📰 Menjawab Adzan dan Ancaman Tidak Menjawab Adzan
Maksud Judul
Tulisan ini mengulas tentang keutamaan menjawab adzan yang hukumnya sunnah muakkadah, serta peringatan bagi yang mengabaikannya. Adzan adalah panggilan suci dari Allah untuk hamba-hamba-Nya, maka menjawabnya berarti menyambut cinta Allah, sementara mengabaikannya adalah tanda kelalaian hati.
Hakikat
Hakikat adzan adalah suara tauhid yang menggema di bumi, mengingatkan manusia agar kembali kepada Sang Pencipta. Menjawab adzan adalah bentuk adab kepada Allah dan Rasul-Nya, sekaligus latihan menyambut panggilan ketaatan.
Tafsir & Makna Judul
“Menjawab adzan” tidak hanya sekadar mengulang lafaz muadzin, tetapi juga menyatakan kesetiaan pada syahadat. Sedangkan “ancaman tidak menjawab adzan” adalah peringatan bahwa lalai dari panggilan Allah bisa menunjukkan kekerasan hati, kesombongan, dan kerugian besar di akhirat.
Tujuan dan Manfaat
- Menghidupkan sunnah Rasulullah ﷺ.
- Mendapat syafa’at Nabi di hari kiamat (HR. Bukhari no. 614).
- Menumbuhkan rasa tunduk dan taat pada panggilan Allah.
- Membersihkan hati dari kesombongan.
- Menguatkan identitas sebagai seorang Muslim.
Latar Belakang Masalah
Di tengah masyarakat, muncul kebiasaan yang tidak berdasar seperti mengecup jempol dan mengusap mata setelah adzan. Padahal para ulama menegaskan riwayatnya palsu. Sebaliknya, sunnah yang jelas—yaitu menjawab adzan, shalawat, dan doa setelah adzan—sering diabaikan.
Intisari Masalah
- Amalan yang benar: Menjawab adzan, membaca shalawat, lalu berdoa.
- Amalan tanpa dasar: Mengecup jempol, mengusap mata.
- Kerugian terbesar: Kehilangan pahala besar dan syafa’at Rasulullah ﷺ.
Sebab Terjadinya Masalah
- Kurangnya pemahaman masyarakat tentang hadis sahih.
- Pengaruh tradisi turun-temurun tanpa dasar syar’i.
- Sikap meremehkan sunnah dan sibuk dengan urusan dunia.
Relevansi Saat Ini
Di era modern, adzan tidak hanya terdengar dari masjid, tetapi juga dari media digital. Sayangnya, banyak orang yang tetap asyik dengan aktivitasnya tanpa menoleh atau menjawab adzan. Padahal, menjawab adzan hanya membutuhkan beberapa detik, tetapi nilainya adalah keabadian pahala.
Dalil Qur’an dan Hadis
📖 Al-Qur’an:
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu."
(QS. Al-Anfal: 24)
📜 Hadis sahih:
- “Apabila kalian mendengar adzan, maka jawablah sebagaimana yang diucapkan muadzin.” (HR. Bukhari no. 611, Muslim no. 383)
- “Barangsiapa berdoa setelah adzan dengan doa: Allahumma rabba hadzihid-da‘watit-taammah... maka ia akan memperoleh syafa’atku di hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 614)
📜 Hadis dhaif (peringatan keras):
- “Barangsiapa mendengar adzan lalu tidak menjawabnya, maka ia telah berpaling dari kebaikan dan Allah berpaling darinya.” (HR. Abu Ya’la, dhaif)
- “Barangsiapa mendengar adzan lalu tidak menjawabnya, maka tidak ada shalat baginya.” (Maudhu‘/palsu, disebut dalam beberapa kitab)
Analisis dan Argumentasi
- Aqidah → Menjawab adzan memperbarui syahadat.
- Fiqh → Hukumnya sunnah muakkadah, bukan wajib, tapi sangat dianjurkan.
- Tasawuf → Mengabaikan adzan tanda hati keras dan kurang rindu kepada Allah.
- Sosial → Menjawab adzan memperkuat identitas Islam di tengah masyarakat.
Referensi / Daftar Pustaka
- Shahih al-Bukhari, Kitab al-Adzan.
- Shahih Muslim, Kitab al-Shalah.
- Al-Maqashid al-Hasanah, Al-Sakhawi.
- Zaadul Ma’ad, Ibn Qayyim al-Jawziyyah.
- Al-Majmu’, Imam al-Nawawi.
- Al-Adzkar, Imam al-Nawawi.
Kesimpulan
Menjawab adzan adalah sunnah muakkadah yang pasti diajarkan Nabi ﷺ. Tidak ada dasar sahih untuk mengecup jempol atau mengusap mata. Orang yang tidak menjawab adzan tidak berdosa, tapi merugi besar karena kehilangan pahala dan syafa’at. Peringatan dalam hadis dhaif cukup menjadi pengingat agar tidak meremehkan sunnah ini.
Muhasabah dan Caranya
- Latih diri menjawab adzan di manapun berada.
- Jadikan adzan sebagai momen dzikir, bukan gangguan.
- Hentikan kebiasaan palsu dan fokus pada sunnah sahih.
- Ajarkan anak-anak menjawab adzan sejak dini.
Doa
“Ya Allah, jadikanlah hati kami lembut mendengar adzan, berilah kami kekuatan untuk menjawab panggilan-Mu, dan kumpulkan kami bersama Nabi-Mu di telaga Al-Kautsar. Aamiin.”
Nasehat Ulama dan Sufi
- Hasan Al-Bashri: “Adzan adalah panggilan kasih Allah. Janganlah engkau tuli darinya.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Jawablah adzan dengan cinta, karena itu panggilan Kekasih.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Siapa yang tidak menjawab adzan, ia telah menutup pintu hatinya dari cahaya.”
- Junaid al-Baghdadi: “Adzan adalah seruan tauhid, jawablah dengan ikhlas.”
- Al-Hallaj: “Di balik suara muadzin, Allah menyeru ruh manusia.”
- Imam al-Ghazali: “Menjawab adzan adalah hidupnya iman, mengabaikannya adalah matinya hati.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Hendaklah engkau beradab dengan adzan, karena ia panggilan dari Rabbul ‘Alamin.”
- Jalaluddin Rumi: “Adzan adalah nyanyian surga. Jawabanmu adalah tarian jiwa menuju Allah.”
- Ibnu ‘Arabi: “Adzan adalah janji setia, siapa yang menjawab memperbarui baiatnya kepada Allah.”
- Ahmad al-Tijani: “Jangan biarkan adzan berlalu tanpa jawaban, karena di situ ada syafa’at Nabi.”
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada para ulama, para sufi, dan seluruh Muslim yang menjaga sunnah menjawab adzan. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang lembut hatinya, yang tidak pernah lalai ketika dipanggil oleh adzan, panggilan cinta dari Rabbul ‘Alamin.
No comments:
Post a Comment