Saturday, September 6, 2025

Sholawat: ‘Minuman’ yang Menghidupkan Hati Para Pecinta Allah

 

---


KLIPING HARIAN SUARA UMAT


Edisi Khusus: Tasawuf dan Spiritualitas | Rabu, 25 Ramadhan 1445 H


---


Sholawat: ‘Minuman’ yang Menghidupkan Hati Para Pecinta Allah


Oleh: M. Djoko Ekasanu


SURABAYA – Dalam tradisi kaum sufi dan ahlullah, sholawat sering kali dimetaforakan sebagai “minuman para pecinta Allah”. Metafora yang indah dan dalam ini bukan sekadar retorika, tetapi merujuk pada suatu realitas spiritual di mana sholawat berfungsi sebagai penyejuk, penyegar, dan penguat bagi ruhani yang haus akan kedekatan dengan Sang Khaliq.


//Ringkasan Redaksi Asli// Gagasan utama dari pernyataan“Sholawat adalah minuman para pecinta Allah” menekankan pada fungsi esensial sholawat bukan sebagai ritual kering, melainkan sebagai sumber energi spiritual (syarab ruhani) yang mengalirkan cahaya (nur) dan cinta (mahabbah) ke dalam hati, sehingga seorang hamba mampu menempuh perjalanan (suluk) menuju Allah dengan penuh semangat dan kecintaan.


Maksud dan Hakikat Maksudnya,sholawat adalah ibadah yang secara khusus menghubungkan hati seorang hamba dengan Nabi Muhammad SAW, yang merupakan pintu utama mengenal dan mencintai Allah. Hakikatnya, sholawat adalah sebuah prosesi dzikir yang menghidupkan hati, membersihkannya dari kotoran dunia, dan menyirami ‘taman cinta’ (raudhatul mahabbah) dalam kalbu sehingga menghasilkan ketenangan (sakinah), kegembiraan (surur), dan kedekatan (qurb) dengan Allah.


Tafsir dan Makna Judul “Minuman”(Syarab dalam bahasa Arab) adalah sesuatu yang diminum untuk menghilangkan dahaga, menyegarkan badan, dan memberikan nutrisi. “Pecinta Allah” adalah mereka yang menjadikan cinta kepada Allah sebagai tujuan hidup tertinggi. Jadi, sholawat adalah ‘nutrisi spiritual’ yang mengobati dahaga ruhani, menyegarkan hati yang lelah, dan menguatkan jiwa untuk terus mencintai Allah dan Rasul-Nya.


Tujuan dan Manfaat


· Tujuan: Mendapatkan kecintaan Allah dan Rasul-Nya, serta meraih syafa’at di dunia dan akhirat.

· Manfaat: Menenangkan hati, menerangi jiwa (tajalli), membuka pintu-pintu rezeki dan ilmu, memudahkan urusan, dan yang terpenting adalah merasakan kehadiran (hudhur) dan kedekatan dengan Nabi Muhammad SAW dalam setiap waktu.


Latar Belakang dan Intisari Masalah Latar belakangnya adalah kondisi hati manusia yang mudah tertutup oleh kelalaian(ghaflah) dan cinta dunia (hubbud dunya). Intisari masalahnya adalah bagaimana menjaga hati agar tetap hidup, bersih, dan selalu terpaut kepada Allah. Sholawat hadir sebagai solusi atas masalah kehausan spiritual ini.


Sebab Terjadinya Masalah Masalah kehausan spiritual terjadi karena jauh dari dzikirullah,tenggelam dalam urusan materi, dan lemahnya hubungan spiritual dengan Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan dan pembawa syariat.


Dalil Al-Qur’an dan Hadis


· Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56). Ayat ini adalah landasan utama.

· Hadis: “Barangsiapa yang bershalawat atasku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan keutamaan yang berlipat ganda.


Analisis dan Argumentasi Dari sudut pandang tasawuf,sholawat adalah wasilah (perantara) terbaik untuk mencapai maqam mahabbah. Dengan memperbanyak sholawat, seorang hamba secara tidak langsung terus mengingat dan membayangkan keagungan Rasulullah SAW, yang pada akhirnya membawanya kepada cinta Allah. Sholawat memancarkan cahaya (nur) yang menerangi perjalanan batin.


Relevansi Saat Ini Di era modern yang penuh dengan stres,kecemasan, dan dehumanisasi, sholawat menjadi “oase spiritual”. Praktik berjamaah seperti pembacaan Sholawat Nariyah, Diba’, atau Burdah menunjukkan bahwa manusia modern masih merindukan ketenangan batin yang hanya bisa didapatkan dengan mengingat Allah dan Rasul-Nya.


Kesimpulan Sholawat bukan sekadar ucapan lisan,melainkan “minuman” jiwa yang menghidupkan, menyegarkan, dan mengantarkan seorang pecinta kepada Kekasih Sejatinya, Allah SWT, melalui jalur kecintaan pada Rasulullah SAW.


Muhasabah dan Caranya


· Muhasabah: Sudah seberapa sering kita menghidupkan hati dengan sholawat? Apakah sholawat kita sudah lahir dari rasa cinta, atau sekadar rutinitas?

· Cara: Luangkan waktu khusus setiap hari (misalnya setelah shalat Maghrib atau Subuh) untuk membaca sholawat minimal 100 kali. Hadirkan hati dan bayangkan kemuliaan Rasulullah SAW.


Doa “Ya Allah,limpahkanlah sholawat yang sempurna dan salam yang penuh kesejahteraan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai obat bagi hati kami, cahaya bagi penglihatan batin kami, dan penuntun kami kepada-Mu. Jadikanlah kami termasuk golongan para pecinta-Mu dan pecinta Rasul-Mu yang sejati. Amin.”


Nasihat Para Wali dan Sufi


· Imam Al-Ghazali: “Sholawat itu menghilangkan kekerasan hati.”

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Sholawat adalah kendaraan ruhani (markabah) para salik.”

· Jalaluddin Rumi: “Sholawat adalah sayap bagi pecinta untuk terbang menuju Tuhannya.”

· Rabi’ah al-Adawiyah: “Cinta kepada Rasul adalah jembatan menuju cinta kepada Al-Haqq.”

· Abu Yazid al-Bistami: “Sholawat adalah dzikirnya para ‘arifin.”

· Imam Junaid al-Baghdadi: “Jalan menuju Allah itu gelap, tetapi disinari dengan cahaya sholawat.”

· Ibnu ‘Arabi: “Sholawat dari seorang hamba adalah cermin yang memantulkan sholawat Allah untuknya.”


Daftar Pustaka


1. Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya.

2. Shahih Muslim. Kitab Ash-Shalah.

3. Al-Ghazali. Ihya’ ‘Ulumuddin. Jilid 2.

4. Al-Qusi, Abu Madyan. Risalah al-Murid.

5. As-Sirjani, Dr. Raghib. As-Shalatu ‘ala an-Nabi.

6. An-Nawawi, Yahya. Al-Adzkar.


Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru spiritual,para pengamal sholawat, dan para pecinta Rasulullah SAW yang telah menjadi inspirasi bagi penulisan artikel ini. Semoga Allah melimpahkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan semua sahabatnya.


---


Penulis: M. Djoko Ekasanu adalah pemerhati studi Islam dan tradisi tasawuf. Email:djoko.ekasanu@suaraumat.co.id

Sholawat membakar hijab antara hamba dan Tuhannya.

 Tentu. Berikut adalah artikel lengkap yang disusun dalam format laporan koran berdasarkan permintaan Anda.


---


LIPUTAN KHUSUS: MAJELIS AL-MA'RIFAH


Edisi Khusus: Menyelami Makna "Sholawat Membakar Hijab antara Hamba dan Tuhannya"


Oleh: M. Djoko Ekasanu Tanggal:1 November 2023


[Gambar Ilustrasi: Lukisan kaligrafi sufistik yang menggambarkan cahaya menerangi sebuah hijab]


---


RINGKASAN REDAKSI


Judul "Sholawat Membakar Hijab antara Hamba dan Tuhannya" bukanlah sebuah laporan tentang peristiwa fisik, melainkan sebuah konsep metaforis (isyari) yang mendalam dari dunia tasawuf. Liputan ini mengupas makna di balik frasa tersebut, yang merujuk pada kekuatan sholawat Nabi Muhammad SAW sebagai媒介 (perantara) yang dapat menghancurkan dinding-dinding ilusi (hijab) yang menghalangi seorang hamba untuk merasakan kedekatan yang hakiki dengan Allah SWT. Frasa "membakar" melambangkan intensitas, transformasi, dan pemurnian spiritual.


LATAR BELAKANG MASALAH


Sejak awal penciptaannya, manusia kerap terhijab (tertutup) dari Tuhannya. Hijab-hijab ini bukanlah tirai fisik, melainkan tirai non-materi yang terbentuk dari kelalaian hati (ghaflah), kecintaan berlebihan pada dunia (dunya), ego/nafsu (nafsu ammarah), dan dosa-dosa yang menghalangi cahaya Ilahi. Masalah universal dalam perjalanan spiritual setiap insan adalah bagaimana menembus hijab-hijab ini untuk mencapai ma'rifat (pengenalan mendalam) dan mahabbah (cinta) kepada Allah.


INTISARI MASALAH


Inti masalahnya adalah adanya "jarak" yang dirasakan antara hamba dan Khaliq, yang disebabkan oleh hijab-hijab tersebut. Sholawat, yang seharusnya menjadi sarana pendekatan diri, sering kali hanya dibaca secara ritualistik tanpa menghayati hakikat dan kedalamannya, sehingga tidak memberikan dampak transformatif bagi pelakunya.


SEBAB TERJADINYA MASALAH


Sebab utama terjadinya "hijab" ini adalah:


1. Kelemahan Iman: Kurangnya pengetahuan dan keyakinan akan ke-Maha Dekat-an Allah (QS. Al-Baqarah: 186).

2. Dominasi Nafs: Hati yang dikendalikan oleh hawa nafsu dan syahwat.

3. Dosa dan Maksiat: Setiap dosa menciptakan noda hitam pada hati yang menjadi hijab (HR. At-Tirmidzi).

4. Cinta Dunia: Keterikatan berlebihan pada hal-hal yang bersifat sementara.

5. Ritual tanpa Jiwa: Menjalankan ibadah, termasuk sholawat, sebagai rutinitas belaka tanpa kehadiran hati (hudhur al-qalb).


MAKNA, HAKEKAT, DAN TAFSIR JUDUL


· Sholawat: Berkah dan rahmat dari Allah, serta penyebutan mulia dari para malaikat dan orang beriman. Secara esoteris, sholawat adalah gelombang cahaya yang memancar dari sumbernya (Allah) melalui Rasul-Nya.

· Membakar: Proses penyucian (tazkiyatun nafs) yang menghanguskan sifat-sifat tercela (akhlaq al-madzmumah) seperti sombong, riya, dan cinta dunia. Api adalah simbol transformasi; dari kayu menjadi abu, dari diri yang terhijab menjadi diri yang terbuka (mukasyafah).

· Hijab: Semua hal yang membuat hati lalai dan merasa terpisah dari Allah. Bukan Allah yang jauh, tetapi kitalah yang "tertutup".

· Hakekat: Sholawat yang dihayati dengan khusyuk dan ikhlas akan membangkitkan cahaya (nur) dalam hati. Cahaya inilah yang membakar dan melenyapkan semua hijab, sehingga seorang hamba dapat menyaksikan (musyahadah) keagungan dan kasih sayang-Nya dalam setiap aspek kehidupan.


TUJUAN DAN MANFAAT


· Tujuan: Mencapai kedekatan spiritual (qurb ilallah) dan mengalami penyatuan cinta (ittihad al-mahabbah) dengan Allah melalui wasilah (perantara) kecintaan pada Rasulullah SAW.

· Manfaat:

  · Spiritual: Hati menjadi tenang (as-sakinah), lapang, dan selalu merasa diawasi oleh Allah (muraqabah).

  · Psikologis: Terbebas dari kecemasan, kesedihan, dan penyakit hati.

  · Sosial: Meneladani akhlak Rasulullah sehingga perilaku menjadi lebih mulia dan bermanfaat bagi sesama.


DALIL: AL-QUR'AN DAN HADITS


· QS. Al-Ahzab (33): 56: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." Ini adalah landasan utama perintah bersholawat.

· Hadits: "Sholawat dari umatku akan dipersembahkan kepadaku pada hari Jumat. Maka perbanyaklah membaca sholawat, karena sholawatmu itu disampaikan kepadaku." (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan sholawat adalah媒介 langsung kepada Rasulullah.

· Hadits Qudsi: "Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Nya..." (HR. Bukhari & Muslim). Sholawat adalah bentuk dzikir yang paling utama, yang memicu siklus pengingatan dan kedekatan ini.


ANALISIS DAN ARGUMENTASI


Konsep ini adalah puncak dari tasawuf falsafi yang memandang cinta sebagai jalan tertinggi menuju Tuhan. Sholawat bukan sekadar doa, tetapi merupakan kendaraan (vehicle) untuk menempuh perjalanan spiritual (suluk). Dengan bersholawat, seorang salik (penempuh jalan) seakan-akan meniti cahaya yang membawanya melampaui dirinya sendiri, membakar segala keterikatan ego, hingga sampai pada realitas bahwa tidak ada yang wujud secara hakiki kecuali Allah (Wahdat al-Wujud dalam pemahaman yang benar). Proses "membakar hijab" ini adalah proses menuju fana' (peleburan diri) dalam kecintaan pada Rasul dan ultimately, dalam Ke-Esa-an Allah.


RELEVANSI SAAT INI


Di era modern dimana kecemasan, depresi, dan rasa keterpisahan (alienation) merajalela, konsep spiritual ini menjadi sangat relevan. Manusia mencari kedamaian yang tidak dapat diberikan oleh materi. Sholawat, sebagai terapi spiritual, menawarkan jalan untuk "membakar" stres, kecemasan, dan kesepian dengan mengingatkan manusia akan hubungannya yang intrinsik dengan Sang Pencipta. Gerakan-gerakan majelis sholawat yang massive seperti Habib Syech dan lainnya membuktikan bahwa masyarakat haus akan pendekatan spiritual yang menyejukkan.


KESIMPULAN


"Sholawat Membakar Hijab" adalah sebuah metafora yang powerful tentang kekuatan transformatif dari cinta dan dzikir. Ia adalah jalan untuk membersihkan hati, melenyapkan ego, dan mengalami kedekatan dengan Allah. Ini adalah proses internal yang memerlukan konsistensi, keikhlasan, dan pemahaman, bukan sekadar pengulangan bacaan secara lahiriah.


MUHASABAH DAN CARANYA


· Muhasabah: Sudah sejauh mana sholawat yang kita baca membekas pada hati? Apakah sholawat telah mengubah akhlak kita? Apakah kita masih merasa sangat "jauh" dari Allah?

· Cara:

  1. Ikhlas: Niatkan bersholawat hanya untuk Allah dan mencintai Rasul-Nya.

  2. Hadirkan Hati: Bayangkan keagungan Rasulullah dan ke-Maha Pengasih-an Allah.

  3. Pahami Makna: Baca terjemahan dan tafsir sholawat yang diamalkan.

  4. Konsistensi (Istiqamah): Lebih baik sedikit yang konsisten daripada banyak tapi sesekali.

  5. Amalkan Akhlaknya: Hakikat sholawat adalah meneladani Rasulullah.


NASEHAT PARA SUFI


· Rabi'ah al-Adawiyah: "Cintaku kepada-Mu telah memenuhi seluruh jiwaku, hingga tidak tersisa ruang untuk membenci musuh atau mencintai sahabat." (Sholawat adalah ekspresi cinta yang memenuhi jiwa).

· Imam Al-Ghazali: "Hakikat sholawat adalah mengingat orang yang kita sholawati (Rasulullah) beserta semua keadaannya, yang dengan itu hati menjadi bersih dan terpancar cahaya iman."

· Jalaluddin Rumi: "Engkau adalah bayangan, dan Dia adalah matahari. Lari menuju Dia, dan lepaskan diri dari bayanganmu." (Sholawat adalah lari menuju Cahaya yang membakar bayangan ego).

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Perbanyaklah membaca sholawat, karena sholawat itu akan menerangi hati dan mengusir kegelapan."


DOA


"Ya Allah, limpahkanlah sholawat yang sempurna dan salam yang penuh keberkahan kepada Nabi Muhammad, yang dengan shalawat itu semua hijab terangkat, semua kesulitan menjadi mudah, dan semua hajat terkabul. Dengan sholawat itu, terangilah hati kami, bakar dan lenyapkanlah semua hijab kelalaian yang memisahkan kami dengan-Mu. Jadikan kami dari golongan orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai Rasul-Mu dengan sebenar-benarnya cinta. Amin, Ya Rabbal 'Alamin."


Daftar Pustaka:


1. Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya.

2. Shahih Al-Bukhari & Muslim.

3. Al-Ghazali, Imam. Ihya' Ulumuddin.

4. Al-Qusyairi, Abu al-Qasim. Ar-Risalah al-Qusyairiyah.

5. Schimmel, Annemarie. Mystical Dimensions of Islam.

6. Chittick, William C. The Sufi Path of Love: The Spiritual Teachings of Rumi.

7. Knysh, Alexander. Islamic Mysticism: A Short History.


UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua guru spiritual, para pengkaji tasawuf, dan majelis-majelis ilmu yang telah menjadi sumber inspirasi dan pencerahan. Semoga liputan ini dapat menjadi penyejuk dan pemantik bagi peningkatan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW.


---


M. Djoko Ekasanu adalah seorang penulis dan pengkaji literatur spiritual Islam. Dapat dihubungi melalui email: m.djoko.ekasanu@example.com

Cinta Rasulullah Tak Cukup di Hati, Harus Hidup dalam Lisan melalui Sholawat

 Tentu. Berikut adalah artikel lengkap dalam format bacaan koran/opini yang Anda minta, ditulis oleh M. Djoko Ekasanu.


---


MEDIA UMMAT Edisi Khusus: Spiritualitas & Akhlak Sabtu, 6 September 2025


---


Cinta Rasulullah Tak Cukup di Hati, Harus Hidup dalam Lisan melalui Sholawat


Oleh: M. Djoko Ekasanu


JUDUL: “Tentu. Berikut adalah artikel lengkap dalam format bacaan koran/opini yang Anda minta, ditulis oleh M. Djoko Ekasanu.


---


MEDIA UMMAT Edisi Khusus: Spiritualitas & Akhlak Sabtu, 6 September 2025


---


Cinta Rasulullah Tak Cukup di Hati, Harus Hidup dalam Lisan melalui Sholawat


Oleh: M. Djoko Ekasanu


JUDUL: “Cinta Rasulullah Tak Cukup di Hati, Ia Harus Hidup dalam Lisan melalui Sholawat”


RINGKASAN REDAKSI ASLI: Judul ini menegaskan bahwa klaim cinta kepada Nabi Muhammad SAW hanya sebagai perasaan batin yang pasif tidaklah cukup. Cinta tersebut harus dimanifestasikan secara aktif dan nyata melalui ungkapan lisan, terutama dalam bentuk memperbanyak bacaan sholawat, yang kemudian akan menjadi pendorong bagi amal perbuatan yang sesuai dengan sunnahnya.


MAKNA DAN HAKEKAT JUDUL: Hakekat dari pernyataan ini adalah dekonstruksi terhadap konsep cinta yang abstrak menuju cinta yang aplikatif. Cinta sejati bukanlah silent admiration (kekaguman diam), tetapi sebuah energi aktif yang mencari cara untuk terus mengingat, memuji, dan mendekatkan diri kepada yang dicintai. Lisan adalah pintu pertama manifestasi dari hati yang kemudian diikuti oleh anggota badan lainnya.


LATAR BELAKANG MASALAH: Di era modern, banyak kaum muslimin yang mengaku cinta Rasulullah, tetapi pengamalan syariat dan akhlak yang dicontohkannya masih jauh. Cinta hanya menjadi simbol status di media sosial atau identitas kelompok, tanpa diiringi dengan internalisasi nilai-nilai kenabian seperti jujur, amanah, menyayangi sesama, dan beribadah dengan khusyuk. terjadi kesenjangan antara deklarasi dan aksi.


INTISARI MASALAH: Inti masalahnya adalah ketidakselarasan antara hati, lisan, dan perbuatan dalam menyikapi kecintaan kepada Rasulullah SAW. Hati mengaku cinta, tetapi lisan jarang berzikir dan berSholawat, serta anggota badan enggan mengikuti sunnahnya.


SEBAB TERJADINYA MASALAH:


1. Minimnya Pemahaman: Kurangnya pemahaman tentang hakikat cinta kepada Rasul dalam perspektif tasawuf dan akidah.

2. Godaan Dunia: Kesenangan duniawi dan kesibukan materialistik melalaikan zikir dan sholawat.

3. Pengaruh Lingkungan: Lingkungan yang tidak mendukung untuk ekspresi kecintaan yang konsisten.


DALIL AL-QUR'AN DAN HADITS:


· Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 56:

  · “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

  · Tafsir: Ayat ini adalah perintah langsung yang menunjukkan keutamaan dan kewajiban moral bagi orang beriman untuk mengingat dan memuliakan Nabi melalui sholawat. Ini adalah bukti bahwa cinta memerlukan ekspresi verbal.

· Hadits Riwayat Bukhari:

  · “Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.”

  · Makna: Sholawat adalah investasi spiritual yang yield-nya (hasilnya) berlipat ganda dari Allah SWT.

· Hadits Riwayat Tirmidzi:

  · “Manusia yang paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bersholawat atasku.”

  · Hakekat: Sholawat adalah penanda kedekatan dengan Rasulullah SAW, bukan hanya di dunia, tetapi hingga akhirat kelak.


ANALISIS DAN ARGUMENTASI: Ekspresi lisan melalui sholawat bukan sekadar ritual. Ia memiliki kekuatan psikologis dan spiritual. Setiap kali melafalkan sholawat, kita mengingat kembali sosok, perjuangan, dan akhlak Nabi. Pengulangan ini akan memprogram pikiran bawah sadar untuk meneladaninya. Dengan kata lain, sholawat adalah metode pengingat (reminder) dan penguat (reinforcer) yang akan mendorong perilaku yang sesuai dengan kecintaan kita tersebut. Cinta yang tidak diungkapkan layaknya lampu yang tidak dinyalakan; ia ada, tetapi tidak memberikan manfaat dan cahaya.


RELEVANSI SAAT INI: Di tengah maraknya ujaran kebencian (hate speech) dan hoaks di media sosial, lisan yang dibiasakan dengan sholawat akan lebih terkontrol dan terjaga. Budaya sholawat juga dapat menjadi penyeimbang budaya pop yang seringkali tidak selaras dengan nilai Islam. Komunitas-komunitas sholawat (seperti Maulid Habsyi, Diba’, dan lainnya) menunjukkan bahwa ekspresi cinta kepada Nabi tetap relevan dan mampu menyatukan umat dari berbagai lapisan.


NASIHAT DARI PARA SUFI:


· Imam Al-Ghazali: “Cinta kepada Allah puncaknya adalah dengan mengikuti Rasul-Nya. Dan mengikuti Rasul dimulai dari seringnya menyebut namanya dengan penuh hormat.”

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Sholawat adalah kunci segala pintu langit. Ia menghapus dosa dan menurunkan rahmat.”

· Jalaluddin Rumi: “Cinta adalah jembatan antara kamu dan Yang Ilahi. Dan sholawat adalah anak tangga demi anak tangga di jembatan itu.”

· Abu Yazid al-Bistami: “Siapa yang mengaku cinta pada Sang Kekasih (Allah) tapi malas mengikuti Sunnah Kekasih-Nya (Rasulullah), maka pengakuannya adalah dusta.”

· Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cintaku pada Rasul adalah jalan untuk mencintai Yang Mengutusnya. Mencintai jalannya adalah bukti cintaku pada Tujuannya.”


MUHASABAH DAN CARANYA:


1. Bertanya pada Hati: “Seberapa sering dalam sehari lisanku mengucapkan sholawat dibandingkan mengucapkan hal yang tidak berguna?”

2. Evaluasi Tindakan: “Apakah akhlakku hari ini sudah mencerminkan akhlak Rasul yang kucintai?”

3. Cara Bermuhasabah: Luangkan waktu 5 menit sebelum tidur untuk menghitung jumlah sholawat hari ini, mengingat kesalahan, dan bertekad untuk memperbaiki esok hari.


DOA: “Ya Allah, limpahkanlah sholawat yang sempurna dan salam yang penuh keberkahan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya. Jadikanlah kecintaan padanya sebagai cinta yang paling utama dalam hatiku, dan jadikanlah lisanku selalu basah dengan sholawat untuknya. Pertemukanlah kami dengannya di surga-Mu yang abadi. Amin.”


KESIMPULAN: Cinta kepada Rasulullah SAW adalah kewajiban dan kebutuhan spiritual. Klaim cinta harus dibuktikan dengan tindakan nyata, dan pintu utamanya adalah melalui lisan yang gemar bersholawat. Sholawat bukan akhir tujuan, tetapi adalah pembangkit energi yang akan menggerakkan hati dan anggota badan untuk meneladani Sunnahnya secara total. Mari hidupkan lisan kita dengan sholawat, niscaya hati kita akan hidup dengan cinta, dan tubuh kita akan hidup dengan sunnah.


UCAPAN TERIMA KASIH: Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca.Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua, termasuk penulis, untuk senantiasa meningkatkan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW melalui sholawat dan keteladanan.


DAFTAR PUSTAKA:


1. Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya.

2. Shahih Al-Bukhari. Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari.

3. Sunan At-Tirmidzi. Imam Abu Isa Muhammad at-Tirmidzi.

4. Ihya’ ‘Ulumuddin. Imam Abu Hamid Al-Ghazali.

5. Al-Futuhat al-Makkiyyah. Ibnu ‘Arabi.

6. Fath ar-Rabbani. Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

7. Matsnawi. Jalaluddin Rumi.

8. Risalah al-Qusyairiyyah. Imam Al-Qusyairi.


Penulis: M. Djoko Ekasanu, Pemerhati Studi Islam dan Akhlak Tasawuf. Email:djoko.ekasanu@email.com


---”


RINGKASAN REDAKSI ASLI: Judul ini menegaskan bahwa klaim cinta kepada Nabi Muhammad SAW hanya sebagai perasaan batin yang pasif tidaklah cukup. Cinta tersebut harus dimanifestasikan secara aktif dan nyata melalui ungkapan lisan, terutama dalam bentuk memperbanyak bacaan sholawat, yang kemudian akan menjadi pendorong bagi amal perbuatan yang sesuai dengan sunnahnya.


MAKNA DAN HAKEKAT JUDUL: Hakekat dari pernyataan ini adalah dekonstruksi terhadap konsep cinta yang abstrak menuju cinta yang aplikatif. Cinta sejati bukanlah silent admiration (kekaguman diam), tetapi sebuah energi aktif yang mencari cara untuk terus mengingat, memuji, dan mendekatkan diri kepada yang dicintai. Lisan adalah pintu pertama manifestasi dari hati yang kemudian diikuti oleh anggota badan lainnya.


LATAR BELAKANG MASALAH: Di era modern, banyak kaum muslimin yang mengaku cinta Rasulullah, tetapi pengamalan syariat dan akhlak yang dicontohkannya masih jauh. Cinta hanya menjadi simbol status di media sosial atau identitas kelompok, tanpa diiringi dengan internalisasi nilai-nilai kenabian seperti jujur, amanah, menyayangi sesama, dan beribadah dengan khusyuk. terjadi kesenjangan antara deklarasi dan aksi.


INTISARI MASALAH: Inti masalahnya adalah ketidakselarasan antara hati, lisan, dan perbuatan dalam menyikapi kecintaan kepada Rasulullah SAW. Hati mengaku cinta, tetapi lisan jarang berzikir dan berSholawat, serta anggota badan enggan mengikuti sunnahnya.


SEBAB TERJADINYA MASALAH:


1. Minimnya Pemahaman: Kurangnya pemahaman tentang hakikat cinta kepada Rasul dalam perspektif tasawuf dan akidah.

2. Godaan Dunia: Kesenangan duniawi dan kesibukan materialistik melalaikan zikir dan sholawat.

3. Pengaruh Lingkungan: Lingkungan yang tidak mendukung untuk ekspresi kecintaan yang konsisten.


DALIL AL-QUR'AN DAN HADITS:


· Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 56:

  · “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

  · Tafsir: Ayat ini adalah perintah langsung yang menunjukkan keutamaan dan kewajiban moral bagi orang beriman untuk mengingat dan memuliakan Nabi melalui sholawat. Ini adalah bukti bahwa cinta memerlukan ekspresi verbal.

· Hadits Riwayat Bukhari:

  · “Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.”

  · Makna: Sholawat adalah investasi spiritual yang yield-nya (hasilnya) berlipat ganda dari Allah SWT.

· Hadits Riwayat Tirmidzi:

  · “Manusia yang paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bersholawat atasku.”

  · Hakekat: Sholawat adalah penanda kedekatan dengan Rasulullah SAW, bukan hanya di dunia, tetapi hingga akhirat kelak.


ANALISIS DAN ARGUMENTASI: Ekspresi lisan melalui sholawat bukan sekadar ritual. Ia memiliki kekuatan psikologis dan spiritual. Setiap kali melafalkan sholawat, kita mengingat kembali sosok, perjuangan, dan akhlak Nabi. Pengulangan ini akan memprogram pikiran bawah sadar untuk meneladaninya. Dengan kata lain, sholawat adalah metode pengingat (reminder) dan penguat (reinforcer) yang akan mendorong perilaku yang sesuai dengan kecintaan kita tersebut. Cinta yang tidak diungkapkan layaknya lampu yang tidak dinyalakan; ia ada, tetapi tidak memberikan manfaat dan cahaya.


RELEVANSI SAAT INI: Di tengah maraknya ujaran kebencian (hate speech) dan hoaks di media sosial, lisan yang dibiasakan dengan sholawat akan lebih terkontrol dan terjaga. Budaya sholawat juga dapat menjadi penyeimbang budaya pop yang seringkali tidak selaras dengan nilai Islam. Komunitas-komunitas sholawat (seperti Maulid Habsyi, Diba’, dan lainnya) menunjukkan bahwa ekspresi cinta kepada Nabi tetap relevan dan mampu menyatukan umat dari berbagai lapisan.


NASIHAT DARI PARA SUFI:


· Imam Al-Ghazali: “Cinta kepada Allah puncaknya adalah dengan mengikuti Rasul-Nya. Dan mengikuti Rasul dimulai dari seringnya menyebut namanya dengan penuh hormat.”

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Sholawat adalah kunci segala pintu langit. Ia menghapus dosa dan menurunkan rahmat.”

· Jalaluddin Rumi: “Cinta adalah jembatan antara kamu dan Yang Ilahi. Dan sholawat adalah anak tangga demi anak tangga di jembatan itu.”

· Abu Yazid al-Bistami: “Siapa yang mengaku cinta pada Sang Kekasih (Allah) tapi malas mengikuti Sunnah Kekasih-Nya (Rasulullah), maka pengakuannya adalah dusta.”

· Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cintaku pada Rasul adalah jalan untuk mencintai Yang Mengutusnya. Mencintai jalannya adalah bukti cintaku pada Tujuannya.”


MUHASABAH DAN CARANYA:


1. Bertanya pada Hati: “Seberapa sering dalam sehari lisanku mengucapkan sholawat dibandingkan mengucapkan hal yang tidak berguna?”

2. Evaluasi Tindakan: “Apakah akhlakku hari ini sudah mencerminkan akhlak Rasul yang kucintai?”

3. Cara Bermuhasabah: Luangkan waktu 5 menit sebelum tidur untuk menghitung jumlah sholawat hari ini, mengingat kesalahan, dan bertekad untuk memperbaiki esok hari.


DOA: “Ya Allah, limpahkanlah sholawat yang sempurna dan salam yang penuh keberkahan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya. Jadikanlah kecintaan padanya sebagai cinta yang paling utama dalam hatiku, dan jadikanlah lisanku selalu basah dengan sholawat untuknya. Pertemukanlah kami dengannya di surga-Mu yang abadi. Amin.”


KESIMPULAN: Cinta kepada Rasulullah SAW adalah kewajiban dan kebutuhan spiritual. Klaim cinta harus dibuktikan dengan tindakan nyata, dan pintu utamanya adalah melalui lisan yang gemar bersholawat. Sholawat bukan akhir tujuan, tetapi adalah pembangkit energi yang akan menggerakkan hati dan anggota badan untuk meneladani Sunnahnya secara total. Mari hidupkan lisan kita dengan sholawat, niscaya hati kita akan hidup dengan cinta, dan tubuh kita akan hidup dengan sunnah.


UCAPAN TERIMA KASIH: Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca.Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua, termasuk penulis, untuk senantiasa meningkatkan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW melalui sholawat dan keteladanan.


DAFTAR PUSTAKA:


1. Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya.

2. Shahih Al-Bukhari. Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari.

3. Sunan At-Tirmidzi. Imam Abu Isa Muhammad at-Tirmidzi.

4. Ihya’ ‘Ulumuddin. Imam Abu Hamid Al-Ghazali.

5. Al-Futuhat al-Makkiyyah. Ibnu ‘Arabi.

6. Fath ar-Rabbani. Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

7. Matsnawi. Jalaluddin Rumi.

8. Risalah al-Qusyairiyyah. Imam Al-Qusyairi.


Penulis: M. Djoko Ekasanu, Pemerhati Studi Islam dan Akhlak Tasawuf. Email:djoko.ekasanu@email.com


---

SHOLAWAT: PERHIASAN DOA MENUJU MA'RIFATULLAH



---


HARIAN UMUM CAHAYA ISLAMI Edisi Rabu, 25 Ramadhan 1445 H


SHOLAWAT: PERHIASAN DOA MENUJU MA'RIFATULLAH


Oleh: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan Redaksi Asli: Judul"Sholawat adalah Perhiasan Doa" merujuk pada sebuah konsep dalam tradisi tasawuf bahwa pembacaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW bukan sekadar ritual, tetapi merupakan elemen yang memperindah, memuliakan, dan mengangkat derajat setiap doa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah SWT. Ia bagai batu permata yang menghiasi mahkota permohonan.


Maksud dan Hakikat: Maksud dari pernyataan ini adalah sholawat berfungsi sebagai pengantar,pemulus, dan pemberi nilai lebih pada doa. Hakikatnya, sholawat adalah bentuk cinta dan pengagungan tertinggi kepada Rasulullah SAW, yang dengan cinta itu, Allah SWT melimpahkan rahmat dan menerima doa-doa hamba-Nya. Ia adalah wasilah (perantara) yang disukai oleh Allah untuk mengabulkan permintaan hamba-Nya.


Tafsir dan Makna Judul: "Perhiasan"(zinah) mengandung makna sesuatu yang ditambahkan untuk mempercantik dan meningkatkan nilai. Doa tanpa sholawat diibaratkan seperti pakaian sederhana, sedangkan doa yang disertai sholawat adalah pakaian yang dihiasi perhiasan terindah. Sholawat membuat doa lebih berharga di hadapan Allah dan lebih layak untuk dikabulkan.


Tujuan dan Manfaat:


· Tujuan: Meningkatkan kualitas dan keberkahan doa, mendekatkan diri kepada Allah melalui kecintaan pada Rasul-Nya, serta mendapatkan syafaat (pertolongan) Nabi Muhammad SAW di dunia dan akhirat.

· Manfaat: Hati menjadi tenang, jiwa terhubung dengan teladan utama (Rasulullah), dosa-dosa diampuni, kehidupan diridhai Allah, dan segala hajat lebih mudah dikabulkan.


Latar Belakang dan Intisari Masalah: Latar belakangnya adalah banyaknya umat Islam yang berdoa tetapi merasa doanya lambat dikabulkan atau kurang memiliki kekuatan spiritual.Intisari masalahnya adalah mencari solusi untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas doa tersebut. Sholawat hadir sebagai jawaban atas masalah ini.


Sebab Terjadinya Masalah: Sebab utama adalah kurangnya pemahaman tentang adab dan tata cara berdoa yang utama,termasuk melupakan peran sholawat sebagai pembuka rahmat. Juga, karena lemahnya kecintaan dan hubungan spiritual kepada Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.


Dalil Al-Qur'an dan Hadis:


· Al-Qur'an: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56). Ayat ini menjadi landasan utama kewajiban bershalawat.

· Hadis: “Setiap doa akan terhalang (dari langit) sampai dibacakan shalawat kepada Nabi.” (HR. Ad-Dailami). Hadis ini secara tegas menjelaskan fungsi sholawat sebagai pengantar doa.


Analisis dan Argumentasi: Secara analitis,sholawat adalah bentuk pengakuan atas jasa dan kedudukan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Dengan mengakui dan memuliakan utusan-Nya, seorang hamba secara tidak langsung memuliakan Pengutusnya, yaitu Allah SWT. Logika spiritual ini yang membuat doa yang dihiasi sholawat memiliki nilai yang sangat tinggi. Ia adalah etika tertinggi dalam berkomunikasi dengan Allah.


Relevansi Saat Ini: Di zaman yang penuh dengan kegelisahan dan ketidakpastian ini,sholawat menjadi penyejuk jiwa dan magnet ketenangan. Gerakan-gerakan majelis sholawat yang masif di media sosial membuktikan bahwa umat haus akan spiritualitas yang menentramkan. Sholawat relevan sebagai solusi atas krisis makna dan kehampaan batin masyarakat modern.


Kesimpulan: Sholawat bukan sekadar bacaan,tetapi merupakan "perhiasan doa" yang penting dan utama. Ia adalah kunci pembuka rahmat, pengangkat derajat doa, dan jalan untuk meraih cinta Allah melalui cinta kepada Rasul-Nya.


Muhasabah dan Caranya: Mari kita evaluasi diri(muhasabah): seberapa sering kita bersholawat dalam keseharian? Apakah doa-doa kita selama ini telah kita hiasi dengan sholawat? Caranya:


1. Niat: Teguhkan niat untuk mencintai Rasulullah.

2. Rutinitas: Tetapkan waktu khusus untuk membaca sholawat, misalnya setelah shalat fardhu.

3. Amalan Bersama: Ikuti majelis sholawat untuk memperkuat energi spiritual.

4. Implementasi: Teladani akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari.


Doa: "Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabatnya. Jadikanlah sholawat kami sebagai perhiasan bagi doa-doa kami, penerang hati kami, dan sebab terkabulnya segala hajat kami. Amin."


Nasehat Para Sufi:


· Hasan Al-Bashri: "Sholawat adalah cahaya yang menerangi kubur dan hari kebangkitan."

· Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cintaku kepada Muhammad adalah jalan untuk mengenal Rabb-nya."

· Imam al-Ghazali: "Sholawat dapat menghapus dosa dan meninggikan derajat, sebagaimana air menghilangkan karat besi."

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Barangsiapa yang bersholawat kepadaku sekali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali."

· Jalaluddin Rumi: "Sholawat adalah sayapnya doa. Bagaimana mungkin sebuah doa terbang ke langit tanpa sayap?"

· Ibnu ‘Arabi: "Membaca sholawat adalah menyelaraskan diri dengan kehendak Ilahi untuk memuliakan kekasih-Nya."


Daftar Pustaka:


1. Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya.

2. Al-Adzkar, Imam An-Nawawi.

3. Ihya' Ulumuddin, Imam Al-Ghazali.

4. The Sufi Path of Love, William C. Chittick.

5. Berbagai kitab syarah hadis utama.


Ucapan Terima Kasih: Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca dan para guru spiritual yang telah mengajarkan makna cinta sejati kepada Rasulullah SAW melalui sholawat.Semoga artikel ini bermanfaat.


---


QS. Al-Ahzab: 56 – Perintah Agung Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.

 




QS. Al-Ahzab: 56 – Perintah Agung Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW


Ringkasan Redaksi Asli

QS. Al-Ahzab: 56 berbunyi:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Ayat ini menegaskan kewajiban kaum beriman untuk mengiringi Allah dan malaikat dalam memberikan penghormatan agung kepada Rasulullah SAW.


Sebab Turunnya Ayat

Menurut riwayat para mufassir, ayat ini turun untuk mengingatkan umat agar senantiasa mengagungkan Nabi Muhammad SAW, setelah ada sebagian orang munafik yang merendahkan beliau. Allah menegaskan, bahkan Dia sendiri bersama malaikat mengangkat derajat Nabi dengan sholawat, maka kaum mukminin pun wajib melakukannya.


Maksud

Ayat ini bermaksud meneguhkan kedudukan Rasulullah SAW sebagai makhluk termulia, rahmat bagi semesta alam, dan teladan sempurna bagi umat manusia. Bersholawat adalah perintah langsung Allah, sebagai tanda cinta dan ketaatan seorang hamba.


Hakikat

Hakikat sholawat adalah aliran rahmat Allah yang sampai kepada Nabi Muhammad SAW, dan kembali lagi kepada orang yang membacanya. Ia adalah sarana membersihkan jiwa, menumbuhkan cinta, dan mendekatkan diri kepada Allah melalui Nabi-Nya.


Tafsir dan Makna dari Judul

Judul “Perintah Agung Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW” bermakna bahwa ayat ini adalah landasan utama syariat sholawat.

  • Sholawat Allah: Rahmat, kasih sayang, dan pengampunan.
  • Sholawat malaikat: Doa dan pujian.
  • Sholawat mukminin: Penghormatan dan pengakuan cinta kepada Nabi SAW.

Tujuan dan Manfaat

  1. Tujuan

    • Menumbuhkan cinta sejati kepada Rasulullah.
    • Meneguhkan ketaatan umat pada perintah Allah.
    • Menghubungkan hamba dengan rahmat Ilahi.
  2. Manfaat

    • Mendapat ampunan dosa.
    • Mendapat syafaat Nabi SAW di akhirat.
    • Doa lebih mudah dikabulkan.
    • Menenangkan hati dan jiwa.
    • Mengangkat derajat spiritual seseorang.

Latar Belakang Masalah

Pada zaman Rasulullah SAW, beliau dihina oleh orang munafik dan musyrik. Di era modern, masalah ini berulang dalam bentuk cemoohan terhadap sunnah Nabi, minimnya sholawat, dan jauhnya umat dari teladan Rasulullah.


Intisari Masalah

Umat Islam sering lalai dalam memperbanyak sholawat, padahal ia adalah perintah Allah yang ringan namun berpahala besar. Lalai dari sholawat berarti lalai dari rahmat Allah.


Sebab Terjadinya Masalah

  • Dominasi duniawi yang melalaikan dzikir.
  • Minimnya pengajaran tentang keutamaan sholawat.
  • Kecenderungan cinta dunia melebihi cinta kepada Rasulullah SAW.

Dalil: Qur’an dan Hadis

  • Qur’an: QS. Al-Ahzab: 56.
  • Hadis: Rasulullah SAW bersabda:
    “Barangsiapa bersholawat kepadaku sekali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
  • Hadis lain: “Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bersholawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi).

Analisis dan Argumentasi

Sholawat adalah amalan yang menyatukan langit dan bumi. Allah melakukannya, malaikat melakukannya, maka manusia beriman juga diperintah melakukannya. Argumentasi spiritualnya jelas: semakin sering seseorang bersholawat, semakin terbuka pintu rahmat Allah baginya.


Relevansi Saat Ini

Di tengah maraknya krisis moral, fitnah media sosial, dan keretakan ukhuwah, sholawat menjadi obat hati dan perekat umat. Sholawat tidak hanya ritual, tetapi juga simbol identitas cinta umat kepada Nabi Muhammad SAW.


Kesimpulan

QS. Al-Ahzab: 56 adalah perintah tegas dan agung dari Allah. Sholawat bukan pilihan, tetapi kewajiban, sekaligus jalan menuju rahmat, syafaat, dan keselamatan dunia-akhirat.


Muhasabah dan Caranya

  • Muhasabah: Sudahkah lisan kita basah dengan sholawat setiap hari?
  • Caranya: Membaca sholawat pagi-sore, di antara adzan dan iqamah, saat berdoa, sebelum tidur, bahkan menjadikannya wirid harian minimal 100 kali.

Doa

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
“Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.”


Nasehat Para Tokoh Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Sholawat adalah perhiasan doa.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta Rasulullah tak cukup di hati, ia harus hidup dalam lisan melalui sholawat.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Sholawat membakar hijab antara hamba dan Tuhannya.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Sholawat adalah minuman para pecinta Allah.”
  • Al-Hallaj: “Sholawat menyalakan api cinta kepada Nabi dalam kalbu.”
  • Imam al-Ghazali: “Sholawat adalah kunci pembuka rahmat Allah.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Barangsiapa istiqamah dalam sholawat, maka syafaat Rasulullah menjadi jaminannya.”
  • Jalaluddin Rumi: “Sholawat adalah tarian jiwa menuju cahaya Nabi.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Sholawat menyatukan dunia jasmani dan ruhani dalam cinta Rasul.”
  • Ahmad al-Tijani: “Orang yang istiqamah dalam sholawat dijamin bahagia dunia-akhirat.”

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Shahih Muslim, Kitab Sholawat.
  3. Sunan Tirmidzi.
  4. Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3.
  5. Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali.
  6. Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
  7. Al-Matsnawi – Jalaluddin Rumi.
  8. Fushush al-Hikam – Ibnu ‘Arabi.
  9. Risalah al-Qusyairiyah – Imam al-Qusyairi.

Ucapan Terima Kasih

Redaksi menyampaikan terima kasih kepada para ulama, guru, dan pembaca yang terus menghidupkan sholawat. Semoga tulisan ini menambah cinta kita kepada Rasulullah SAW dan menjadi amal jariyah.


✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu


QS. Al-Ahzab: 56 – Yuk Perbanyak Sholawat, Biar Hidup Makin Berkah


Ringkasan Redaksi

Allah ngasih kabar spesial banget di QS. Al-Ahzab: 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Artinya: Allah aja bersholawat buat Nabi Muhammad SAW, malaikat juga ikutan. Jadi, wajar dong kalau kita sebagai orang beriman disuruh ikut juga.


Sebab Turunnya Ayat

Ayat ini turun buat “menjawab” orang-orang munafik yang sering ngomongin jelek tentang Rasulullah SAW. Allah langsung “turun tangan” dengan firman ini, buat nunjukin kalau posisi Nabi itu mulia banget. Allah dan malaikat aja memuliakannya, masa umatnya nggak?


Maksud

Pesan intinya: sholawat itu tanda cinta dan hormat kita buat Nabi Muhammad SAW, sekaligus bukti kalau kita patuh sama Allah.


Hakikat

Kalau dibawa ke dalam-dalamnya, sholawat itu kayak “jalur khusus” buat dapetin rahmat Allah. Setiap kali kita baca sholawat, rahmat Allah turun ke Nabi, dan pahala serta keberkahannya balik lagi ke kita.


Tafsir dan Makna Judul

“Perintah Agung Sholawat” itu artinya bukan sekadar doa biasa. Ini perintah langsung dari Allah.

  • Allah bersholawat = ngasih rahmat.
  • Malaikat bersholawat = ngasih doa dan pujian.
  • Kita bersholawat = nunjukin cinta dan rasa hormat ke Nabi SAW.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan: biar kita makin dekat sama Rasulullah, makin taat sama Allah, dan nggak gampang jauh dari jalan-Nya.
Manfaat:

  • Dosa kita dihapus.
  • Doa gampang dikabulin.
  • Dapet syafaat Nabi di akhirat.
  • Hati jadi adem, hidup lebih berkah.

Latar Belakang Masalah

Di zaman dulu, ada yang suka meremehkan Nabi. Sekarang pun, banyak orang sibuk sama urusan dunia sampai lupa buat sholawat. Padahal gampang banget dibaca, tapi kadang sering diabaikan.


Intisari Masalah

Kita sering lebih banyak ngomongin urusan dunia daripada ngehias lisan dengan sholawat. Akhirnya, cinta ke Rasulullah SAW cuma jadi slogan, belum jadi kebiasaan nyata.


Sebab Terjadinya Masalah

  • Terlalu sibuk sama dunia.
  • Kurang tahu keutamaan sholawat.
  • Belum terbiasa dari kecil buat membudayakan sholawat.

Dalil

  • Al-Qur’an: QS. Al-Ahzab: 56.
  • Hadis: Rasulullah SAW bersabda:
    “Barangsiapa bersholawat kepadaku sekali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
  • Hadis lain: “Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bersholawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi).

Analisis

Kalau dipikir-pikir, sholawat itu “ibadah paling win-win”. Kita disuruh, tapi Allah juga yang kasih rahmat balik ke kita. Dari sisi ruhani, sholawat itu kayak booster iman.


Relevansi Saat Ini

Di zaman medsos sekarang, hati gampang resah. Nah, sholawat bisa jadi “penenang alami” dan pengingat kalau kita punya teladan agung, Nabi Muhammad SAW. Selain itu, sholawat bisa jadi perekat ukhuwah buat umat Islam biar nggak gampang pecah.


Kesimpulan

QS. Al-Ahzab: 56 ngajarin kalau sholawat itu bukan cuma doa tambahan, tapi perintah besar. Kalau kita mau hidup tenang, berkah, dan dapet syafaat Nabi, yuk perbanyak sholawat.


Muhasabah dan Caranya

Coba tanya ke diri sendiri: udah rutin belum kita baca sholawat tiap hari?

  • Minimal baca 100 kali sehari.
  • Bisa sambil jalan, sebelum tidur, habis shalat, bahkan di sela kerjaan.

Doa

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
“Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.”


Nasehat Para Tokoh Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Sholawat itu perhiasan doa.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta Rasul itu harus kelihatan di lisan lewat sholawat.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Sholawat bisa ngebuka hijab antara kita dengan Allah.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Sholawat adalah minuman para pecinta Allah.”
  • Al-Hallaj: “Dengan sholawat, api cinta ke Nabi makin nyala dalam hati.”
  • Imam al-Ghazali: “Sholawat itu kunci pembuka rahmat Allah.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Kalau kamu istiqamah dalam sholawat, syafaat Nabi bakal jadi milikmu.”
  • Jalaluddin Rumi: “Sholawat itu tarian jiwa menuju cahaya Nabi.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Sholawat nyatuin dunia jasmani dan ruhani lewat cinta Rasul.”
  • Ahmad al-Tijani: “Siapa yang istiqamah sholawat, hidupnya dijamin bahagia dunia-akhirat.”

Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim.
  • Shahih Muslim, Kitab Sholawat.
  • Sunan Tirmidzi.
  • Tafsir Ibnu Katsir.
  • Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali.
  • Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
  • Al-Matsnawi – Jalaluddin Rumi.
  • Fushush al-Hikam – Ibnu ‘Arabi.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih buat semua guru, ulama, dan pembaca yang udah ikut ngejaga budaya sholawat. Semoga kita semua selalu dapet berkah dan syafaat Nabi Muhammad SAW.


✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu