Saturday, August 16, 2025

Menguasai, Dikuasai, dan Mengimbangi

 




Menguasai, Dikuasai, dan Mengimbangi

Oleh: Redaksi Harian Hikmah


Maksud & Hakikat, Tafsir Makna Judul

Ungkapan Sayidina Ali r.a. ini menyimpan hikmah mendalam tentang relasi manusia. “Menguasai” di sini bukan berarti menindas, melainkan memegang pengaruh melalui kebaikan. “Dikuasai” berarti berada di bawah kendali pihak lain karena kebutuhan kita padanya. “Mengimbangi” berarti berada pada posisi setara, tanpa ketergantungan, dengan kemandirian hati.


Latar Belakang Masalah

Di tengah masyarakat modern, hubungan manusia sering diwarnai ketergantungan yang tidak sehat—baik materi maupun jasa. Banyak yang merasa rendah diri ketika membutuhkan orang lain, atau sebaliknya, menjadi sombong saat dibutuhkan. Padahal, Islam mengajarkan keseimbangan: memberi tanpa mengharap balasan, meminta hanya kepada Allah, dan menjaga kemandirian diri.


Analisis & Argumentasi

  • Memberi menciptakan rasa hormat dan keterikatan positif.
  • Meminta (terlalu sering kepada manusia) menimbulkan ketergantungan yang melemahkan jiwa.
  • Mandiri mengangkat martabat, membuat kita sejajar dengan siapa pun.

Secara psikologis, jiwa manusia memang condong kepada yang memberinya manfaat. Karena itu, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah."
(HR. Bukhari dan Muslim)


Tujuan & Manfaat

  1. Menanamkan sikap memberi sebagai sumber pengaruh positif.
  2. Menumbuhkan kemandirian dan kehormatan diri.
  3. Menghindarkan diri dari ketergantungan yang melemahkan.
  4. Membentuk hubungan sosial yang sehat dan seimbang.

Relevansi Saat Ini

Di era ketergantungan ekonomi, politik, dan teknologi, banyak orang kehilangan kemandirian. Hutang finansial, ketergantungan bantuan, bahkan "like" media sosial, membuat sebagian orang kehilangan kebebasan. Pesan Sayidina Ali ini mengajarkan bahwa kemandirian adalah kemerdekaan sejati.


Dalil Qur’an dan Hadis

  • Qur’an:

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya."
(QS. At-Talaq: 2-3)

  • Hadis:

“Orang kuat bukanlah yang menang bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya dari meminta.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Kasus Nyata

Banyak lembaga sosial runtuh karena terlalu bergantung pada bantuan pihak luar tanpa membangun kemandirian. Sebaliknya, lembaga yang memulai dengan dana sendiri dan kontribusi internal lebih dihormati dan bebas menentukan kebijakan.


Analisis & Argumentasi Lanjutan

Kemandirian bukan berarti anti-meminta bantuan, tapi mengatur batasan agar harga diri terjaga. Islam membolehkan meminta jika darurat, tapi memuji mereka yang mencukupkan diri.


Kesimpulan

Keseimbangan hidup tercapai jika kita memperbanyak memberi, meminimalkan meminta, dan menjaga kemandirian. Itulah jalan menuju kehormatan dan kebebasan sejati.


Muhasabah & Caranya

  • Latih diri memberi walau sedikit.
  • Minimalkan permintaan kecuali kepada Allah.
  • Belajar keterampilan agar tidak bergantung secara ekonomi.
  • Syukuri nikmat yang ada.

Doa

“Ya Allah, jadikanlah kami tangan di atas, bukan tangan di bawah. Beri kami hati yang kaya, jiwa yang lapang, dan rezeki yang mencukupi tanpa harus meminta kepada selain-Mu. Amin.”


Nasehat Para Ulama

  • Hasan Al-Bashri: “Kekayaan sejati adalah merasa cukup dengan apa yang ada.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku tak ingin apa pun dari dunia ini, kecuali agar aku tidak meminta kepada makhluk.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Orang yang merdeka adalah yang tidak tunduk kepada pemberian atau penolakan makhluk.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Jalan menuju Allah adalah dengan meninggalkan ketergantungan pada selain-Nya.”
  • Al-Hallaj: “Kebebasan hakiki adalah ketika engkau hanya bergantung kepada Dia yang Maha Bebas.”
  • Imam al-Ghazali: “Menahan diri dari meminta adalah pintu kemuliaan.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Mintalah hanya kepada Allah, sebab makhluk adalah lemah.”
  • Jalaluddin Rumi: “Ketika engkau lepas dari kebutuhan pada makhluk, engkau telah menemukan pintu surga di dunia.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Ketergantungan membelenggu roh, kemandirian membebaskannya.”
  • Ahmad al-Tijani: “Tidak meminta kepada makhluk adalah kesempurnaan adab kepada Allah.”

Ucapan Terima Kasih

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada para pembaca setia Harian Hikmah yang selalu menanti siraman rohani setiap edisi. Semoga Allah membalas dengan pahala berlipat bagi semua yang mendukung tersebarnya ilmu ini.


Kalau Anda mau, saya bisa buatkan versi layout koran lengkap dengan gaya judul besar, subjudul, dan kolom yang siap cetak.
Apakah Anda mau saya langsung buatkan format cetaknya?

No comments: