📰 Renungan Harian Qur’ani
Q.S. Al-An‘am 7–11: “Hati yang Menolak, Akal yang Ingkar, dan Pelajaran dari Umat Terdahulu”
Maksud Hakikat
Ayat 7–11 surah Al-An‘am menggambarkan kerasnya hati kaum kafir Quraisy: walaupun diturunkan kitab tertulis yang nyata, mereka tetap menolak. Mereka mengolok-olok Nabi, menyebut wahyu sebagai sihir, bahkan menuntut mukjizat lain yang lebih besar. Allah lalu mengingatkan: umat-umat terdahulu yang lebih kuat pun telah dibinasakan ketika mendustakan ayat-ayat-Nya. Hakikat yang ingin ditegaskan: penolakan bukan karena kurang bukti, melainkan karena hati yang keras dan akal yang dipenuhi kesombongan.
Tafsir Makna Judul
Judul renungan ini, “Hati yang Menolak, Akal yang Ingkar”, merangkum makna ayat: meski wahyu itu jelas dan nyata, hati yang tertutup dan akal yang congkak tetap akan menolaknya. Inilah tragedi spiritual manusia sepanjang sejarah.
Latar Belakang Masalah
Kaum Quraisy menuntut bukti fisik berupa kitab tertulis yang turun dari langit, agar mereka percaya. Namun, mereka bukan benar-benar mencari kebenaran, melainkan alasan untuk menolak. Kondisi ini juga pernah terjadi pada kaum terdahulu: ‘Ad, Tsamud, dan kaum Nabi Nuh, yang menolak kebenaran meski bukti nyata di hadapan mereka.
Tujuan dan Manfaat
- Tujuan: mengingatkan manusia agar tidak jatuh pada penyakit keras hati dan kesombongan intelektual.
- Manfaat: menumbuhkan sikap tawadhu‘, menerima kebenaran dengan hati bersih, serta mengambil pelajaran dari kehancuran kaum yang mendustakan.
Relevansi Saat Ini
Fenomena serupa terjadi di zaman modern. Banyak orang menolak nilai-nilai agama bukan karena kurang dalil, melainkan karena nafsu dan ego. Ayat ini relevan sebagai peringatan bahwa kemajuan teknologi, politik, maupun ekonomi tidak menjamin keselamatan jika hati keras dan akal congkak.
Dalil Qur’an dan Hadis
-
Qur’an:
- “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, Kami akan menarik mereka sedikit demi sedikit (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka sadari.” (Q.S. Al-A‘raf: 182)
- “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka?” (Q.S. Yusuf: 109)
-
Hadis:
- Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walau sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Kasusnya
Seorang ilmuwan modern bisa saja menolak ayat-ayat Allah dengan mengatakan: “Semua ini hanya fenomena alamiah, tidak ada campur tangan Tuhan.” Padahal ilmu yang ia kuasai seharusnya semakin menambah kerendahan hati. Inilah cerminan kesombongan Quraisy yang menuntut bukti namun menolak hakikat.
Analisis dan Argumentasi
Penolakan kaum Quraisy dan umat terdahulu bukanlah masalah kurang bukti, melainkan psikologis-spiritual. Allah menjelaskan bahwa tanda-tanda kebesaran-Nya ada di langit, bumi, dan dalam diri manusia. Maka argumen bahwa mereka tidak melihat bukti tidak sah, karena justru bukti ada di mana-mana. Masalahnya ada pada hati yang tertutup.
Kesimpulan
Ayat 7–11 Al-An‘am menegaskan: kebinasaan datang bukan karena tidak tahu, tetapi karena tahu lalu menolak. Orang yang sombong menutup mata dari kebenaran meskipun dalil sudah nyata.
Muhasabah dan Caranya
- Menjaga hati dari kesombongan.
- Membaca ayat-ayat Allah di alam dan dalam diri.
- Membuka diri terhadap nasihat ulama dan orang shalih.
- Menerima kebenaran meski datang dari orang sederhana.
Doa
اللَّهُمَّ اجعل قلوبَنا عامرةً بالإيمان، ونفوسَنا مطمئنةً بذكرك، ولا تجعلنا من الغافلين المستكبرين عن آياتك.
Ya Allah, jadikanlah hati kami dipenuhi iman, jiwa kami tenteram dengan mengingat-Mu, dan jangan Engkau jadikan kami termasuk orang-orang lalai dan sombong terhadap ayat-ayat-Mu.
Nasehat Para Ulama Sufi
- Hasan al-Bashri: “Dosa yang paling berat adalah kerasnya hati setelah datangnya peringatan.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Janganlah engkau menyembah Allah karena takut neraka atau ingin surga. Sembahlah Dia karena cinta, niscaya hatimu lembut menerima kebenaran.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Musibah terbesar adalah hati yang tertutup, bukan badan yang sakit.”
- Junaid al-Baghdadi: “Kebenaran itu jelas, hanya nafsu yang menutupi.”
- Al-Hallaj: “Siapa yang mengenal Allah dengan hati, tak mungkin mengingkari ayat-ayat-Nya.”
- Imam al-Ghazali: “Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, amal tanpa ilmu adalah kesesatan. Kedua-duanya menjauhkan dari hidayah.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Janganlah engkau menunda taubat. Setiap penundaan adalah tipu daya iblis.”
- Jalaluddin Rumi: “Bukti kebenaran tidak akan masuk ke hati yang penuh ego.”
- Ibnu ‘Arabi: “Setiap ayat adalah cermin. Siapa yang menolak, ia menolak dirinya sendiri.”
- Ahmad al-Tijani: “Hati yang lembut lebih berharga daripada seribu bukti tertulis, sebab ia menerima cahaya Allah.”
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Terima kasih kepada para ulama, sufi, dan guru-guru ruhani yang menuntun umat agar tidak mengulang kesalahan kaum terdahulu. Dan terima kasih kepada pembaca, semoga tulisan ini menjadi bahan renungan untuk melembutkan hati di tengah kerasnya dunia modern.
No comments:
Post a Comment