Saturday, May 3, 2025

Iman dan Kepedulian Sosial




📰 Iman dan Kepedulian Sosial

Penulis: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan Redaksi Aslinya

Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa keunggulan tertinggi ada pada iman kepada Allah dan memberi manfaat kepada kaum muslimin. Beliau juga bersabda, orang yang bangun pagi tanpa niat menyakiti orang lain, dosanya diampuni. Dan siapa yang berniat menolong sesama, maka pahalanya sebanding dengan haji mabrur. Nabi ﷺ juga menekankan bahwa hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, terutama dengan menghilangkan kesulitan, mengenyangkan yang lapar, atau melunasi utang. Sebaliknya, dosa terbesar adalah menyekutukan Allah dan membahayakan kaum muslimin.


Maksud & Hakekat

Iman bukan hanya keyakinan di hati, melainkan harus dibuktikan dengan kepedulian sosial. Kepedulian menjadi cermin keimanan. Seorang mukmin sejati tidak bisa tenang ketika tetangganya lapar, saudaranya terlilit utang, atau ada orang terzalimi.


Tafsir & Makna Judul

Iman: fondasi hubungan vertikal dengan Allah.
Kepedulian sosial: manifestasi horizontal kepada manusia.
Makna dari judul ini: Iman yang benar selalu melahirkan kasih sayang, manfaat, dan pembelaan terhadap sesama.


Tujuan dan Manfaat

  1. Menguatkan keimanan yang berbuah amal nyata.
  2. Mengurangi kesenjangan sosial.
  3. Menumbuhkan solidaritas umat Islam.
  4. Membentuk masyarakat yang rahmatan lil-‘alamin.

Latar Belakang Masalah

Banyak orang yang mengaku beriman, namun masih abai terhadap penderitaan sesama. Ada pula yang rajin beribadah, tetapi hatinya keras terhadap orang miskin. Fenomena ini melahirkan jurang antara iman pribadi dan tanggung jawab sosial.


Intisari Masalah

  • Keimanan tanpa kepedulian = kosong.
  • Kepedulian tanpa iman = rapuh.
    Keduanya harus berpadu agar tercapai keseimbangan hidup.

Sebab Terjadinya Masalah

  1. Lemahnya pemahaman agama.
  2. Materialisme dan egoisme.
  3. Kurangnya pendidikan ruhani dan akhlak.
  4. Kesalahpahaman: mengira ibadah hanya urusan ritual, bukan juga sosial.

Dalil Qur’an dan Hadis

  • QS. Al-Ma‘un [107]: 1-3
    “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”
  • QS. Al-Baqarah [2]: 177
    “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajah ke timur dan barat, tetapi kebajikan ialah beriman kepada Allah … dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin…”
  • Hadis Riwayat Thabrani
    “Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”

Analisis dan Argumentasi

Iman tidak bisa dipisahkan dari amal sosial. Jika ibadah vertikal tidak disertai kasih sayang horizontal, maka agama kehilangan rohnya. Agama hadir bukan hanya untuk menyelamatkan diri pribadi, tapi juga menyelamatkan masyarakat dari kelaparan, utang, dan kezaliman.


Relevansi Saat Ini

Di zaman modern:

  • Banyak orang miskin terlupakan meski tinggal di kota besar.
  • Hutang menjerat keluarga kecil.
  • Solidaritas umat tergerus individualisme.

Kepedulian sosial harus dihidupkan melalui zakat, infak, wakaf, gerakan sosial, dan gotong royong.


Kesimpulan

Iman sejati adalah iman yang hidup dalam amal nyata. Kepedulian sosial adalah wujud cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang bermanfaat bagi manusia, dialah yang paling mulia di sisi Allah.


Muhasabah dan Caranya

  • Tanya diri: Hari ini, siapa yang sudah aku bantu?
  • Sisihkan harta sekecil apapun untuk orang lain.
  • Ringankan kesulitan, walau hanya dengan senyum dan doa.
  • Jangan pernah niat menyakiti siapapun.

Doa

Allahumma, jadikan kami hamba-Mu yang beriman sungguh-sungguh, bermanfaat bagi sesama, ringan tangan dalam menolong, dan jauh dari menyakiti orang lain. Kabulkan doa kami, ya Allah, dengan rahmat-Mu yang luas.


Nasehat Para Ulama Sufi

  • Hasan Al-Bashri: “Iman bukan angan-angan, melainkan apa yang bersemayam di hati dan terbukti dalam amal.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta kepada Allah berarti berbuat kasih kepada makhluk-Nya.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Siapa yang melihat dirinya lebih utama dari orang lain, ia belum mengenal Allah.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah akhlak; siapa yang bertambah akhlaknya, bertambahlah tasawufnya.”
  • Al-Hallaj: “Tidak ada jalan menuju Allah kecuali lewat manusia.”
  • Imam al-Ghazali: “Hakikat iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Kasihilah makhluk, niscaya Sang Khalik akan mengasihimu.”
  • Jalaluddin Rumi: “Tangan yang memberi lebih suci daripada bibir yang hanya berdoa.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Agama adalah cinta. Siapa tanpa cinta, ia tanpa agama.”
  • Ahmad al-Tijani: “Seorang mukmin harus menjadi penolong bagi saudaranya, sebab itu bagian dari syukur kepada Allah.”

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Shahih al-Bukhari & Muslim.
  3. Ihya’ Ulumiddin – Imam al-Ghazali.
  4. Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
  5. Al-Ma‘un: Tafsir al-Maraghi.
  6. Al-Hikam – Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari.
  7. Matsnawi – Jalaluddin Rumi.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada para ulama pewaris Nabi yang telah menebarkan cahaya ilmu dan kasih sayang. Semoga tulisan ini menjadi amal jariyah bagi penulis, pembaca, dan umat Islam seluruhnya.


Oke, saya coba bikin versi bahasa sopan santun tapi santai gaul kekinian ya. Jadi tetap terjaga adabnya, tapi enak dibaca generasi sekarang. Redaksinya saya susun ulang:


🌸 Iman dan Kepedulian Sosial

Penulis: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan

Nabi Muhammad ﷺ ngingetin kita, ada dua hal yang paling tinggi nilainya: iman kepada Allah dan jadi orang yang bermanfaat buat sesama. Bahkan kalau kita bangun pagi tanpa niat nyakitin siapa pun, dosa-dosa kita bisa diampuni. Apalagi kalau kita bangun pagi dengan niat nolong orang yang kesusahan, pahalanya setara sama haji mabrur. Keren banget, kan?


Maksud dan Hakekat

Iman itu nggak cuma soal hati yang percaya sama Allah, tapi juga harus kelihatan dari sikap kita di dunia nyata. Orang yang benar-benar beriman otomatis peduli sama orang lain. Kalau tetangga lagi lapar, temen lagi punya utang, atau ada yang dizalimi, mukmin sejati nggak akan tinggal diam.


Makna Judul

  • Iman → fondasi hubungan kita sama Allah.
  • Kepedulian sosial → bukti iman itu hidup dalam hubungan kita sama manusia.

Jadi kalau dua hal ini nyatu, hidup kita bakal seimbang: kuat spiritualnya, tapi juga hangat sosialnya.


Tujuan dan Manfaat

  1. Bikin iman kita bukan sekadar teori, tapi praktek nyata.
  2. Ngecilin jurang antara orang mampu dan yang kekurangan.
  3. Numbuhin solidaritas dan kekompakan umat.
  4. Jadi masyarakat yang penuh rahmat dan kasih sayang.

Latar Belakang Masalah

Sekarang ini banyak orang rajin ibadah, tapi masih cuek kalau lihat orang susah. Ada juga yang sibuk ngumpulin harta tapi lupa sama yang butuh. Padahal agama itu bukan cuma soal hubungan sama Allah, tapi juga hubungan kita sama manusia.


Inti Masalah

  • Iman tanpa peduli = hampa.
  • Peduli tanpa iman = rapuh.
    Keduanya harus jalan bareng.

Kenapa Bisa Terjadi?

  1. Pemahaman agama yang setengah-setengah.
  2. Gaya hidup materialistis, terlalu mikirin diri sendiri.
  3. Kurang didikan hati dan akhlak.
  4. Salah kaprah: dikira ibadah cuma ritual doang.

Dalil Qur’an & Hadis

📖 QS. Al-Ma‘un [107]: 1-3
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”

📖 QS. Al-Baqarah [2]: 177
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajah ke timur dan barat, tetapi kebajikan ialah beriman kepada Allah … dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin…”

📖 HR. Thabrani
“Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”


Analisis & Argumen

Kalau iman cuma berhenti di dalam hati, itu nggak cukup. Iman yang sehat pasti bikin kita peduli sama sekitar. Bayangin kalau semua orang Muslim bener-bener ngejalanin ini: nggak ada lagi yang kelaparan, nggak ada lagi yang ditelantarin. Agama jadi hidup, bukan sekadar simbol.


Relevansi Zaman Now

  • Banyak orang miskin di kota besar yang nggak kelihatan karena tertutup gedung megah.
  • Hutang jadi beban berat buat keluarga kecil.
  • Individualisme bikin orang lupa sama solidaritas.

Di sinilah peran iman: biar kita nggak cuma mikirin diri sendiri, tapi juga mikirin saudara-saudara kita.


Kesimpulan

Iman sejati = iman yang aktif, bukan pasif. Kita bisa ukur iman kita dari seberapa besar manfaat kita buat orang lain.


Muhasabah (Introspeksi)

  • Cek diri: Hari ini aku udah nolong siapa?
  • Sisihin sedikit rezeki buat orang lain.
  • Ringankan beban orang, walau cuma dengan senyum atau kata-kata baik.
  • Jangan pernah bangun pagi dengan niat nyakitin orang lain.

Doa

Allahumma, jadikan kami hamba-Mu yang imannya kuat, hatinya lembut, tangannya ringan menolong, dan jauh dari menyakiti siapa pun. Aamiin.


Nasehat Gaul dari Para Ulama Sufi

  • Hasan Al-Bashri: Iman itu bukan mimpi doang, tapi harus keliatan di amal nyata.
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: Kalau cinta Allah, otomatis sayang ke sesama.
  • Abu Yazid al-Bistami: Merasa lebih baik dari orang lain? Itu tanda belum kenal Allah.
  • Junaid al-Baghdadi: Tasawuf = akhlak baik.
  • Al-Hallaj: Jalan ke Allah lewat berbuat baik pada manusia.
  • Imam al-Ghazali: Iman = hati percaya, lisan ucap, perbuatan nyata.
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: Sayangi makhluk, maka Allah akan sayang ke kamu.
  • Jalaluddin Rumi: Tangan yang memberi lebih mulia daripada bibir yang hanya berdoa.
  • Ibnu ‘Arabi: Agama itu cinta.
  • Ahmad al-Tijani: Mukmin sejati harus jadi penolong saudaranya.

Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim
  • Shahih Bukhari & Muslim
  • Ihya’ Ulumiddin – Imam al-Ghazali
  • Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  • Al-Ma‘un: Tafsir al-Maraghi
  • Al-Hikam – Ibnu ‘Athaillah
  • Matsnawi – Jalaluddin Rumi

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih untuk semua guru, ulama, dan sahabat yang terus ngingetin kita buat nggak cuma sholeh secara pribadi, tapi juga sholeh sosial. Semoga kita bisa jadi bagian dari umat yang bermanfaat.




Kejujuran.

Judul Buku: Jalan Kejujuran: Cahaya Lurus di Tengah Dunia Penuh Muslihat


Bab 1: Hadis tentang Kejujuran (Bab Ash-Shidq) dalam Riyadhus Shalihin

Hadis ke-51

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Dan seseorang senantiasa jujur hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Dan seseorang senantiasa berdusta hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ke-52

Dari Abu Sufyan bin Harb radhiyallahu 'anhu, dalam dialognya dengan Heraklius:

"Heraklius bertanya: Apa yang diperintahkan oleh Nabi itu? Abu Sufyan menjawab: Dia memerintahkan kami untuk menyembah Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, meninggalkan apa yang dikatakan nenek moyang kami, mendirikan shalat, berkata jujur, menjaga kehormatan diri, dan menyambung tali silaturahmi." (Muttafaqun 'alaih)


Bab 2: Ayat Al-Qur'an tentang Kejujuran

1. Surah At-Taubah ayat 119

اَيَهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Yā ayyuhā alladhīna āmanū ittaqū Allāha wa kūnū ma'a al-ṣādiqīn.

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah, dan jadilah kamu bersama orang-orang yang jujur."

Tafsir Ringkas: Allah menyuruh orang-orang beriman agar tetap dekat dan berjalan bersama orang-orang jujur, karena kejujuran adalah benteng dari kemunafikan dan kunci keselamatan akhirat.


Bab 3: Hikmah dan Hakikat Kejujuran

  • Kejujuran bukan sekadar berkata benar, tapi hidup dalam kebenaran.
  • Kejujuran adalah cermin hati yang bersih.
  • Kejujuran menumbuhkan kepercayaan dan menjauhkan kita dari kemunafikan.
  • Orang jujur mungkin tidak populer, tapi selalu mulia di hadapan Allah.

Bab 4: Hadis-Hadis Lain yang Mendukung

  1. "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: bila berkata ia berdusta..." (HR. Bukhari dan Muslim)
  2. "Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu. Karena kejujuran itu ketenangan, dan dusta itu kegelisahan." (HR. Tirmidzi)

Bab 5: Relevansi Kejujuran di Zaman Sekarang

  • Di era medsos, kejujuran jadi langka. Tapi justru itu ladang pahala besar.
  • Dunia kerja, bisnis, bahkan dakwah, butuh orang yang jujur agar berkah.
  • Dalam politik, pendidikan, hubungan sosial: jujur itu revolusioner.

Bab 6: Nasehat Ulama Sufi tentang Kejujuran

  • Hasan Al-Bashri: "Orang jujur adalah yang tidak menyembunyikan sesuatu antara dirinya dan Allah."
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: "Kejujuran dalam cinta kepada Allah adalah tidak berharap surga dan tidak takut neraka."
  • Abu Yazid al-Bistami: "Orang jujur itu yang bicara dari hati, bukan dari lidah."
  • Junaid al-Baghdadi: "Shidq adalah keadaan hati yang tidak berbohong kepada Allah."
  • Al-Hallaj: "Kejujuran adalah ketika ruhmu tidak melihat selain-Nya."
  • Imam al-Ghazali: "Shidq itu jika batin dan lahirmu sesuai."
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jujurlah walau kejujuran membuatmu takut, karena ia akan menyelamatkanmu."
  • Jalaluddin Rumi: "Bersama orang jujur, hidupmu akan jadi terang."
  • Ibnu ‘Arabi: "Orang jujur adalah yang selalu melihat Allah dalam segala gerak hatinya."
  • Ahmad al-Tijani: "Kejujuran adalah mahkota bagi para pencari Allah."

Bab 7: Intisari Bahasan

  • Kejujuran adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat.
  • Tanpa jujur, amal jadi rusak.
  • Jujur membawa kepada keberkahan, dusta membawa kehinaan.

Bab 8: Muhasabah Diri

  • Sudahkah aku jujur pada diriku sendiri?
  • Apakah lisanku sesuai dengan isi hatiku?
  • Apakah aku berani jujur walau sulit?
  • Apakah aku termasuk golongan shiddiqin?

Doa: "Ya Allah, jadikan kami termasuk golongan orang jujur dalam niat, ucapan, dan perbuatan. Lapangkan hati kami untuk hidup dalam cahaya kebenaran."


Penutup:

Kejujuran itu jalan panjang, tapi penuh cahaya. Mungkin kita kalah di dunia, tapi di sisi Allah, orang jujur tidak akan pernah sia-sia.


Majlis Fathul Ulum Jumat, 2 Mei 2025

Sudah saya buatkan buku berjudul “Jalan Kejujuran: Cahaya Lurus di Tengah Dunia Penuh Muslihat” sesuai permintaan, lengkap dengan:

  • Hadis ke-51 & 52 Riyadhus Shalihin
  • Ayat Al-Qur’an Arab, latin, dan artinya
  • Tafsir, hikmah, dan hakikat kejujuran
  • Hadis-hadis pendukung
  • Relevansi kekinian
  • Nasehat 10 tokoh sufi besar
  • Intisari & muhasabah

-------