Thursday, August 7, 2025

Sunah Allah, Sunah Rasul dan Sunah Wali-wali Allah

 




SUNAH ALLAH, SUNAH RASUL, DAN SUNAH WALI-WALI ALLAH

Pendahuluan

Perkataan agung dari Sayidina Ali r.a. menjadi fondasi dari buku ini:

“Barangsiapa tidak ada padanya Sunah Allah, Sunah Rasulullah dan Sunah Wali-wali Allah, maka dia tidak mempunyai sesuatu pun di tangannya.”

Tiga unsur utama—Sunah Allah, Sunah Rasulullah, dan Sunah Wali-wali Allah—merupakan pedoman hidup spiritual yang tak lekang oleh waktu. Buku ini disusun dengan tujuan agar setiap insan dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan Penulisan:

  • Menjelaskan makna dan kedalaman tiga jenis sunah tersebut.
  • Menguatkan hubungan manusia dengan Allah dan sesama.
  • Menjadikan warisan hikmah ini sebagai bekal dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Manfaat:

  • Memperoleh kedamaian batin melalui penyimpanan rahasia.
  • Menjalin hubungan harmonis dengan sesama melalui keramahan.
  • Melatih ketabahan dan keikhlasan melalui kesediaan memikul penderitaan orang lain.

Intisari Bahasan

Perkataan Sayidina Ali r.a.

“Barangsiapa tidak ada padanya Sunah Allah, Sunah Rasulullah dan Sunah Wali-wali Allah, maka dia tidak mempunyai sesuatu pun di tangannya.”

Lalu beliau ditanya:

  • “Apakah Sunah Allah itu?”
    • Ali menjawab: “Ialah menyimpan rahasia.”
  • “Apakah Sunah Rasulullah?”
    • Ali menjawab: “Yaitu berbuat ramah terhadap sesama manusia.”
  • “Apakah Sunah wali-wali Allah?”
    • Ali menjawab: “Memikul beban penderitaan dari para manusia.”

1. Sunah Allah: Menyimpan Rahasia

Makna:
Menjaga rahasia—terutama rahasia orang lain—adalah bentuk amanah spiritual. Tidak semua hal harus diumbar. Allah pun Maha Menyembunyikan aib hamba-Nya.

Dalil Al-Qur'an:

“Allah tidak menyukai ucapan yang buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi.”
(QS. An-Nisa: 148)


2. Sunah Rasulullah: Berbuat Ramah terhadap Sesama

Makna:
Keramahan adalah akhlak Rasulullah ﷺ yang paling lembut. Bahkan terhadap orang yang menyakitinya, beliau tetap bersikap lembut dan memaafkan.

Hadis Nabi:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)

Syair Arab:

“Berbuatlah terhadap mereka selagi engkau berada di rumah mereka, dan buatlah hati mereka puas, selama engkau berada di bumi mereka.”


3. Sunah Wali-Wali Allah: Memikul Beban Penderitaan Manusia

Makna:
Para wali tidak hidup untuk dirinya sendiri. Mereka menjadi pelindung, penopang, dan penyejuk bagi manusia di sekitarnya. Mereka sabar, tidak membalas kejahatan, dan berserah diri.

Dalil Al-Qur'an:

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang bodoh menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”
(QS. Al-Furqan: 63)


Tiga Wasiat Ulama Salaf:

"Barangsiapa yang beramal untuk akhiratnya, maka Allah mencukupi agama dan dunianya. Barangsiapa membina batiniahnya, niscaya Allah membaguskan lahiriahnya. Dan barangsiapa memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah, maka Allah memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia."

Maknanya:

  • Cukup urusan dunia & agama: Allah yang pelihara.
  • Batin baik → Lahir baik: Keseimbangan jiwa.
  • Baik dengan Allah → Baik dengan manusia: Hati yang jujur memancar keluar.

Penutup

Relevansi di Masa Kini:

Zaman sekarang dipenuhi keterbukaan yang tidak bijak, aib yang diumbar, emosi yang meledak, dan empati yang terkikis. Justru saat inilah nilai-nilai yang disebut Sayidina Ali r.a. menjadi sangat relevan dan menyelamatkan jiwa manusia:

  • Menyimpan rahasia di era ghibah.
  • Ramah di tengah kebencian.
  • Memikul beban orang lain di tengah individualisme.

Muhasabah (Introspeksi Diri):

  • Sudahkah aku menjaga rahasia orang lain?
  • Sudahkah aku bersikap ramah terhadap manusia?
  • Sudahkah aku bersedia membantu dan sabar menghadapi penderitaan orang lain?

Doa:

"Ya Allah, jadikanlah kami hamba-Mu yang menjaga rahasia sebagaimana Engkau Maha Menjaga. Lembutkanlah hati kami agar selalu ramah terhadap ciptaan-Mu. Kuatkanlah jiwa kami untuk memikul penderitaan orang lain dengan ikhlas. Perbaikilah hubungan kami dengan-Mu agar Engkau memperbaiki hubungan kami dengan seluruh makhluk-Mu. Amin."


Nasehat dari Para Wali dan Tokoh Sufi

1. Hasan Al-Bashri

“Kebaikan itu bukan dengan banyaknya ibadah, tetapi dengan keikhlasan dan kasih sayang kepada manusia.”

2. Rabi‘ah al-Adawiyah

“Aku tidak menyembah Allah karena takut neraka atau mengharap surga, tapi karena cinta kepada-Nya.”

3. Abu Yazid al-Bistami

“Jika engkau mengenal Allah, maka dunia tidak akan lagi berarti di matamu.”

4. Junaid al-Baghdadi

“Tasawuf adalah bahwa engkau bersama Allah tanpa ikatan.”

5. Al-Hallaj

“Akulah al-Haqq.” (Makna hakikat fana' fi Allah; bukan klaim ketuhanan)

6. Imam al-Ghazali

“Perbaikilah hatimu, maka seluruh amalmu akan diperbaiki.”

7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani

“Jadilah seperti bumi yang dipijak dan seperti langit yang menaungi, sabarlah atas kedzaliman.”

8. Jalaluddin Rumi

“Luka adalah tempat di mana cahaya masuk ke dalam dirimu.”

9. Ibnu ‘Arabi

“Hati seorang mukmin adalah tempat tajalli Tuhan.”

10. Ahmad al-Tijani

“Jangan engkau berpaling dari Allah walau dalam satu tarikan napas.”



No comments: