---
KLIPING HARIAN SUARA UMAT
Edisi Khusus: Tasawuf dan Spiritualitas | Rabu, 25 Ramadhan 1445 H
---
Sholawat: ‘Minuman’ yang Menghidupkan Hati Para Pecinta Allah
Oleh: M. Djoko Ekasanu
SURABAYA – Dalam tradisi kaum sufi dan ahlullah, sholawat sering kali dimetaforakan sebagai “minuman para pecinta Allah”. Metafora yang indah dan dalam ini bukan sekadar retorika, tetapi merujuk pada suatu realitas spiritual di mana sholawat berfungsi sebagai penyejuk, penyegar, dan penguat bagi ruhani yang haus akan kedekatan dengan Sang Khaliq.
//Ringkasan Redaksi Asli// Gagasan utama dari pernyataan“Sholawat adalah minuman para pecinta Allah” menekankan pada fungsi esensial sholawat bukan sebagai ritual kering, melainkan sebagai sumber energi spiritual (syarab ruhani) yang mengalirkan cahaya (nur) dan cinta (mahabbah) ke dalam hati, sehingga seorang hamba mampu menempuh perjalanan (suluk) menuju Allah dengan penuh semangat dan kecintaan.
Maksud dan Hakikat Maksudnya,sholawat adalah ibadah yang secara khusus menghubungkan hati seorang hamba dengan Nabi Muhammad SAW, yang merupakan pintu utama mengenal dan mencintai Allah. Hakikatnya, sholawat adalah sebuah prosesi dzikir yang menghidupkan hati, membersihkannya dari kotoran dunia, dan menyirami ‘taman cinta’ (raudhatul mahabbah) dalam kalbu sehingga menghasilkan ketenangan (sakinah), kegembiraan (surur), dan kedekatan (qurb) dengan Allah.
Tafsir dan Makna Judul “Minuman”(Syarab dalam bahasa Arab) adalah sesuatu yang diminum untuk menghilangkan dahaga, menyegarkan badan, dan memberikan nutrisi. “Pecinta Allah” adalah mereka yang menjadikan cinta kepada Allah sebagai tujuan hidup tertinggi. Jadi, sholawat adalah ‘nutrisi spiritual’ yang mengobati dahaga ruhani, menyegarkan hati yang lelah, dan menguatkan jiwa untuk terus mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Tujuan dan Manfaat
· Tujuan: Mendapatkan kecintaan Allah dan Rasul-Nya, serta meraih syafa’at di dunia dan akhirat.
· Manfaat: Menenangkan hati, menerangi jiwa (tajalli), membuka pintu-pintu rezeki dan ilmu, memudahkan urusan, dan yang terpenting adalah merasakan kehadiran (hudhur) dan kedekatan dengan Nabi Muhammad SAW dalam setiap waktu.
Latar Belakang dan Intisari Masalah Latar belakangnya adalah kondisi hati manusia yang mudah tertutup oleh kelalaian(ghaflah) dan cinta dunia (hubbud dunya). Intisari masalahnya adalah bagaimana menjaga hati agar tetap hidup, bersih, dan selalu terpaut kepada Allah. Sholawat hadir sebagai solusi atas masalah kehausan spiritual ini.
Sebab Terjadinya Masalah Masalah kehausan spiritual terjadi karena jauh dari dzikirullah,tenggelam dalam urusan materi, dan lemahnya hubungan spiritual dengan Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan dan pembawa syariat.
Dalil Al-Qur’an dan Hadis
· Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56). Ayat ini adalah landasan utama.
· Hadis: “Barangsiapa yang bershalawat atasku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan keutamaan yang berlipat ganda.
Analisis dan Argumentasi Dari sudut pandang tasawuf,sholawat adalah wasilah (perantara) terbaik untuk mencapai maqam mahabbah. Dengan memperbanyak sholawat, seorang hamba secara tidak langsung terus mengingat dan membayangkan keagungan Rasulullah SAW, yang pada akhirnya membawanya kepada cinta Allah. Sholawat memancarkan cahaya (nur) yang menerangi perjalanan batin.
Relevansi Saat Ini Di era modern yang penuh dengan stres,kecemasan, dan dehumanisasi, sholawat menjadi “oase spiritual”. Praktik berjamaah seperti pembacaan Sholawat Nariyah, Diba’, atau Burdah menunjukkan bahwa manusia modern masih merindukan ketenangan batin yang hanya bisa didapatkan dengan mengingat Allah dan Rasul-Nya.
Kesimpulan Sholawat bukan sekadar ucapan lisan,melainkan “minuman” jiwa yang menghidupkan, menyegarkan, dan mengantarkan seorang pecinta kepada Kekasih Sejatinya, Allah SWT, melalui jalur kecintaan pada Rasulullah SAW.
Muhasabah dan Caranya
· Muhasabah: Sudah seberapa sering kita menghidupkan hati dengan sholawat? Apakah sholawat kita sudah lahir dari rasa cinta, atau sekadar rutinitas?
· Cara: Luangkan waktu khusus setiap hari (misalnya setelah shalat Maghrib atau Subuh) untuk membaca sholawat minimal 100 kali. Hadirkan hati dan bayangkan kemuliaan Rasulullah SAW.
Doa “Ya Allah,limpahkanlah sholawat yang sempurna dan salam yang penuh kesejahteraan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai obat bagi hati kami, cahaya bagi penglihatan batin kami, dan penuntun kami kepada-Mu. Jadikanlah kami termasuk golongan para pecinta-Mu dan pecinta Rasul-Mu yang sejati. Amin.”
Nasihat Para Wali dan Sufi
· Imam Al-Ghazali: “Sholawat itu menghilangkan kekerasan hati.”
· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Sholawat adalah kendaraan ruhani (markabah) para salik.”
· Jalaluddin Rumi: “Sholawat adalah sayap bagi pecinta untuk terbang menuju Tuhannya.”
· Rabi’ah al-Adawiyah: “Cinta kepada Rasul adalah jembatan menuju cinta kepada Al-Haqq.”
· Abu Yazid al-Bistami: “Sholawat adalah dzikirnya para ‘arifin.”
· Imam Junaid al-Baghdadi: “Jalan menuju Allah itu gelap, tetapi disinari dengan cahaya sholawat.”
· Ibnu ‘Arabi: “Sholawat dari seorang hamba adalah cermin yang memantulkan sholawat Allah untuknya.”
Daftar Pustaka
1. Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya.
2. Shahih Muslim. Kitab Ash-Shalah.
3. Al-Ghazali. Ihya’ ‘Ulumuddin. Jilid 2.
4. Al-Qusi, Abu Madyan. Risalah al-Murid.
5. As-Sirjani, Dr. Raghib. As-Shalatu ‘ala an-Nabi.
6. An-Nawawi, Yahya. Al-Adzkar.
Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru spiritual,para pengamal sholawat, dan para pecinta Rasulullah SAW yang telah menjadi inspirasi bagi penulisan artikel ini. Semoga Allah melimpahkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan semua sahabatnya.
---
Penulis: M. Djoko Ekasanu adalah pemerhati studi Islam dan tradisi tasawuf. Email:djoko.ekasanu@suaraumat.co.id
No comments:
Post a Comment