Wednesday, August 6, 2025

IKHLAS DAN RIDHA.

 




IKHLAS DAN RIDHA

Meniti Jalan Menuju Cinta Ilahi


Pendahuluan

Tujuan Penulisan Buku
Buku ini disusun sebagai panduan rohani untuk memahami makna terdalam dari ikhlas dan ridha—dua kualitas hati yang menjadi fondasi utama dalam ibadah dan penghambaan kepada Allah. Melalui buku ini, diharapkan para pembaca dapat menyadari betapa pentingnya beramal tanpa pamrih selain karena Allah, serta belajar menerima segala ketentuan-Nya dengan lapang dada.

Manfaat Membaca Buku Ini

  • Memurnikan niat dalam beramal dan beribadah.
  • Menemukan ketenangan hati dalam menerima takdir Allah.
  • Meningkatkan cinta kepada Allah melalui ketulusan dan kerelaan hati.
  • Meneladani para sufi besar dan ulama salaf dalam memaknai hidup.

Intisari Bahasan

Pengertian Ikhlas dan Ridha

  • Ikhlas (الإخلاص) adalah melakukan amal semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian, penghargaan, atau balasan duniawi.
  • Ridha (الرضا) adalah menerima dengan hati yang lapang terhadap segala ketentuan Allah, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan.

Dalil Al-Qur’an tentang Ikhlas dan Ridha

  1. Ikhlas:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus."
(QS. Al-Bayyinah: 5)

  1. Ridha:

"Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya."
(QS. Al-Maidah: 119)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)

Hadis Nabi SAW

  1. Ikhlas:

"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan."
(HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Ridha:

“Barangsiapa ridha terhadap ketentuan Allah, maka Allah pun ridha kepadanya. Dan barangsiapa tidak ridha, maka Allah pun murka kepadanya.”
(HR. Tirmidzi)


Nasehat Ulama dan Sufi

  1. Hasan Al-Bashri

“Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih ringan dari lisan dan lebih berat di timbangan amal kecuali keikhlasan.”

  1. Rabi‘ah al-Adawiyah

"Aku tidak menyembah Allah karena takut neraka atau mengharap surga, tapi aku menyembah-Nya karena cinta yang tulus."

  1. Abu Yazid al-Bistami

“Ikhlas adalah saat engkau melupakan pujian atas amalmu, sebagaimana engkau lupa terhadap riya’.”

  1. Junaid al-Baghdadi

“Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya, yang tidak diketahui oleh malaikat sehingga ia tidak bisa menulisnya, tidak pula oleh setan sehingga ia tidak bisa merusaknya, dan tidak pula oleh hawa nafsu sehingga ia tidak bisa menyelewengkannya.”

  1. Al-Hallaj

"Aku adalah kebenaran" bukan karena kesombongan, tapi karena larutnya dirinya dalam keikhlasan menyatu dengan kehendak Tuhan.

  1. Imam Al-Ghazali

“Ikhlas adalah menyingkirkan makhluk dari perhatian hati dan mengosongkan niat dari selain Allah.”

  1. Syekh Abdul Qadir al-Jailani

"Jadilah seperti bumi yang diinjak orang, seperti langit yang menaungi makhluk, dan seperti laut yang menampung segala kotoran, tapi tetap jernih. Itulah bentuk ridha dan ikhlas dalam hidup."

  1. Jalaluddin Rumi

"Dengan cinta, segalanya menjadi ikhlas. Dengan ridha, segalanya menjadi ringan. Karena pada hakikatnya, engkau bukan pemilik apapun kecuali Tuhanmu."

  1. Ibnu ‘Arabi

"Ikhlas adalah kehadiran total di hadapan Tuhan, tanpa dualitas niat dan keinginan."

  1. Ahmad al-Tijani

"Hati yang bersih tidak akan pernah meminta kepada Allah kecuali untuk Allah semata. Itulah tanda ikhlas dan ridha yang sejati."


Penutup

Relevansi Saat Ini

Di zaman yang penuh pencitraan, pamrih, dan orientasi dunia, ikhlas dan ridha menjadi barang langka. Banyak amal dilakukan demi popularitas, kedudukan, atau imbalan materi. Sementara ridha terhadap takdir semakin pudar, diganti keluh kesah yang terus-menerus terhadap keadaan.

Ikhlas dan ridha adalah benteng kokoh bagi hati yang ingin tetap tenang, kuat, dan dekat dengan Allah. Ia membebaskan jiwa dari belenggu ego, riya’, kecewa, dan amarah terhadap kehidupan. Keduanya adalah kunci untuk tetap bahagia bahkan dalam kesempitan.

Muhasabah Diri

  • Sudahkah aku beramal karena Allah semata?
  • Apakah aku masih berharap balasan dari manusia?
  • Mampukah aku ridha jika Allah tak memberiku apa yang aku minta?
  • Apakah aku bisa tetap bersyukur dalam musibah?

Doa

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ أَعْمَالَنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ وَارْزُقْنَا رِضَاكَ فِي كُلِّ أَمْرٍ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ حَتَّى نَلْقَاكَ
"Ya Allah, jadikanlah amal-amal kami ikhlas semata untuk wajah-Mu, anugerahkanlah kepada kami ridha-Mu dalam setiap urusan, dan tetapkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu hingga kami berjumpa dengan-Mu."


Berikut versi buku “Ikhlas dan Ridha” dengan gaya bahasa santai, gaul, dan kekinian, cocok untuk dibaca anak muda zaman sekarang — tanpa mengubah arti dari ayat Al-Qur’an dan hadisnya yang tetap otentik.


IKHLAS DAN RIDHA

Jalan Sunyi Menuju Hati yang Tenang

Oleh: M. Djoko Ekasanu


🌟 Pembukaan: Ngomongin Hati yang Gak Ribet

Pernah ngerasa capek hati? Udah bantu orang, tapi gak dianggap. Udah usaha keras, hasilnya gak sesuai ekspektasi. Kadang kita tanya, “Kok gini amat, ya?”

Nah, mungkin yang lagi kurang dari hidup kita itu ikhlas dan ridha. Dua hal ini bukan cuma soal sabar dan rela, tapi soal upgrade hati ke level yang lebih tenang, bebas dari drama, dan deket banget sama Allah.

📌 Tujuan Buku Ini:
Buku ini pengen ngajak kamu buat kenalan lebih dalam sama dua karakter penting yang sering disebut dalam dunia tasawuf: Ikhlas dan Ridha.

📌 Manfaat Baca Buku Ini:

  • Biar gak baperan pas bantu orang tapi gak dibales.
  • Supaya hati gak gampang kecewa saat hidup gak sesuai rencana.
  • Belajar mencintai Allah bukan karena “imbalan”, tapi karena “rasa”.
  • Dapet inspirasi dari tokoh-tokoh keren yang udah hidup dengan ikhlas dan ridha.

💡 Bahasan Inti: Kupas Tuntas Ikhlas dan Ridha

🔍 Apa sih Ikhlas dan Ridha itu?

  • Ikhlas: ngelakuin sesuatu semata-mata buat Allah, tanpa nyari sorotan, tepuk tangan, atau pamrih. Amal tanpa drama.

  • Ridha: bisa nerima semua hal—baik buruk—yang Allah kasih ke kita, tanpa banyak protes, tanpa drama air mata berlebihan.


📖 Dalil Qur’an yang Ngena Banget

QS. Al-Bayyinah: 5
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus."

QS. Al-Maidah: 119
"Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya."

QS. Al-Baqarah: 216
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”


📜 Hadis yang Kena Banget di Hati

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

“Barangsiapa ridha terhadap ketentuan Allah, maka Allah pun ridha kepadanya. Dan barangsiapa tidak ridha, maka Allah pun murka kepadanya.”
(HR. Tirmidzi)


Kata Mereka: Petuah dari Tokoh Besar

🧔 Hasan Al-Bashri

“Aku nggak pernah lihat sesuatu yang lebih ringan dari lisan dan lebih berat di timbangan amal kecuali keikhlasan.”
➡️ Singkatnya: mulut boleh ringan bicara, tapi ikhlas itu berat!

👵 Rabi‘ah al-Adawiyah

“Aku gak nyembah Allah karena takut neraka atau pengen surga, tapi karena cinta.”
➡️ Love Allah, no matter what.

🧙 Abu Yazid al-Bistami

“Ikhlas itu lupa sama pujian, kayak kamu lupa sama likes di Instagram.”
➡️ No need validation!

🧘‍♂️ Junaid al-Baghdadi

“Ikhlas itu rahasia antara kamu dan Allah. Malaikat nggak tahu, setan nggak bisa rusak, nafsu nggak bisa ganggu.”
➡️ Secret level: ultimate.

🔥 Al-Hallaj

“Aku adalah Al-Haq (kebenaran).”
➡️ Kalau udah ikhlas banget, kamu bisa ngerasa deket total sama Tuhan.

📚 Imam Al-Ghazali

“Ikhlas itu hati yang bener-bener fokus ke Allah, gak ada ruang buat selain Dia.”
➡️ Focus mode ON.

🧔‍♂️ Syekh Abdul Qadir al-Jailani

“Jadilah kayak bumi, langit, dan laut: diem tapi berguna. Terima semua dengan ridha.”
➡️ Silent but powerful.

🎵 Jalaluddin Rumi

“Dengan cinta, semuanya jadi ikhlas. Dengan ridha, semua jadi ringan.”
➡️ Let it flow.

🌌 Ibnu ‘Arabi

“Ikhlas itu hadir total di hadapan Allah, gak ada pecahan hati ke mana-mana.”
➡️ No distractions.

🌿 Ahmad al-Tijani

“Hati yang bersih cuma minta Allah, bukan dunia.”
➡️ Hati yang jernih, doa yang tulus.


🎬 Penutup: Ini Bukan Akhir, Tapi Awal

🚨 Relevansi Buat Zaman Sekarang

Zaman sekarang, orang banyak pencitraan. Nolong buat konten. Sedekah buat viral. Hidup jadi capek karena selalu pengen dilihat dan dianggap.

Padahal, kunci bahagia itu simpel: ikhlas dan ridha.

  • Bikin hidup adem.
  • Gak gampang marah.
  • Gak gampang kecewa.
  • Hati jadi ringan dan happy.

🧠 Muhasabah Ringan: Yuk Introspeksi!

  • Gimana niatku selama ini?
  • Masih ngarep likes, pujian, balasan?
  • Udah bisa ridha belum sama yang Allah takdirkan?
  • Sering marah-marah atau pasrah total?

🙏 Doa Penutup

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ أَعْمَالَنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ وَارْزُقْنَا رِضَاكَ فِي كُلِّ أَمْرٍ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ حَتَّى نَلْقَاكَ
"Ya Allah, jadikanlah amal-amal kami ikhlas semata untuk wajah-Mu, anugerahkanlah kepada kami ridha-Mu dalam setiap urusan, dan tetapkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu hingga kami berjumpa dengan-Mu."




Tiga Bekal Akhirat - Menyongsong Kematian dengan Amalan Saleh.

 



Pendahuluan:

Buku ini mengajak kita untuk merenungkan dan mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan setelah mati. Mengambil petikan dari nasihat Yahya bin Mu’adz Ar-Razi, yang mengungkapkan tiga bekal utama untuk menghadapi akhirat dengan baik: meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkan kita, membangun kuburan sebelum kita masuk ke dalamnya, dan mendatangkan keridhaan Allah sebelum kita menemui-Nya.


Tujuan dan Manfaat:

1. Mengingatkan kita akan pentingnya mempersiapkan bekal akhirat secepat mungkin.

2. Menumbuhkan kesadaran akan nilai amal saleh dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat.

3. Membantu memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan makhluk-Nya.

Intisari Bahasan:


Yahya bin Mu’adz Ar-Razi menekankan bahwa kebahagiaan sejati adalah dengan mempersiapkan bekal akhirat jauh sebelum kematian datang. Bekal-bekal tersebut meliputi:

1. Meninggalkan Dunia: Harta dunia hanya sementara. QS. Al-Imran: 185 mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan sementara, dan kehidupan akhiratlah yang abadi.

2. Membangun Kuburan: Beramal saleh untuk kehidupan setelah mati. Hadis riwayat Bukhari-Muslim: “Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan terputus ketika ia mati, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendoakan orang tuanya.”

3. Mendatangkan Ridha Allah: Mengharap ridha Allah dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. QS. Al-Baqarah: 2: “Ini adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

Nasihat Hikmah dari Para Ulama:

Hasan Al-Bashri : "Jangan terlalu mencintai dunia, karena dunia itu sementara. Fokuslah untuk mencari bekal yang akan menemanimu setelah mati."

Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku mencintai Allah karena-Nya, bukan karena aku takut neraka atau ingin surga. Cinta-Nya adalah tujuan utamaku."

Abu Yazid al-Bistami: "Untuk mendekatkan diri kepada Allah, kamu harus meninggalkan segala yang menghalangimu, baik dunia maupun hawa nafsu."

Junaid al-Baghdadi: "Harta yang tidak dibelanjakan di jalan Allah adalah harta yang akan menuntutmu di akhirat."


Al-Hallaj: "Bagi yang mengenal Allah, dunia ini adalah penjara. Baginya, yang paling bernilai adalah dekat dengan-Nya."


Imam al-Ghazali: "Barangsiapa mempersiapkan dirinya untuk mati dengan amalan saleh, maka dia telah menyiapkan bekal yang paling baik."


Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jangan menganggap dunia sebagai tempat tinggal, sebab dunia ini hanya tempat persinggahan sementara. Mencari akhirat adalah kewajiban."


Jalaluddin Rumi: "Meninggalkan dunia tidak berarti meninggalkan kehidupan, tetapi memurnikan niat dan tujuan hidupmu kepada Allah."


Ibnu ‘Arabi: "Setiap detik yang kamu habiskan dengan mendekatkan diri kepada Allah adalah investasi untuk kehidupan abadi."


Ahmad al-Tijani: "Orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya, sesungguhnya dia telah menemukan kebahagiaan yang hakiki."

Penutup:

Relevansi buku ini di masa sekarang sangat besar. Di tengah dunia yang penuh dengan kenikmatan duniawi dan hiburan sementara, sangat mudah bagi kita untuk terlena dan lupa mempersiapkan bekal untuk akhirat. Buku ini mengingatkan kita untuk selalu mengutamakan kehidupan abadi dan terus memperbaiki amal.


Muhasabah kita:


Apakah aku telah mempersiapkan bekal untuk akhirat dengan amalan saleh?


Sudahkah aku mengurangi kecintaan terhadap dunia dan meningkatkan kecintaanku kepada Allah?


Sudahkah aku beramal dengan tujuan ridha Allah, bukan karena menginginkan pujian atau balasan dunia ?

Doa: "Ya Allah, anugerahkanlah kami kemampuan untuk meninggalkan dunia yang sementara ini dan fokus untuk membangun bekal akhirat. Jadikanlah amalan kami diterima di sisi-Mu, dan bimbinglah kami untuk selalu mencari ridha-Mu. Amin."