📰 Bacaan Koran Islam
Takut, Suka, dan Jenak: Jalan Ruhani Menuju Allah
Ulasan Dasar Utama Tulisan
Dzun Nun al-Mishri, seorang sufi besar abad ketiga Hijriah, menyampaikan kalimat bijak:
"Setiap orang yang takut akan lari, setiap orang yang suka akan mencari, dan setiap orang yang jenak dengan Allah akan merasa asing dengan makhluk."
Ungkapan ini menjadi cermin bagi perjalanan ruhani manusia: takut (khauf), suka (raghbah), dan jenak (uns/ithmi’nan). Tiga kondisi ini menggambarkan dinamika hati seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Maksud dan Hakikat
- Takut (Khauf) → rasa gentar dari siksa Allah mendorong seorang mukmin menjauhi maksiat.
- Suka (Raghbah) → rasa cinta dan kerinduan terhadap surga menuntun hamba memperbanyak amal saleh.
- Jenak (Uns billah) → rasa tenang bersama Allah melahirkan keterasingan dari dunia dan manusia, karena hati sudah terikat dengan Allah semata.
Hakikatnya: perjalanan spiritual ini bergerak dari takut kepada azab, naik kepada suka kepada janji Allah, hingga mencapai puncak tenang bersama Allah.
Tafsir Makna Judul
- Takut: energi penggerak untuk bertaubat.
- Suka: energi pencari kebaikan.
- Jenak: energi ketenangan yang hanya lahir dari ma’rifatullah.
Tujuan dan Manfaat
- Menumbuhkan kesadaran akan urgensi rasa takut, cinta, dan keintiman dengan Allah.
- Menjadikan manusia tidak hanya sibuk dengan ibadah fisik, tetapi juga menghidupkan hati.
- Membimbing pembaca agar tidak berhenti di satu maqam, tetapi terus naik menuju kedekatan dengan Allah.
Latar Belakang Masalah
Banyak orang hari ini masih terjebak dalam dua kutub: takut pada neraka atau mengejar surga. Padahal, ada maqam yang lebih tinggi, yaitu merasakan ketenangan bersama Allah. Dzun Nun al-Mishri ingin mengajarkan bahwa puncak ibadah adalah rasa jenak dengan Allah, bukan sekadar ketakutan atau harapan.
Intisari Masalah
- Ketakutan tanpa harapan → putus asa.
- Harapan tanpa ketakutan → lalai.
- Keintiman dengan Allah → keseimbangan, ketenangan, dan kebahagiaan hakiki.
Sebab Terjadinya Masalah
- Lemahnya pemahaman agama → lebih banyak takut pada dunia daripada takut kepada Allah.
- Kecintaan berlebihan pada dunia → membuat manusia hanya mencari kenikmatan fana.
- Tidak mengenal Allah → menyebabkan hati gelisah dan merasa asing dalam ibadah.
Relevansi Saat Ini
Di era modern, manusia semakin takut kehilangan harta, pekerjaan, status sosial, tetapi kurang takut kehilangan iman. Mereka mencari kenikmatan dunia lebih daripada surga. Oleh karena itu, pesan Dzun Nun menjadi sangat relevan: takutlah kepada Allah, cintailah janji-Nya, dan temukan ketenangan hanya pada-Nya.
Dalil Qur’an dan Hadis
-
Al-Qur’an:
- “Mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut.” (QS. Al-Anbiya: 90)
- “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
-
Hadis:
- Rasulullah ﷺ bersabda: “Seandainya seorang mukmin mengetahui azab Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang akan berharap kepada surga-Nya. Dan seandainya seorang kafir mengetahui rahmat Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang berputus asa dari rahmat-Nya.” (HR. Muslim)
Analisis dan Argumentasi
- Takut adalah pagar agar manusia tidak melanggar larangan.
- Suka adalah cahaya yang menuntun ke arah amal kebajikan.
- Jenak adalah maqam tinggi yang membuat hati tenteram walau dunia berguncang.
Dengan demikian, orang yang hanya berhenti di takut atau suka akan belum sempurna. Kesempurnaan terletak pada jenak bersama Allah.
Kesimpulan
- Takut membuat kita menjauh dari dosa.
- Suka membuat kita mengejar kebaikan.
- Jenak membuat kita merasa cukup hanya dengan Allah.
Inilah perjalanan spiritual menuju Allah yang diajarkan para sufi.
Muhasabah dan Caranya
- Periksa hati setiap hari: Apakah lebih takut kehilangan dunia daripada takut kepada Allah?
- Isi hati dengan dzikir: agar tenang dan tidak bergantung pada manusia.
- Lakukan amal dengan ikhlas: bukan karena takut manusia atau berharap pujian.
Doa
“Ya Allah, jadikanlah kami hamba-Mu yang takut kepada-Mu, rindu kepada surga-Mu, dan jenak dalam dzikir-Mu. Jangan biarkan hati kami tenang kecuali bersama-Mu.”
Nasehat Ulama Sufi
- Hasan al-Bashri: “Iman adalah antara takut dan harap.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka atau berharap surga, tetapi karena aku mencintai-Mu.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Siapa yang mengenal Allah, maka dia asing dari selain-Nya.”
- Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah keluar dari kebiasaan hawa nafsu, masuk dalam ketaatan kepada Allah.”
- Al-Hallaj: “Aku adalah rahasia Allah, dan rahasia Allah adalah aku.” (isyarat fana’ dalam Allah).
- Imam al-Ghazali: “Takut dan harap adalah dua sayap iman, tanpa keduanya iman tidak bisa terbang.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jadilah bersama Allah tanpa makhluk, maka Allah akan cukupkan engkau dari makhluk.”
- Jalaluddin Rumi: “Cinta adalah jembatan antara engkau dan segala sesuatu.”
- Ibnu ‘Arabi: “Hati yang penuh dengan Allah tidak punya ruang untuk selain-Nya.”
- Ahmad al-Tijani: “Seseorang tidak akan mencapai hakikat kecuali bila ia berpegang pada syariat dan cinta kepada Allah.”
Ucapan Terima Kasih
Kami haturkan terima kasih kepada para pembaca yang masih setia menelaah hikmah-hikmah para salafus shalih. Semoga Allah menjaga kita agar tetap dalam jalan-Nya, menjadikan kita hamba yang takut, suka, dan jenak hanya kepada-Nya.
No comments:
Post a Comment