi udah punya komunitas muslim. Nah, ayat 99 sampai 103 ini bahas soal tugas nabi, soal mana yang baik-buruk, larangan nanya yang aneh-aneh, dan kebiasaan aneh orang Arab dulu tentang hewan. Kita bakal kupas satu-satu, tapi dengan gaya ngobrol santai ala tongkrongan tahun 80-an ya.


2. Ayat-ayatnya

Ayat 99:

Arab: مَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ

Latin: Mā ‘alā ar-rasūli illal-balāg, wallāhu ya‘lamu mā tubdūna wa mā taktumūn

Artinya (Gaya Santai): “Tugas nabi tuh cuma nyampein doang, bukan maksa. Allah tahu kok isi hati kalian, yang keliatan sama yang disimpen di dalam.”

Ayat 100:

Arab: قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ ۚ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Latin: Qul lā yastawil-khabīthu wath-thayyibu wa law a‘jabaka katsratul-khabīth; fattaqullāha yā ulil-albābi la‘allakum tufliḥūn

Artinya: “Yang jelek sama yang bagus tuh nggak bisa disamain, walau yang jelek itu kelihatannya rame dan banyak. Jadi, yuk mikir dan takut sama Allah biar hidup kita sukses.”

Ayat 101–103 (disingkat gaya santai):

Allah bilang jangan suka nanya yang aneh-aneh, apalagi yang ujung-ujungnya bikin susah diri sendiri. Dulu ada yang kayak gitu, eh malah jadi makin jauh dari iman. Terus juga soal hewan-hewan kayak bahirah, sa’ibah, dll—itu cuma mitos doang, Allah gak pernah suruh begitu.


3. Ngobrolin Maknanya Bareng-bareng

  • Tugas Rasul itu nyampein, bukan ngerubah orang. Jadi kita juga kalau dakwah jangan maksa.
  • Banyak belum tentu bagus. Kadang yang dikit justru murni dan berkah.
  • Jangan kepo yang enggak perlu. Nanya boleh, tapi yang penting-penting aja. Jangan sampe malah bikin ribet sendiri.
  • Ngapain percaya sama adat yang aneh-aneh? Zaman sekarang juga masih banyak orang mikir “hewan A bawa sial”, padahal itu nggak ada dasarnya dalam agama.

4. Inti dan Hakekatnya

  • Ikhlas nyampein kebenaran.
  • Berani pilih yang baik walau nggak populer.
  • Tau batas dalam bertanya.
  • Buang mitos dan takhayul dari hidup kita.

5. Hadis yang Nyambung

Ada banyak hadis yang ngingetin soal:

  • Jangan sok tahu sampai nanya yang nyusahin.
  • Rasul SAW bilang bahirah, sa’ibah itu bukan ajaran Islam. Itu cuma warisan jahiliyah.

6. Hubungannya Sama Zaman Sekarang

  • Di medsos sekarang orang suka banget debat agama, padahal kadang gak ngerti ilmunya. Sama kayak yang nanya-nanya dulu, malah disesatkan sendiri.
  • Banyak juga yang lebih suka ikut adat, bahkan percaya sama “kode-kode alam” hewan atau mimpi. Padahal harusnya lihat ke Qur’an dan hadis.

7. Nasehat Bijak dari Para Tokoh Keren

Hasan al-Bashri: “Yang rame belum tentu bener, hati-hati milih arah.”

Rabi‘ah al-Adawiyah: “Yang baik itu yang Allah suka, bukan yang lagi trending.”

Abu Yazid al-Bistami: “Kalau belum siap nerima jawaban dari Allah, jangan nekat nanya yang rumit.”

Junaid al-Baghdadi: “Bertanya itu ada adabnya, bukan sekadar pengen tahu.”

Al-Hallaj: “Jangan sampe ngikutin keyakinan karena tradisi, tapi kosong dari makna.”

Al-Ghazali: “Jangan tertipu sama nama dan tampilan luar. Dalemnya yang penting.”

Abdul Qadir al-Jailani: “Kalau Allah belum buka, jangan maksa masuk.”

Jalaluddin Rumi: “Ngikutin Allah itu indah. Jangan biarkan logika yang belum matang nentang wahyu.”

Ibnu ‘Arabi: “Hakekat itu untuk dijalani, bukan cuma dibahas di tongkrongan.”

Ahmad al-Tijani: “Banyak mikir itu bagus, tapi kalau berlebihan bisa bikin lupa tujuan.”


8. Penutup:

Renungan

Zaman makin maju, tapi kadang pikiran makin ribet. Ayo balik ke Qur’an. Santai tapi serius. Ikut jalan yang jelas, jangan kejebak yang rame tapi ngawur. Kadang yang bener itu bukan yang paling viral, tapi yang paling jujur.

Yuk jadi yang takut sama Allah dan berani hidup lurus.


Awal yang Menyebabkan Selamat dari Siksa Kubur.



Awal yang Menyebabkan Selamat dari Siksa Kubur

Abu Al Laits berkata: “Barang siapa yang menghendaki agar selamat dari siksa kubur, maka wajib baginya agar menetapkan empat perkara dan menjauhi empat perkara.”

Adapun empat perkara yang harus ditetapi itu, antara lain: memelihara shalat, sedekah, membaca Al Qur’an dan membaca tasbih, sesungguhnya perkara ini bisa menerangi kubur dan melapangkan kubur. Adapun empat perkara yang harus dijauhi antara lain: berdusta, berkhianat, mengadu domba dan kencing di badan.

Nabi saw. telah bersabda:

 

“Sucikanlah air kencing itu, maka sesungguhnya kebanyakan Siksa kubur akibat dari air kencing.”

Kemudian turunlah dua malaikat yang kasar, yang bisa merobekkan bumi dengan kukunya, kedua malaikat itu adalah Munkar dan Nakir, lalu keduanya duduk, seraya bertanya kepada mayit: “Siapa Tuhanmu?” sampai akhir pertanyaan. Jika mayit ini (termasuk) golongan dari ahli yang beruntung (bahagia), maka mayit itu menjawab: “Allah Tuhanku, Muhammad Nabiku, Islam agamaku. ” Kedua malaikat itu akan berkata kepada mayit: “Tidurlah kamu, sebagaimana tidurnya pengantin (baru).” Kemudian kedua malaikat itu membuka lubang untuk mayit di dekat kepalanya, hingga mayit itu bisa melihat melalui dari lubang tersebut itu kepada rumah dan tempatnya di dalam surga. Akhirnya kedua malaikat itu kembali bersama ruh ke langit, dan menjadikan ruh tersebut berada di dalam lampu gantung yang digantungkan di Arasy.

 -----

Judul: Awal yang Menyebabkan Selamat dari Siksa Kubur


Pendahuluan

Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan gerbang menuju alam barzakh yang akan dilalui oleh setiap jiwa. Dalam hadis-hadis Rasulullah SAW dan penjelasan para ulama salaf, siksa kubur adalah satu kenyataan yang harus diyakini. Maka, memahami sebab-sebab yang bisa menyelamatkan kita dari siksa kubur adalah hal yang sangat penting.


Sabda Abu Al Laits

Abu Al Laits berkata:

"Barang siapa yang menghendaki agar selamat dari siksa kubur, maka wajib baginya agar menetapkan empat perkara dan menjauhi empat perkara."

Empat perkara yang harus ditetapi:

  1. Memelihara shalat
  2. Sedekah
  3. Membaca Al-Qur’an
  4. Membaca tasbih

Empat perkara yang harus dijauhi:

  1. Berdusta
  2. Berkhianat
  3. Mengadu domba
  4. Tidak menjaga kebersihan dari air kencing

Hadis Nabi Muhammad SAW:

"Suci-bersihkanlah dirimu dari air kencing, karena sesungguhnya kebanyakan siksa kubur disebabkan olehnya." (HR. Daruquthni)

Kemudian turunlah dua malaikat yang kasar, yang bisa merobekkan bumi dengan kukunya, kedua malaikat itu adalah Munkar dan Nakir, lalu keduanya duduk, seraya bertanya kepada mayit: “Siapa Tuhanmu?” sampai akhir pertanyaan. Jika mayit ini (termasuk) golongan dari ahli yang beruntung (bahagia), maka mayit itu menjawab: “Allah Tuhanku, Muhammad Nabiku, Islam agamaku. ” Kedua malaikat itu akan berkata kepada mayit: “Tidurlah kamu, sebagaimana tidurnya pengantin (baru).” Kemudian kedua malaikat itu membuka lubang untuk mayit di dekat kepalanya, hingga mayit itu bisa melihat melalui dari lubang tersebut itu kepada rumah dan tempatnya di dalam surga. Akhirnya kedua malaikat itu kembali bersama ruh ke langit, dan menjadikan ruh tersebut berada di dalam lampu gantung yang digantungkan di Arasy.


Penjelasan dan Hakikat

  • Shalat: Tiang agama, koneksi langsung antara hamba dan Rabb-nya. Dalam kubur, shalat akan datang sebagai pelindung.
  • Sedekah: Amal jariyah yang terus mengalir dan memberkati bahkan setelah kematian.
  • Al-Qur’an: Menjadi cahaya penerang dalam kubur, sebagaimana hadis tentang Surah Al-Mulk.
  • Tasbih: Mengingat dan mengagungkan Allah menciptakan ketenangan dalam hati dan menanamkan iman yang kuat.

Ayat Al-Qur’an yang Terkait

1. Surah Al-Mulk (67:2)

الذِي خَلَقَ المَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَملًا

Latin: "Alladzi khalaqal mauta wal hayāta liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala."

Artinya: "Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. Al-Mulk: 2)

Tafsir ringkas: Ibnu Katsir menjelaskan bahwa 'ahsanu ‘amala' adalah yang paling ikhlas dan paling benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW.


Relevansi dengan Keadaan Sekarang

Di zaman ini, perhatian terhadap kebersihan, shalat tepat waktu, serta menjaga lisan sangat longgar. Banyak orang lalai akan adab buang air kecil, yang padahal bisa menjadi penyebab siksa kubur. Kebiasaan ghibah dan fitnah pun merebak di media sosial. Maka, ajaran ini sangat relevan untuk diamalkan demi keselamatan dunia dan akhirat.


Nasehat dari Para Ulama Sufi

  1. Hasan al-Bashri: "Dunia adalah mimpi dan kubur adalah kenyataan. Siapkan bekalmu di dunia untuk perjalanan yang panjang."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau ingin surga, tapi karena Dia layak untuk disembah. Maka jagalah shalatmu sebagai bentuk cinta kepada-Nya."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Hati yang penuh dzikir akan terang di alam kubur, dan hati yang gelap karena dosa akan merasakan sempitnya liang lahat."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Amalan lahir harus dihiasi dengan keikhlasan batin. Shalat tanpa hati yang khusyuk hanyalah gerakan tanpa cahaya."

  5. Al-Hallaj: "Jangan biarkan keinginan duniawi membuatmu lalai dari shalat, karena ruhmu akan menjawab di alam kubur sesuai dengan kedekatanmu pada-Nya."

  6. Abu Hamid al-Ghazali: "Air kencing yang tidak disucikan adalah kiasan dari kelalaian kecil yang kita remehkan, padahal bisa berakibat besar. Bersihkan lahir dan batin."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Siapa yang menjaga shalatnya di dunia, akan dijaga Allah di kuburnya. Sucikan hatimu dari pengkhianatan dan lisanmu dari dusta."

  8. Jalaluddin Rumi: "Kubur bukan akhir, tapi lorong menuju keabadian. Pastikan cahaya amalmu cukup untuk menerangi perjalanan itu."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Setiap amal akan menciptakan bentuknya sendiri di alam barzakh. Maka ciptakan keindahan dari setiap amalmu."

  10. Ahmad al-Tijani: "Zikir, shalawat, dan istiqamah dalam ibadah akan menyelimuti kuburmu dengan rahmat."


Penutup

Siksa kubur adalah kenyataan yang mengintai mereka yang lalai dalam hidupnya. Namun Allah Maha Penyayang, memberi petunjuk agar kita bisa terhindar dari azab itu. Memelihara shalat, membaca Al-Qur’an, banyak bertasbih, dan menjauhi dosa lisan serta menjaga kebersihan diri adalah kunci-kunci keselamatan.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk istiqamah dalam amal dan selamat di alam kubur kelak. Aamiin.

Berikut adalah draf buku berjudul "Awal yang Menyebabkan Selamat dari Siksa Kubur" yang memuat penjelasan hadis, ayat-ayat Qur'an, serta nasihat dari tokoh-tokoh sufi besar seperti Hasan al-Bashri, Rabi‘ah al-Adawiyah, hingga Ibnu ‘Arabi. 

------

Judul: Biar Gak Kena Azab Kubur, Gini Nih Awal-awalnya!


Ngobrol Dulu, Yuk

Bro, Sis, hidup kita ini kayak perjalanan panjang. Dunia cuma terminal sementara, dan setelah itu ada alam kubur—tempat kita nunggu sebelum ketemu akhirat. Nah, di alam kubur itu, banyak yang nggak selamat, lho! Tapi tenang… ada tips biar kita bisa lewatin masa itu dengan aman, kayak jalan tol tanpa macet.


Kata Abu Al-Laits, Ulama Zaman Dulu Tapi Relevan Banget

Abu Al Laits bilang:

"Kalau kamu pengen selamat dari siksa kubur, ya kudu pegang teguh empat hal dan jauhi empat hal juga."

Empat hal yang wajib kamu lakuin tiap hari:

  1. Jaga shalat—ibaratnya kayak ngecas baterai iman.
  2. Suka sedekah—bikin hati adem, kubur juga adem.
  3. Rutin baca Al-Qur’an—nutrisi buat ruh.
  4. Banyakin tasbih—dzikir bikin kubur terang kayak lampu LED!

Empat hal yang kudu kamu hindarin:

  1. Dusta—kebohongan itu kayak racun, Bro.
  2. Khianat—nggak keren, bikin hidup nggak berkah.
  3. Adu domba—jangan jadi penyebar konflik.
  4. Nggak bersihin bekas pipis—kedengerannya sepele, tapi fatal!

Nabi Muhammad SAW Pernah Ngomong Gini:

"Jaga-jaga soal air kencing, soalnya kebanyakan azab kubur datang dari situ." (HR. Daruquthni)

 Setelah seseorang meninggal dunia dan dikuburkan, nggak lama kemudian—turunlah dua malaikat yang bisa dibilang tampilannya cukup bikin merinding. Mereka tegas, serius, dan enggak bisa diajak bercanda. Malaikat itu namanya Munkar dan Nakir. Nah, mereka bakal duduk di samping si mayit dan mulai nanya beberapa pertanyaan penting banget. Kira-kira begini pertanyaannya:

“Siapa Tuhanmu?”

“Siapa nabimu?”

“Apa agamamu?”

Kalau si mayit ini waktu hidupnya rajin ibadah, menjaga iman, dan hatinya benar-benar mengenal Allah—jawabannya bakal lancar jaya:

“Tuhanku Allah, nabiku Muhammad SAW, agamaku Islam.”

Nah, begitu denger jawaban yang mantap dan meyakinkan kayak gitu, malaikat Munkar dan Nakir langsung bilang:

“Oke deh, kamu bisa istirahat. Tidurlah dengan tenang, kayak pengantin baru yang lagi menikmati malam pertamanya.”

Lalu, keduanya bikin semacam jendela di dekat kepala si mayit. Dari situ, dia bisa lihat pemandangan surga yang indah—rumahnya kelak, tempat istirahatnya yang abadi. Damai banget.

Setelah itu, malaikat pun balik lagi ke langit bawa ruhnya. Ruh tersebut kemudian ditempatkan di semacam lampu gantung yang tergantung langsung di bawah ‘Arasy-nya Allah. Tempat yang luar biasa mulia.


Intinya Gini, Gaes…

  • Shalat: Ini kayak sinyal kita ke Allah. Kalau jaringannya bagus (khusyuk), ya komunikasi jalan lancar.
  • Sedekah: Amal yang nggak putus walaupun kita udah nggak ada.
  • Al-Qur’an: Cahaya di alam kubur. Bayangin kayak bawa senter di tempat gelap.
  • Tasbih: Latihan hati biar tetap inget Allah terus.

Bukti dari Al-Qur’an

Surah Al-Mulk (67:2)

"Alladzi khalaqal mauta wal hayāta liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala."

Artinya: "Dialah (Allah) yang nyiptain mati dan hidup, buat nguji siapa di antara kalian yang paling oke amalnya." (QS. Al-Mulk: 2)

Tafsir versi singkat: Menurut Ibnu Katsir, amal paling keren itu yang niatnya murni karena Allah dan caranya sesuai tuntunan Rasulullah.


Zaman Now? Relevan Banget!

Jaman sekarang tuh, banyak orang cuek. Shalat suka nunda, bersih-bersih abis BAK ogah-ogahan, mulut suka nyinyir di medsos. Padahal yang kayak gitu tuh bisa bikin liang lahat sempit. Yuk, mulai dari hal-hal kecil tapi berdampak gede!


Wejangan Para Tokoh Legendaris

  1. Hasan al-Bashri: "Dunia ini cuma mimpi, yang nyata itu justru di alam kubur. Siapin bekalmu dari sekarang."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku nyembah Allah bukan karena takut neraka atau pengen surga. Tapi karena Allah emang pantas disembah."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Hati yang sering dzikir bakal bercahaya di alam kubur."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Shalat itu harus dari hati, bukan sekadar gerakan."

  5. Al-Hallaj: "Kalau kamu masih cinta dunia, hati-hati, bisa nyusahin kamu di kubur nanti."

  6. Abu Hamid al-Ghazali: "Kadang, kita remehin hal kecil kayak cebok yang nggak bersih, padahal itu bisa jadi awal bencana."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jaga shalatmu baik-baik. Itu tameng kamu di kubur."

  8. Jalaluddin Rumi: "Kubur itu bukan akhir, tapi awal jalan pulang. Bawa cukup cahaya biar gak nyasar."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Setiap amal kita bakal muncul bentuknya di alam barzakh. Mau bentuknya bagus atau jelek, tergantung kamu."

  10. Ahmad al-Tijani: "Zikir, shalawat, dan konsisten dalam ibadah itu bener-bener penyelamat."


Penutup dari Gue Buat Lo Semua

Siksa kubur itu nyata, Bro. Tapi Allah juga kasih kita jalan keluar. Yuk, dari sekarang mulai rajin shalat, suka sedekah, rajin baca Qur’an, dan banyak dzikir. Jaga kebersihan diri juga penting banget. Gak usah nunggu tua buat tobat. Ayo, kita berbenah dari sekarang. Semoga kuburan kita nanti jadi taman surga, bukan jurang neraka. Aamiin!