Tuesday, September 2, 2025

Mengungkap Kekerasan Hati

 

---


HARIAN CAHAYA HIKMAH Edisi Khusus Tafsir Al-Qur'an Rabu,2 September 2025


Mengungkap Kekerasan Hati: Pelajaran Abadi dari Penolakan Kaum Terdahulu terhadap Kebenaran


Oleh: M. Djoko Ekasanu


---


REDAKSI ASLI & TERJEMAHAN (QS. Al-An’am: 7-11)


Ringkasan Redaksi: (7) Sekiranya Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Kitab yang tertulis di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, niscaya orang-orang kafir itu akan berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (8) Dan mereka berkata, “Mengapa tidak diturunkan malaikat kepadanya (Muhammad)?” Dan sekiranya Kami turunkan malaikat, niscaya selesailah urusan (hari berbangkit), kemudian mereka tidak akan diberi penangguhan. (9) Dan sekiranya Kami jadikan rasul itu malaikat, niscaya Kami jadikan dia berupa laki-laki dan Kami pasti jadikan mereka tetap ragu sebagaimana sekarang mereka ragu. (10) Dan sungguh, telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), maka orang-orang yang mengolok-olok di antara mereka ditimpa oleh apa yang selalu mereka perolok-olokkan. (11) Katakanlah (Muhammad), “Berjalanlah di bumi lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”


---


LATAR BELAKANG & INTISARI MASALAH


Ayat-ayat ini turun sebagai respon atas sikap keras kepala dan permintaan-permintaan tidak masuk akal dari kaum musyrikin Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW. Inti masalahnya adalah kekakuan hati dan kesombongan intelektual yang membuat mereka menolak kebenaran wahyu yang sudah jelas. Alih-alih menerima dengan hati nurani, mereka terus-menerus meminta mukjizat spektakuler sebagai prasyarat keimanan.


Sebab Terjadinya Masalah: Sebab utamanya adalahkedengkian (‘adamul inshaf), keingkaran (juhud), dan ikatan yang kuat pada tradisi nenek moyang (taqlid). Mereka lebih mempertahankan status quo, harga diri, dan keuntungan duniawi daripada menerima kebenaran yang dapat mengubah tatanan sosial mereka.


---


MAKNA JUDUL & HAKEKAT


Al-An’am berarti hewan ternak. Nama ini diambil karena dalam surah ini dibahas hukum-hukum mengenai hewan ternak. Namun, hakekat yang lebih dalam adalah menggambarkan kondisi manusia yang terkadang hidup hanya memenuhi kebutuhan fisik (seperti hewan) tanpa menggunakan akal dan hati nurani untuk mengenali Penciptanya. Ayat 7-11 adalah contoh nyata bagaimana manusia bisa "menyerupai hewan" dalam ketidakmampuan mereka melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang non-fisik.


---


MAKSUD, TUJUAN & MANFAAT


· Maksud: Menjelaskan bahwa penolakan terhadap dakwah Nabi bukanlah karena kurangnya bukti, tetapi karena sikap hati yang sudah tertutup.

· Tujuan: 1) Menegaskan bahwa mukjizat tidak akan mengubah hati yang sudah keras. 2) Menghibur Nabi Muhammad SAW bahwa ejekan terhadap para Rasul adalah sunnatullah. 3) Memberikan peringatan bahwa azab pasti datang bagi para pendusta.

· Manfaat: Umat Muslim diajarkan untuk bersikap bijak dalam berdakwah, tidak putus asa terhadap penolakan, dan selalu introspeksi diri agar hatinya tidak tertutup seperti kaum terdahulu.


---


DALIL PENDUKUNG


· Al-Qur'an: QS. Al-Baqarah: 118 (Orang sebelum mereka juga berkata seperti itu); QS. Al-Hijr: 14-15 (Andai Kami buka pintu langit, mereka tetap akan ingkar); QS. YaSin: 65 (Pada hari Kiamat, mulut mereka dikunci dan tangan mereka yang bersaksi).

· Hadis: "Sesungguhnya seorang hamba bisa melakukan dosa hingga mencapainya dosa itu sebuah titik hitam dalam hatinya. Jika ia meninggalkannya, beristighfar, dan bertaubat, hatinya dibersihkan. Jika ia kembali (berdosa), ditambahlah titik hitam itu hingga menutupi hatinya." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi).


---


ANALISIS & ARGUMENTASI


Ayat-ayat ini menunjukkan paradoks keingkaran. Kaum musyrikin meminta bukti fisik (kitab tertulis, malaikat), tetapi Allah menyatakan bahwa bahkan jika permintaan itu dikabulkan, mereka tetap akan menolak dengan dalih lain ("ini sihir"). Ini membuktikan bahwa akar masalahnya adalah kecacatan dalam penerimaan (qabul), bukan dalam bukti (dalil). Allah juga mengajarkan metode ilmiah universal: "Berjalanlah di bumi dan lihatlah" (ayat 11), yang menekankan observasi dan pembelajaran dari sejarah, sebuah metode yang sangat relevan hingga kini.


---


RELEVANSI SAAT INI


Pola pikir yang digambarkan dalam ayat ini masih sangat aktual:


1. Materialisme & Scientism: Sikap yang hanya percaya pada hal-hal yang bisa disentuh dan diukur secara ilmiah, menolak keberadaan Tuhan, wahyu, dan hal metafisik dengan alasan "tidak ilmiah".

2. Penolakan terhadap Kebenaran karena Fanatisme: Fanatisme golongan, politik, atau ideologi tertentu membuat orang menutup mata terhadap kebenaran dan fakta yang bertentangan dengan keyakinan kelompoknya.

3. Tuntutan Bukti yang Tidak Jujur: Sebagian orang meminta "bukti" keimanan, tetapi ketika diajak melihat keharmonisan alam, sejarah kenabian, atau kebenaran al-Qur'an, mereka menolaknya dengan berbagai dalih.


---


KESIMPULAN


QS. Al-An’am: 7-11 mengajarkan bahwa keimanan adalah masalah keterbukaan hati, bukan sekadar pembuktian indrawi. Kebenaran yang hakiki seringkali ditolak bukan karena ia tidak logis, tetapi karena ia mengganggu zona nyaman, kepentingan, dan kesombongan manusia. Allah sudah menyediakan bukti-bukti yang cukup bagi orang yang berpikir jernih.


---


MUHASABAH & CARANYA


Muhasabah adalah merenungi sejauh mana kita sendiri terjebak dalam sikap seperti kaum musyrikin? Apakah kita pernah menolak nasihat kebenaran karena gengsi? Caranya:


1. Periksa Hati: Setiap hari, luangkan waktu sejenak untuk merenung. Apakah ada ayat atau nasihat yang saya tolak hari ini?

2. Berkelahilah dengan Hawa Nafsu: Tanyakan, "Apakah penolakan saya berdasarkan dalil yang kuat atau hanya karena keinginan nafsu?"

3. Belajar dari Sejarah: Membaca kisah-kisah umat terdahulu untuk mengambil ibrah.


---


NASEHAT PARA WALI & ULAMA


· Hasan Al-Bashri: "Sesungguhnya seorang mukmin itu memandang dosanya seakan-akan ia berada di bawah gunung yang ia takut gunung itu akan menimpanya. Sedangkan orang yang fajir (banyak dosa) memandang dosanya seperti lalat yang lewat di hidungnya."

· Imam Al-Ghazali: "Hati adalah cermin. Nafsu dan cinta dunia adalah karatnya. Sedangkan dzikir dan tadabur Al-Qur'an adalah pembersihnya."

· Jalaluddin Rumi: "Kamu lahir dengan sayap, mengapa lebih memilih merangkak seumur hidup?"

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Taqwa adalah meninggalkan apa yang membuatmu lalai dari Allah."


---


DOA


"Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wa hab lanaa min ladunka rahmah, innaka antal Wahhaab." (Artinya: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.")- (QS. Ali 'Imran: 8)


---


Daftar Pustaka:


1. Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya, Kemenag RI.

2. Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ismail bin Katsir.

3. Tafsir Al-Azhar, Prof. Dr. Hamka.

4. Tafsir Fi Zilalil Qur'an, Sayyid Qutb.

5. The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Muhammad Iqbal.

6. Misykat al-Anwar (The Niche of Lights), Imam Al-Ghazali.

7. The Masnavi, Jalaluddin Rumi.

8. Kitab al-Tawasin, Al-Hallaj.

9. Futuhat al-Makkiyyah, Ibnu 'Arabi.


UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT,serta kepada semua guru dan pihak yang telah memberikan ilmu dan inspirasinya. Semoga artikel singkat ini dapat menjadi bahan renungan dan pencerahan bagi kita semua.


M. Djoko Ekasanu (Penulis adalah Pemerhati Studi Islam dan Filsafat)

-----------

Tentu, ini dia versi bahasa gaul kekinian yang tetap sopan dan santun untuk bacaan koran tentang QS. Al-An'am ayat 7-11.


---


ZINE QUR'ANIC GEN Z Edisi:Deep Dive Tafsir Rabu,2 September 2025


Ngaku Open Minded? Tapi Kok Nolak Kebenaran? Cek Deh Pola Kaum Terdahulu di QS. Al-An’am 7-11!


Oleh: M. Djoko Ekasanu


---


REDAKSI ASLI & TERJEMAHAN (Tetap Pakai Bahasa Resmi, ya!)


Ringkasan Redaksinya: (7) Sekiranya Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Kitab yang tertulis di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, niscaya orang-orang kafir itu akan berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (8) Dan mereka berkata, “Mengapa tidak diturunkan malaikat kepadanya (Muhammad)?” Dan sekiranya Kami turunkan malaikat, niscaya selesailah urusan (hari berbangkit), kemudian mereka tidak akan diberi penangguhan. (9) Dan sekiranya Kami jadikan rasul itu malaikat, niscaya Kami jadikan dia berupa laki-laki dan Kami pasti jadikan mereka tetap ragu sebagaimana sekarang mereka ragu. (10) Dan sungguh, telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), maka orang-orang yang mengolok-olok di antara mereka ditimpa oleh apa yang selalu mereka perolok-olokkan. (11) Katakanlah (Muhammad), “Berjalanlah di bumi lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”


---


LATAR BELAKANG & INTISARI MASALAH


Ayat-ayat ini turun pas lagi Nabi Muhammad SAW lagi struggle banget hadepin kaum musyrikin Quraisy yang skeptical abis. Inti masalahnya tuh hatinya keras banget dan sok pinter, sampe mereka nolak mentah-mentah wahyu yang udah jelas-jelas bener. Alih-alih mau nerima, mereka malah minta mukjizat yang epic dan visual banget sebagai syarat buat percaya. Basically, mereka moving the goalposts terus.


Sebab Terjadinya Masalah: Penyebab utamanya tuhdengki, ngeyel, dan fanatik buta sama tradisi nenek moyang (taqlid). Mereka lebih milih ngejaga image, gengsi, dan comfort zone mereka daripada membuka hati buat kebenaran yang bisa ngubah hidup mereka.


---


MAKNA JUDUL & HAKEKAT


Al-An’am artinya hewan ternak. Nama ini dipake soalnya dalam surah ini dibahas rules tentang hewan ternak. Tapi, makna deep-nya tuh ngegambarin kondisi kita yang kadang-kadang cuma hidup buat penuhin kebutuhan fisik aja (kayak hewan) tanpa pake akal dan hati buat ngenalin siapa yang nyiptain kita. Ayat 7-11 ini contoh nyata gimana manusia bisa "kayak hewan" dalam hal nggak bisa liat tanda-tanda kebesaran Allah yang gak kasat mata.


---


MAKSUD, TUJUAN & MANFAAT


· Maksud: Nunjukin bahwa penolakan terhadap dakwah Nabi bukan karena kurang bukti, tapi karena sikap hati yang udah ketutup.

· Tujuan: 1) Negasin bahwa mukjizat secanggih apapun gak akan ngeubah hati yang udah beku. 2) Nyemangatin Nabi bahwa diejek itu udah resiko pekerjaan para Rasul. 3) Kasih peringatan keras bahwa azab itu nyata buat yang ngedustain.

· Manfaat: Kita diajarin buat bijak dalam berdakwah, jangan gampang putus asa kalo ditolak, dan selalu introspeksi diri biar hati kita gak nutup kayak mereka.


---


DALIL PENDUKUNG


· Al-Qur'an: QS. Al-Baqarah: 118 (Orang sebelum mereka juga berkata seperti itu); QS. Al-Hijr: 14-15 (Andai Kami buka pintu langit, mereka tetap akan ingkar); QS. YaSin: 65 (Pada hari Kiamat, mulut mereka dikunci dan tangan mereka yang bersaksi).

· Hadis: "Sesungguhnya seorang hamba bisa melakukan dosa hingga mencapainya dosa itu sebuah titik hitam dalam hatinya. Jika ia meninggalkannya, beristighfar, dan bertaubat, hatinya dibersihkan. Jika ia kembali (berdosa), ditambahlah titik hitam itu hingga menutupi hatinya." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi).


---


ANALISIS & ARGUMENTASI


Ayat-ayat ini nunjukin paradox keingkaran. Mereka minta bukti fisik (tangible evidence) kayak kitab tertulis atau malaikat, tapi Allah bilang, bahkan kalo itu dikasih, mereka tetep akan nolak dengan alasan lain ("ini cuma sihir bro"). Ini ngebuktiin bahwa akar masalahnya ada di cacatnya penerimaan (qabul) mereka, bukan di kurangnya bukti. Allah juga ngajarin metode ilmiah yang kekinian: "Jalan-jalanlah di bumi dan liatlah" (ayat 11), yang neketin observasi dan belajar dari sejarah. So relevant, kan?


---


RELEVANSI SAAT INI


Pola pikir kayak gini masih on point banget di zaman now:


1. Materialisme & Scientism: Sikap yang cuma percaya hal-hal yang bisa diliat dan diukur, terus nolak keberadaan Tuhan dengan alasan "gak ilmiah". Padahal, ilmuwan aja banyak yang beriman.

2. Nolak Fakta karena Fanatisme Group: Fanatisme kelompok, politik, atau ideologi bikin orang nutup mata sama kebenaran yang beda sama bubble-nya.

3. Minta Bukti yang Gak Jujur: Ada yang minta "bukti" tapi pas dikasih lihat keindahan alam, fakta sejarah, atau logika Al-Qur'an, dia ignore dan cari-cari alesan lain.


---


KESIMPULAN


QS. Al-An’am: 7-11 ngajarin kita bahwa iman itu soal keterbukaan hati, bukan cuma soal pembuktian yang bisa diliat. Kebenaran seringkali ditolak bukan karena dia gak logis, tapi karena dia ganggu zona nyaman, kepentingan, dan kesombongan kita. Allah udah kasih bukti yang cukup buat orang yang mau mikir jernih.


---


MUHASABAH & CARANYA


Muhasabah tuh intinya nanya ke diri sendiri: "Jangan-jangan gue juga punya sikap kayak kaum musyrikin? Pernah nolak nasihat cuma karena gengsi?" Gimana caranya?


1. Cek Hati Lo: Setiap hari, luangkan waktu buat me time dan renungin, "Ada nggak ya kebenaran yang gue ignore hari ini?"

2. Lawan Ego: Tanyain, "Ini nolak karena alasannya kuat, atau cuma karena ego dan nafsu aja?"

3. Belajar dari Masa Lalu: Baca-baca kisah umat dulu buat ambil pelajaran. History doesn't repeat itself, but it often rhymes.


---


NASEHAT PARA WALI & ULAMA (Tetap Kekinian!)


· Hasan Al-Bashri: "Orang beriman tu liat dosanya kayak gunung yang mau numpagin dia. Sedangkan orang yang bandel nganggep dosanya cuma kayak lalat yang lewat doang."

· Imam Al-Ghazali: "Hati tuh cermin. Cinta dunia dan nafsu itu nodanya. Dzikir dan tadabur Al-Qur'an itu pembersihnya."

· Jalaluddin Rumi: "Kamu lahirnya pake sayap, masa mau merayap seumur hidup?"

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Taqwa itu ya tinggalin hal-hal yang bikin lo lupa sama Allah."


---


DOA (Yang Ini Tetap Bahasa Arab dan Terjemahan Resmi, ya!)


"Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wa hab lanaa min ladunka rahmah, innaka antal Wahhaab." (Artinya: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.")- (QS. Ali 'Imran: 8)


---


Daftar Pustaka:


1. Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya, Kemenag RI.

2. Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ismail bin Katsir.

3. Tafsir Al-Azhar, Prof. Dr. Hamka.

4. Tafsir Fi Zilalil Qur'an, Sayyid Qutb.

5. The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Muhammad Iqbal.

6. Misykat al-Anwar (The Niche of Lights), Imam Al-Ghazali.

7. The Masnavi, Jalaluddin Rumi.

8. Kitab al-Tawasin, Al-Hallaj.

9. Futuhat al-Makkiyyah, Ibnu 'Arabi.


UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ngucapin makasih sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT,dan buat semua guru serta pihak yang udah kasih ilmu dan inspirasinya. Semoga artikel ini bisa jadi bahan renungan dan self-reminder buat kita semua biar gak jadi orang yang bebal.


M. Djoko Ekasanu (Penulis adalah Pemerhati Studi Islam dan Filsafat)

No comments: