TIGA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN UNTUK BERSIKAP RAMAH TERHADAP ALLAH
Renungan dari Hikmah Sufyan Ats-Tsauri r.a.
Maksud Hakikat
Sufyan Ats-Tsauri r.a. ketika ditanya tentang bagaimana ramah terhadap Allah, beliau menjawab:
“Tidak harus ramah terhadap setiap wajah ceria, terhadap setiap suara yang manis, dan terhadap ucapan yang indah.”
Ungkapan ini mengandung hakikat: ramah terhadap Allah bukanlah sikap basa-basi yang lahiriah kepada makhluk, melainkan keseriusan hati, ketulusan jiwa, dan ketaatan yang ikhlas kepada Sang Khaliq. Ramah terhadap Allah berarti bersikap lembut, santun, taat, dan beradab dalam menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya.
Tafsir Makna Judul
Ramah terhadap Allah bukan berarti Allah butuh keramahan hamba-Nya, melainkan hamba yang beradab, khusyu’, dan penuh cinta dalam beribadah. Tiga hal pokok yang harus diperhatikan:
- Keikhlasan hati (tidak terjebak pada wajah ceria semata).
- Kebenaran amal (tidak hanya terpesona pada suara indah).
- Kesungguhan ucapan (tidak sekadar berbunga kata, tapi harus sesuai amal).
Latar Belakang Masalah
Di era modern, banyak orang terjebak dalam penampilan lahiriah: wajah ceria, kata-kata indah, dan suara merdu. Namun hati kosong dari dzikrullah, amal tidak konsisten, dan ucapan tidak sejalan dengan perbuatan. Inilah problem besar umat: sibuk pada kemasan, lupa pada esensi.
Tujuan dan Manfaat
- Membimbing umat agar kembali kepada keikhlasan dan kesungguhan hati.
- Menjadi pengingat bahwa keramahan yang hakiki adalah akhlak kepada Allah, bukan sekadar basa-basi kepada manusia.
- Membentuk masyarakat yang lebih jujur, lurus, dan bertanggung jawab.
Relevansi Saat Ini
Hari ini banyak yang “ramah” di depan manusia, namun lalai kepada Allah. Ramah di media sosial, tapi kasar dalam shalat. Pandai berkata indah, namun malas berdzikir. Inilah penyakit zaman yang perlu disembuhkan dengan kembali kepada keikhlasan dan adab rohani.
Dalil al-Qur’an dan Hadis
-
Al-Qur’an:
- “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman: Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
- “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, maka Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Hasyr: 19).
-
Hadis:
- Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
Kasusnya
Banyak majelis atau komunitas Islam yang megah dengan lantunan tilawah dan kata-kata indah, namun di balik itu masih ada kesombongan, riya’, dan perselisihan. Padahal tujuan sejatinya adalah tunduk dan ramah kepada Allah, bukan sekadar mencari tepuk tangan manusia.
Analisis dan Argumentasi
- Wajah ceria tanpa iman hanyalah topeng.
- Suara merdu tanpa dzikrullah hanyalah musik kosong.
- Ucapan indah tanpa amal hanyalah retorika.
Maka, keramahan kepada Allah harus berwujud dalam hati yang khusyu’, amal yang lurus, dan ucapan yang jujur.
Kesimpulan
Ramah terhadap Allah adalah sikap tunduk, ikhlas, dan penuh cinta kepada-Nya. Hal ini dicapai bukan dengan basa-basi lahiriah, melainkan dengan keseriusan batin dalam iman, ibadah, dan akhlak.
Muhasabah dan Caranya
- Periksa hati: apakah kita benar-benar ikhlas?
- Periksa amal: apakah sesuai dengan syariat?
- Periksa ucapan: apakah jujur dan bermanfaat?
Dengan muhasabah ini, kita melatih diri menjadi hamba yang ramah terhadap Allah.
Doa
اللَّهُمَّ اجعل قلوبنا خاشعة، وأعمالنا صالحة، وأقوالنا صادقة، ووجوهنا منوّرة برضاك، وقرّبنا إليك برحمتك، يا أرحم الراحمين.
“Ya Allah, jadikan hati kami khusyu’, amal kami shalih, ucapan kami jujur, dan wajah kami bercahaya dengan ridha-Mu. Dekatkanlah kami kepada-Mu dengan rahmat-Mu, wahai Maha Pengasih.”
Nasehat Para Auliya’
- Hasan al-Bashri: “Seorang mukmin adalah yang paling baik amalnya, bukan yang paling indah ucapannya.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau ingin surga, tapi karena cinta kepada-Nya.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Tinggalkan dunia dan raihlah Allah, maka engkau akan menemukan keramahan-Nya.”
- Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah beradab dengan Allah.”
- Al-Hallaj: “Cinta kepada Allah adalah mabuk yang meniadakan selain-Nya.”
- Imam al-Ghazali: “Hakikat ibadah adalah menghadirkan hati di hadapan Allah.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Janganlah engkau ramah kepada makhluk hingga melupakan hak Allah.”
- Jalaluddin Rumi: “Jangan terpikat pada suara merdu, tapi dengarkan bisikan cinta Allah dalam hatimu.”
- Ibnu ‘Arabi: “Barangsiapa mengenal Allah, ia menjadi ramah dalam keikhlasan.”
- Ahmad al-Tijani: “Ramah kepada Allah adalah berpegang pada dzikir dan syariat.”
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah, tulisan ini diharapkan menjadi cermin bagi kita semua untuk menata kembali hubungan dengan Allah. Terima kasih kepada para pembaca yang senantiasa mencari hikmah. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang ramah kepada-Nya, bukan sekadar ramah di hadapan manusia.
No comments:
Post a Comment