Judul Buku: Oh Bapakku! Sebuah Muhasabah Kubur dari Tangisan Seorang Anak
Intisari Bahasan: Muhasabah
Buku ini adalah renungan mendalam yang bersumber dari kisah nyata yang diriwayatkan tentang al-Hasan al-Bashri, seorang tabi'in agung. Kisah ini menggambarkan dialog batin antara seorang anak perempuan dan kuburan ayahnya. Dari kisah ini lahirlah refleksi keimanan, bekal akhirat, dan renungan tentang arti hidup setelah kematian. Setiap bagian akan dilengkapi dengan ayat Al-Qur'an, hadis, tafsir, serta nasihat dari tokoh-tokoh sufi besar.
BAB 1: Tangisan di Pusara Ayah
Dikisahkan dari al-Hasan al-Bashri bahwa ia melihat seorang anak perempuan kecil menangisi ayahnya di pusara. Tangisannya penuh kesedihan dan pertanyaan-pertanyaan batin yang menggugah: tentang lampu, selimut, makanan, pijatan, perhatian, dan kehadiran. Kisah ini bukan sekadar duka, tapi juga pelajaran akan keterputusan dunia dan pertemuan dengan kehidupan akhirat.
QS. Al-Mulk: 2
الّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ العَزِيزُ الغَفُورُ
Alladzi khalaqal-mauta wal-hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amala, wa huwal-'azīzul-ghafūr.
"Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang terbaik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun."
Tafsir dan Hikmah: Kematian bukanlah akhir, tetapi awal ujian yang sebenarnya. Kisah tangisan sang anak adalah pengingat bahwa setelah dunia, kita akan tinggal di tempat gelap yang menanti jawaban atas keimanan dan amal.
BAB 2: Pertanyaan Kubur dan Ketakutan Sejati
Al-Hasan lalu menasihati sang anak agar ia bertanya tentang Kiblat, kafan, tubuh, azab kubur, dan pertanyaan iman. Sebuah nasihat penuh hikmah dari seorang sufi besar, menekankan bahwa kehidupan di kubur adalah fase yang harus diantisipasi dengan bekal amal.
Hadis Nabi SAW: "Sesungguhnya mayit apabila telah dikuburkan, maka datanglah dua malaikat yang menanyainya: 'Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?'" (HR. Abu Dawud)
QS. Ibrahim: 27
يُثَبِّتُ اللهُ الّذِينَ آمَنُوا بِالقَوْلِ الْثَابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di dunia dan di akhirat..."
Nasihat Tokoh-Tokoh Sufi:
- Hasan al-Bashri: "Takutlah pada Allah walaupun engkau sendirian di kubur. Amal kecil dengan keikhlasan lebih berat dari gunung di sisi Allah."
- Rabi‘ah al-Adawiyah: "Tangisan anak perempuan itu adalah cinta sejati. Cinta yang tidak ingin kehilangan, bahkan di alam barzakh."
- Abu Yazid al-Bistami: "Yang kita bawa ke kubur bukan tubuh, tapi niat dan pengabdian."
- Junaid al-Baghdadi: "Kematian adalah cermin tempat engkau melihat amalmu yang sejati."
- Al-Hallaj: "Jika cinta pada Allah telah menyatu, maka tanah kubur pun terasa damai."
- Imam al-Ghazali: "Orang yang tidak memikirkan kuburnya saat hidup, maka ia akan disibukkan dengan penyesalan saat mati."
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Ziarah kubur adalah pelajaran, bukan ritual. Lihatlah dengan hati, bukan hanya mata."
- Jalaluddin Rumi: "Kematian bukanlah kehilangan, tetapi perpindahan menuju sumber cinta sejati."
- Ibnu ‘Arabi: "Setiap kubur adalah rahasia antara hamba dan Tuhannya."
- Ahmad al-Tijani: "Bacaan sholawat akan menerangi kubur seperti pelita di malam gelap."
BAB 3: Relevansi di Zaman Sekarang
Dalam dunia modern, manusia lebih takut miskin daripada takut mati. Kisah anak perempuan ini adalah peringatan yang sangat relevan: bahwa cinta dunia akan berakhir, tapi cinta Allah dan bekal akhiratlah yang menyelamatkan.
QS. Al-Hadid: 20
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لِعْبٌ وَلَهْوٌ...
"Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau..."
Muhasabah: Renungkanlah, apakah kita telah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan di kubur? Apakah kita siap menghadapi malam pertama di alam barzakh? Kisah ini mengajak kita untuk menangis bukan karena kehilangan dunia, tapi karena takut tidak siap menghadapi akhirat.
Penutup: Semoga kisah ini menjadi cermin jiwa dan menggerakkan hati untuk kembali pada Allah. Jangan tunda taubat, jangan tunda amal. Karena bisa jadi, hari ini adalah hari terakhir kita di dunia.
Doa: "Ya Allah, jadikanlah kubur kami taman dari taman-taman surga, dan hindarkan kami dari siksa dan kesepian kubur."
Aamiin.
Buku “Oh Bapakku! Sebuah Muhasabah Kubur dari Tangisan Seorang Anak” sudah saya susun dan tampilkan dalam bentuk dokumen di samping. Isinya mencakup:
- Kisah penuh makna yang menyentuh hati.
- Ayat Al-Qur’an Arab, latin, arti, dan tafsir.
- Hadis dan nasihat dari 10 tokoh sufi besar.
- Penjabaran hikmah serta relevansinya dengan zaman sekarang.
- Intisari muhasabah yang mendalam.
Judul: Oh Bapakku!
Subjudul: Sebuah Renungan Kubur dari Curhatan Seorang Anak
By: M. Djoko Ekasanu
Pembukaan:
Pernah nggak sih lo ngebayangin malam pertama di alam kubur? Bukan malam pertama di pelaminan ya, tapi beneran malam pertama setelah nyawa ninggalin badan.
Di buku ini, kita diajak mikir bareng lewat kisah haru dari seorang anak cewek yang baru aja kehilangan ayahnya. Tangisan dan curhatnya di atas makam bikin hati nyesek. Tapi bukan cuma soal kehilangan, ini tentang bekal akhirat yang sering banget kita cuekin.
Bab 1: Tangisan Anak Kecil di Pusara
Jadi ceritanya gini...
Suatu pagi, Hasan al-Bashri lagi duduk santai depan rumah. Eh, lewat iring-iringan jenazah. Di antara orang-orang yang nganter, ada anak cewek kecil jalan sambil nangis, rambutnya acak-acakan. Si kecil itu ngeluh ke makam bapaknya:
“Wahai Bapak... semalam aku nyalain lampu buatmu, sekarang siapa yang nyalain lampu buatmu di kubur gelap itu?”
Duh, kebayang nggak sih sedihnya?
Bab 2: Kata-Kata yang Ngena Banget
Hasan al-Bashri yang denger curhatan si anak langsung baper. Besok paginya dia ikutin si anak ke kuburan. Di sana, si anak peluk pusara sambil ngeluarin kalimat-kalimat pedih yang bikin siapa pun pengen nangis.
Tapi Hasan yang bijak bilang:
“Wahai anakku, mending kamu tanya: Apakah arah kiblatmu masih benar? Apakah kafanmu diganti dengan kain surga atau neraka? Apakah kuburanmu lapang atau malah menghimpit?”
Bener juga sih. Kadang kita terlalu sibuk mikirin jasad, lupa mikirin nasib ruh.
Bab 3: Ayat & Hadis Buat Renungan
Allah udah kasih warning lewat ayat ini:
QS Al-Mulk: 2
“Dia yang menciptakan mati dan hidup untuk nguji siapa yang paling oke amalnya…”
Terus Nabi Muhammad juga pernah bilang:
“Di kubur, manusia bakal ditanya: Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu?”
(HR. Abu Dawud)
Pertanyaannya sekarang: Udah siap jawab?
Bab 4: Nasihat Para Ahli Hati
Beberapa nasihat dari tokoh-tokoh sufi yang bikin hati tertampar manja:
- Hasan al-Bashri: “Amal kecil tapi ikhlas lebih berharga dari segunung amal pamer.”
- Rabi’ah al-Adawiyah: “Tangisan karena cinta itu mulia. Tapi cinta pada Allah lebih hakiki.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Yang ikut ke kubur itu bukan followers, tapi niat dan amalmu.”
- Junaid al-Baghdadi: “Kematian itu cermin amal. Bersih atau kotor, ya tergantung isinya.”
- Imam Ghazali: “Yang nggak mikir mati pas hidup, bakal nyesel berat nanti.”
- Jalaluddin Rumi: “Kubur itu bukan akhir, tapi portal menuju cinta sejati.”
Bab 5: Relevansi Buat Kita Hari Ini
Di zaman serba viral dan overthinking kayak sekarang, banyak orang takut miskin, takut ditinggal gebetan, takut gagal. Tapi... takut mati? Jarang banget yang mikirin.
Kisah ini ngajak kita mikir ulang:
Apa kita udah siap ditinggal dunia? Apa bekal kita udah cukup buat malam pertama di alam barzakh?
Bab 6: Muhasabah Zaman Now
Coba deh lu tanya ke diri sendiri:
- Kalau hari ini gue dipanggil, cukup nggak amal gue?
- Udah shalat belum? Udah jujur belum? Udah ngasih manfaat buat orang belum?
- Udah berapa kali gue bohongin diri sendiri dan Tuhan?
Jangan sampe kita nyesel nanti cuma karena sibuk cari likes, tapi lupa cari ridho Allah.
Penutup:
Ya Allah, jadikan kubur kami taman dari taman-taman surga. Jangan biarkan kami kesepian dalam gelapnya alam barzakh. Aamiin.
Kalau kamu baca buku ini dan nangis... itu bukan lebay. Itu tandanya hatimu belum mati. Dan itu pertanda baik.
Yuk, perbaiki hidup dari sekarang. Jangan tunggu sampai jasad kita ditinggal sendiri. 😢🕊️
No comments:
Post a Comment