Tentu, ini adalah konsep buku yang Anda minta, disusun berdasarkan struktur dan konten yang Anda berikan.
---
Buku: Mengenal Keluhuran: Refleksi atas Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab r.a.
Penulis: M. Djoko Ekasanu
---
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji hanya bagi Allah SWT,Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikut setianya hingga akhir zaman.
Buku kecil ini hadir sebagai upaya untuk menyingkap secercah cahaya dari kehidupan dua manusia agung, Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma. Keduanya adalah lentera yang menerangi jalan umat Islam setelah Rasulullah SAW wafat. Kisah mereka bukanlah dongeng pengantar tidur, melainkan teladan nyata yang relevan untuk direnungkan dan diamalkan dalam setiap detik kehidupan kita.
Melalui riwayat-riwayat shahih yang disajikan, penulis berharap pembaca dapat mengambil intisari keteladanan, baik dalam hal keimanan, ketakwaan, kedermawanan, maupun kepemimpinan. Semoga buku ini menjadi wasilah bagi kita untuk lebih mencintai para sahabat Nabi dan pada akhirnya semakin mencintai Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga Allah menerima amal yang sedikit ini dan menjadikannya sebagai ilmu yang bermanfaat.
---
Bab 1: Fondasi Keagungan
1.1 Ringkasan Redaksi Asli dan Judul
Buku ini berjudul “Mengenal Keluhuran: Refleksi atas Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab r.a.”. Judul ini merujuk pada inti pembahasan, yaitu memahami hakikat keluhuran (al-fadhl/الفضل) yang dimiliki oleh kedua sahabat utama Nabi ini, yang bersumber dari ketakwaan dan amal saleh mereka. Redaksi asli yang menjadi landasan buku ini adalah tiga riwayat utama:
1. Riwayat Pertama (Dari Syekh Abdul Mur’thi As-Samlawi): Percakapan spiritual antara Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril a.s. yang menggambarkan betapa tak terhingganya kebaikan Umar r.a., dan bahwa Umar sendiri adalah salah satu manifestasi dari kebaikan Abu Bakar r.a.
2. Riwayat Kedua (HR. Muslim): Sabda Nabi SAW yang menegaskan bahwa Abu Bakar r.a. adalah orang yang paling konsisten dan terdepan dalam berbagai jenis amal kebajikan harian, seperti menjenguk sakit, mengantar jenazah, memberi makan miskin, dan berpuasa.
3. Riwayat Ketiga (HR. Tirmidzi): Pengakuan tulus Umar bin Khattab r.a. tentang kekalahannya dari Abu Bakar r.a. dalam hal kedermawanan dan totalitas pengorbanan di jalan Allah.
1.2 Maksud, Hakikat, dan Tafsir Makna
· Maksud: Buku ini dimaksudkan untuk mengurai dan merefleksikan keutamaan (fadha’il) kedua sahabat ini sehingga dapat dijadikan cermin dan motivasi bagi umat Islam masa kini.
· Hakikat: Hakikat dari pembahasan ini adalah bahwa keluhuran sejati bukan terletak pada keturunan, kekayaan, atau jabatan, tetapi pada kualitas iman, ketulusan amal, dan pengorbanan tanpa sisa di jalan Allah SWT.
· Tafsir Makna Judul: “Mengenal Keluhuran” berarti proses untuk mengetahui, memahami, dan menghayati standar keluhuran yang ditetapkan oleh Allah melalui contoh nyata para sahabat. Ini adalah langkah awal untuk meneladani dan mencapainya.
1.3 Latar Belakang Masalah
Di era modern, konsep “sukses” dan “hebat” sering kali direduksi hanya pada pencapaian material dan popularitas duniawi. Standar keluhuran manusia bergeser pada hal-hal yang bersifat lahiriah dan sementara. Akibatnya, banyak muslim yang kehilangan role model sejati. Figur seperti Abu Bakar dan Umar, dengan segala keagungan spiritual dan moralnya, sering kali hanya menjadi nama sejarah tanpa makna yang dalam untuk kehidupan sehari-hari. Buku ini hadir untuk mengembalikan perspektif yang benar tentang siapa teladan kita yang sebenarnya dan bagaimana meneladani mereka.
1.4 Tujuan dan Manfaat
· Tujuan:
1. Mengenalkan kepada pembaca akan keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab r.a. berdasarkan sumber yang sahih.
2. Menjelaskan relevansi keteladanan mereka dalam konteks kehidupan kekinian.
3. Memotivasi pembaca untuk mengikuti jejak langkah mereka dalam beribadah, bermuamalah, dan berakhlak.
· Manfaat:
1. Pembaca dapat mengambil pelajaran praktis dari setiap kisah yang dipaparkan.
2. Terbangunnya kecintaan (mahabbah) yang benar kepada para sahabat Nabi.
3. Meningkatnya motivasi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat).
---
Bab 2: Analisis dan Kontekstualisasi
2.1 Relevansi Saat Ini
Keteladanan Abu Bakar dan Umar sangat relevan untuk menjawab problematika zaman now:
· Krisis Kepemimpinan: Kepemimpinan mereka adalah contoh terbaik tentang integritas, keadilan, kerendahan hati, dan tanggung jawab yang amat dibutuhkan saat ini.
· Materialisme: Kisah sedekah Abu Bakar yang memberikan seluruh hartanya adalah tamparan keras bagi budaya hedonisme dan cinta dunia yang berlebihan.
· Individualisme: Semangat mereka dalam menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, dan membantu kaum dhuafa adalah antidot bagi penyakit individualisme dan tidak peduli pada sesama.
· Spiritualitas Kosong: Kehidupan mereka yang penuh dengan amal saleh dan zikir menunjukkan bahwa spiritualitas harus aktif dan aplikatif, bukan hanya perenungan pasif.
2.2 Dalil Pendukung (Al-Qur'an dan Hadis)
· Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 40: “…sedang dia (Abu Bakar) adalah salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’” Ini adalah pujian Allah langsung untuk Abu Bakar.
· Al-Qur'an Surat Al-Fath ayat 29: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” Ayat ini menggambarkan karakter umum para sahabat, termasuk Umar dan Abu Bakar.
· Hadis Riwayat Bukhari: “Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil kekasih selain Tuhanku, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih.”
· Hadis Riwayat Bukhari: “Wahai Ibnul Khattab, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan berjumpa denganmu berjalan pada suatu jalan melainkan dia akan mengambil jalan lain yang bukan jalanmu.” (Keutamaan Umar).
2.3 Sebab Kejadiannya
Latar belakang dari semua keutamaan ini adalah:
1. Didikan Langsung Nabi Muhammad SAW: Mereka adalah murid utama Rasulullah SAW. Setiap perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi membentuk karakter mereka.
2. Iman yang Meresap ke Dalam Hati: Keyakinan mereka kepada Allah dan Hari Akhir bukanlah konsep abstrak, melainkan keyakinan yang hidup dan mendorong setiap tindakan.
3. Lingkungan Persaudaraan (Ukhuwah): Persaingan sehat dalam kebaikan di antara mereka menciptakan atmosfer yang mendorong setiap individu untuk menjadi yang terbaik.
2.4 Analisis dan Argumentasi
Riwayat pertama, meskipun statusnya perlu dikaji lebih lanjut dari sisi sanad (karena diriwayatkan oleh seorang syekh dan bukan langsung dari kitab hadis primer), mengandung nilai hikmah (moral lesson) yang sangat dalam dan sejalan dengan karakter kedua sahabat yang dikenal dalam riwayat-riwayat shahih. Riwayat ini bukan untuk dibaca secara literal-harfiah, tetapi untuk dipahami sebagai metafora tentang kedudukan Abu Bakar yang sangat tinggi di mata Allah dan Rasul-Nya, hingga kebaikan seorang Umar yang luar biasa pun masih merupakan bagian dari kebaikan gurunya, Abu Bakar. Ini konsisten dengan hadis-hadis shahih yang menempatkan Abu Bakar sebagai sahabat yang paling utama.
---
Bab 3: Penutup dan Wasiat
3.1 Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab r.a. adalah dua pribadi dengan keutamaan yang tak terhingga, yang telah dididik langsung oleh Nabi Muhammad SAW.
2. Keutamaan mereka terletak pada keimanan yang kokoh, ketulusan dalam beramal, kedermawanan, dan kepemimpinan yang bertanggung jawab.
3. Nilai-nilai yang mereka usung tetap relevan dan sangat dibutuhkan untuk menjadi solusi dari krisis moral dan spiritual di zaman modern.
3.2 Muhasabah wa Thariqah (Introspeksi dan Metode)
· Muhasabah (Introspeksi): Sudah sejauh mana kita meneladani kesederhanaan Abu Bakar? Seberapa besar ketegasan kita dalam menegakkan kebenaran seperti Umar? Apakah sedekah kita masih hitung-hitungan? Apakah kita sudah peduli pada tetangga dan orang sakit?
· Thariqah (Metode):
1. Ilmu: Mempelajari sirah (sejarah hidup) dan fiqh (pemahaman) para sahabat melalui kitab-kitab yang sahih.
2. Hati: Menumbuhkan kecintaan kepada mereka dalam hati.
3. Amal: Meniru satu per satu amalan mereka secara konsisten, dimulai dari yang paling mudah.
3.3 Doa
“Ya Allah, limpahkanlah keridhaan-Mu kepada Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan seluruh sahabat Rasulullah. Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mencintai mereka dan bisa mengikuti jejak kebaikan mereka. anugerahkanlah kepada kami ketulusan seperti ketulusan Abu Bakar dan ketegasan dalam kebenaran seperti Umar. Masukkanlah kami ke dalam surga dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih.”
3.4 Waṣāyā al-‘Ulamā’ (Wasiat Para Ulama)
· Hasan Al-Bashri: “Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Seberangilah ia, namun jangan kau dirikan tenda di atasnya.”
· Rabi‘ah al-Adawiyah: “Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya. Tapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah sembunyikan keindahan abadi-Mu dariku.”
· Imam Al-Ghazali: “Ilmu tanpa amal adalah gila. Amal tanpa ilmu adalah sia-sia.”
· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Hakikat tasawuf adalah mengosongkan hati dari selain Allah.”
· Jalaluddin Rumi: “Kemarin aku pandai, aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku bijak, jadi aku mengubah diriku.”
· Imam Al-Ghazali (lagi): “Lima perkara sebelum lima: Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.”
Daftar Pustaka
1. Al-Ashfahani, Al-Raghib. (t.th.). Mufradat Alfazh al-Qur’an.
2. Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. (1993). Shahih al-Bukhari. Dar Ibn Katsir.
3. Muslim, Al-Hajjaj bin Muslim. (t.th.). Shahih Muslim. Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi.
4. At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa. (1998). Sunan at-Tirmidzi. Dar al-Garb al-Islami.
5. Adz-Dzahabi, Syamsuddin. (2006). Siyar A’lam an-Nubala. Muassasah ar-Risalah.
6. Al-‘Asqalani, Ibn Hajar. (2001). Fath al-Bari. Dar al-Ma’rifah.
7. An-Nawawi, Yahya bin Syaraf. (2000). Syarh Shahih Muslim. Dar al-Khayr.
8. Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. (1999). Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah. Maktabah al-Ma’arif.
9. As-Samlawi, Abdul Mur’thi. (t.th.). Al-Kawakib al-Lamma’ah. (Jika dirujuk dari kitab tertentu).
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung tersusunnya buku sederhana ini. Terima kasih kepada para guru yang telah mengajarkan ilmu, kepada keluarga yang selalu mendukung, dan kepada para pembaca yang sudi meluangkan waktu. Semoga Allah membalas semua kebaikan Anda dengan yang lebih baik.
Wallahu a’lam bish-shawab.
-------
Tentu! Ini versi bahasa santai, gaul, dan kekinian dari konsep buku tersebut, tapi tetap menjaga kesucian dan makna dari ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadis.
---
Buku: Level Teratas: Belajar Keluhuran dari Abu Bakar & Umar r.a.
Penulis: M. Djoko Ekasanu
---
Kata Pengantar
Bismillah, hi guys! Puji-puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT.Sholawat dan salam jangan lupa kita curahkan buat idola kita semua, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Buku ini coba ngajak kalian, para pejuang zaman now, buat kenal lebih dekat sama dua sosok legenda: Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab r.a. Mereka itu bukan cuma nama di buku sejarah, tapi mereka adalah role model sejati yang keren-keren banget. Gaya hidup mereka, prinsip mereka, dan cara mereka berbuat baik itu bikin kita harus bilang, "Wow, levelnya beda jauh!"
Melalui cerita dan riwayat yang valid, penulis harap kita bisa dapat inspirasi dan motivasi buat naikin level keimanan dan kebaikan kita sehari-hari. Yuk, kita teladani!
Penulis sadar banget buku ini nggak perfect. So, kritik dan saran yang membangun super ditunggu ya! Semoga Allah terima niat baik ini.
---
Bab 1: Dasar-Dasar Kerennya Mereka
1.1 Ringkasan Cerita & Judul
Judul bukunya “Level Teratas: Belajar Keluhuran dari Abu Bakar & Umar r.a.”. Judul ini ngambil vibe dari betapa tingginya level spiritual dan akhlak mereka berdua. Buku ini berdasar dari tiga cerita utama:
1. Cerita Pertama (Dari Syekh Abdul Mur’thi As-Samlawi): Percakapan epic antara Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril a.s. Intinya, kebaikan Umar r.a. itu nggak kehitung banyaknya, dan Umar sendiri adalah salah satu "hasil karya" dari kebaikan Abu Bakar r.a. Mind-blowing, right?
2. Cerita Kedua (HR. Muslim): Nabi SAW tanya, "Siapa yang hari ini jenguk orang sakit?" Abu Bakar nyaut, "Aku, Rasulullah." Terus Nabi tanya lagi soal ngantar jenazah, kasih makan orang miskin, dan puasa. Abu Bakar jawab "Aku" terus. Akhirnya Nabi bilang, gabungan amal kayak gitu jaminannya surga.
3. Cerita Ketiga (HR. Tirmidzi): Umar pengen "win" sedekah dari Abu Bakar. Dia bawa setengah hartanya. Eh, Abu Bakar malah bawa all in, seluruh hartanya. Pas ditanya Nabi, "Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?" Abu Bakar jawab, "Aku tinggalin Allah dan Rasul-Nya buat mereka." Umar langsung menyerah dan bilang, "Gue gabakal bisa ngalahin dia dalam hal apapun." So humble.
1.2 Maksud & Makna Deepnya
· Maksud: Ngajak kita buat zoom in ke kehidupan dua sahabat ini, biar kita bisa copy-paste kebaikan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
· Hakikat: Intinya, keren itu bukan karena harta, jabatan, atau followers. Tapi karena iman yang solid, amal yang tulus, dan berani berkorban.
· Tafsir Judul: "Level Teratas" itu maksudnya standar keluhuran tertinggi yang bisa dicapai manusia, yang mereka contohin.
1.3 Latar Belakang: Why Should We Care?
Di zaman yang serba instan dan materialistik ini, konsep "sukses" sering banget cuma diukur dari duit, penampilan, atau likes. Figur panutan pun kadang salah. Banyak yang lupa kalau kita punya role model yang jauh lebih keren dan meaningful: para sahabat Nabi. Buku ini pengen ngingetin lagi bahwa teladan sejati itu ya mereka.
1.4 Tujuan & Benefit Buat Kita
· Tujuan:
1. Kenalin siapa itu Abu Bakar dan Umar yang sebenernya.
2. Nunjukin bahwa kisah mereka masih relevan banget buat kita yang hidup di era digital.
3. Nge-gas kita buat jadi pribadi yang lebih baik, step by step.
· Manfaat:
1. Dapet pelajaran hidup yang aplikatif.
2. Jadi makin cinta dan respect sama para sahabat Nabi.
3. Termotivasi buat saingan sehat dalam kebaikan (fastabiqul khairat).
---
Bab 2: Apa Hubungannya Sama Kita Sekarang?
2.1 Relevansi Zaman Now
Gaya hidup mereka ternyata jawaban dari banyak masalah kita:
· Krisis Pemimpin: Mereka adalah contoh pemimpin yang jujur, adil, rendah hati, dan tanggung jawab. Something we all look for in a leader.
· Materialistik: Kisah sedekah Abu Bakar yang all in itu tamparan keras buat gaya hidup yang cuma mikirin diri sendiri dan harta.
· Individualis: Mereka aktif banget jenguk orang sakit, bantu yang susah. Itu ngingetin kita buat peduli sama sekitar, jangan cuma sibuk sama diri sendiri.
· Spiritualitas yang Instan: Iman mereka bukan cuma diucapin, tapi dibuktikan dengan aksi. Itu nunjukin spiritualitas yang real, bukan cuma buat dipamerin.
2.2 Dalil Pendukung (Tetap Pakai Bahasa Aslinya ya, karena Sakral)
· Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 40: “…sedang dia (Abu Bakar) adalah salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’”
· Al-Qur'an Surat Al-Fath ayat 29: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…”
· Hadis Riwayat Bukhari: “Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil kekasih selain Tuhanku, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih.”
· Hadis Riwayat Bukhari: “Wahai Ibnul Khattab, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan berjumpa denganmu berjalan pada suatu jalan melainkan dia akan mengambil jalan lain yang bukan jalanmu.”
2.3 Kenapa Mereka Bisa Seekeren Itu?
Alasannya simple tapi dalem:
1. Gurunya Langsung Nabi Muhammad SAW: Mereka murid utama. Setiap detik hidupnya adalah pembelajaran.
2. Iman yang Nancep di Hati: Keyakinan mereka bukan teori, tapi jadi bahan bakar untuk setiap aksi.
3. Lingkungan yang Supportive: Mereka saingan dalam kebaikan. Persaingan yang sehat bikin mereka terus naik level.
2.4 Analisis Singkat & Argumen
Cerita pertama mungkin agak berat buat dicerna literalnya. Tapi intinya itu metafora buat nunjukin betapa tingginya level Abu Bakar di mata Allah, sampai-sampai Umar yang sudah luar biasa aja masih jadi bagian dari "karya"nya. Ini sejalan banget sama banyak hadis shahih lain yang nyebut Abu Bakar yang paling utama.
---
Bab 3: Penutup & Nasihat Para Senior
3.1 Kesimpulan
Singkatnya:
1. Abu Bakar dan Umar itu duo yang kerennya nggak ketulungan.
2. Kunci keren mereka: iman kuat, amal tulus, dermawan, dan jiwa kepemimpinan.
3. Nilai-nilai mereka adalah solusi dari banyak masalah kita hari ini.
3.2 Muhasabah & Action Plan
· Muhasabah (Cek Diri): Sejauh mana kita udah nyontoh kesederhanaan Abu Bakar? Seberapa berani kita tegakkan kebenaran kayak Umar? Sedekah kita masih hitung-hitungan? Udah peduli sama tetangga yang sakit?
· Action Plan:
1. Learn: Cari tau tentang mereka dari sumber yang valid.
2. Love: Tanamkan rasa cinta dan respect ke hati.
3. Action: Tiru satu per satu kebiasaan baik mereka, mulai dari yang kecil.
3.3 Doa (Bahasanya Tetap Bahasa Doa ya)
“Ya Allah, limpahkanlah keridhaan-Mu kepada Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan seluruh sahabat Rasulullah. Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mencintai mereka dan bisa mengikuti jejak kebaikan mereka. anugerahkanlah kepada kami ketulusan seperti ketulusan Abu Bakar dan ketegasan dalam kebenaran seperti Umar. Masukkanlah kami ke dalam surga dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih.”
3.4 Nasihat Para Legenda (Waṣāyā al-‘Ulamā’)
· Hasan Al-Bashri: "Dunia tuh cuma jembatan. Diseberangin iya, jangan dibangun rumah di atasnya."
· Rabi‘ah al-Adawiyah: "Ya Allah, kalo aku nyembah Mu karena takut neraka, bakar aja aku di neraka. Kalo aku nyembah Mu karena pengen surga, usir aja aku dari surga. Tapi kalo aku nyembah Mu karena Mu aja, jangan sembunyikan keindahan Mu dariku."
· Imam Al-Ghazali: "Ilmu tanpa amal tuh gila. Amal tanpa ilmu tuh sia-sia."
· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Tasawuf yang bener tuh adalah mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah."
· Jalaluddin Rumi: "Kemarin aku pinter, aku pengen ubah dunia. Hari ini aku bijak, jadi aku ubah diriku sendiri."
· Imam Al-Ghazali (lagi): "Lima hal sebelum lima: Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu." (Ngingetin banget buat anak muda!)
Daftar Pustaka
(Sama seperti versi formal, karena ini sumber serius)
1. Shahih al-Bukhari.
2. Shahih Muslim.
3. Sunan at-Tirmidzi.
4. Dan seterusnya...
Ucapan Terima Kasih
Big thanks! Buat semua yang udah bantu buku ini jadi kenyataan. Buat para guru, keluarga, dan kalian yang udah baca sampai habis. Semoga Allah balas semua kebaikan kalian dengan yang lebih baik!
Wallahu a’lam bish-shawab.
No comments:
Post a Comment