Monday, July 21, 2025

Orang yang Sedikit Makrifatnya dan Orang yang Belum Mengenal Betul Dirinya Sendiri.



Baik, berikut saya susun buku sesuai permintaan, lengkap dengan pendahuluan, intisari bahasan (disertai ayat Al-Qur’an & hadis), penutup (kesimpulan, relevansi, muhasabah, cara mengatasi, doa), serta nasihat dari 10 tokoh sufi.


Orang yang Sedikit Makrifatnya dan Orang yang Belum Mengenal Betul Dirinya Sendiri


Pendahuluan

Tujuan

Buku ini disusun untuk mengajak pembaca mengenal hakikat dua hal mendasar:

  1. Siapa penolong sejati yang selalu ada dalam hidup kita.
  2. Siapa musuh paling berbahaya yang terus-menerus menghalangi kita mendekat kepada Allah.

Dengan memahami hal ini, diharapkan pembaca dapat meningkatkan makrifatullah (pengenalan terhadap Allah) sekaligus makrifatun nafs (pengenalan terhadap diri dan nafsu).

Manfaat

  • Membantu membersihkan keyakinan dari kesalahan bersandar pada makhluk.
  • Menumbuhkan kewaspadaan terhadap hawa nafsu.
  • Mengarahkan hati untuk hanya bergantung kepada Allah.
  • Menjadi panduan muhasabah harian agar selamat di dunia dan akhirat.

Intisari Bahasan

Ungkapan Hikmah

“Barangsiapa mengira bahwa mempunyai penolong yang lebih mumpuni dibanding Allah, maka baru sedikit ia mengenali Allah. Dan barangsiapa mengira mempunyai musuh yang lebih kejam dibanding nafsunya, berarti baru sedikit ia mengetahui dirinya sendiri.”


Dalil Al-Qur’an

1. Allah sebagai Penolong Sejati

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbunallahu wa ni‘mal wakil
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.”
(QS. Ali ‘Imran: 173)

Makna: Ayat ini mengajarkan keteguhan hati untuk hanya bergantung kepada Allah dalam segala urusan, tanpa menggantungkan harapan utama kepada makhluk.


2. Nafsu sebagai Musuh Paling Berbahaya

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
Inna an-nafsa la-ammaratun bis-sū’ illā mā raḥima rabbī
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
(QS. Yusuf: 53)

Makna: Musuh terbesar manusia bukanlah orang lain atau setan semata, melainkan nafsu dalam diri yang selalu menggiring kepada dosa.


Hadis Rasulullah ﷺ

« أَعْدَى عَدُوِّكَ نَفْسُكَ الَّتِي بَيْنَ جَنْبَيْكَ »
“Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsumu yang berada di antara dua rusukmu.”
(HR. al-Baihaqi)

Makna: Bahaya nafsu lebih besar daripada ancaman luar, karena ia bersemayam dalam diri dan sulit diwaspadai tanpa ilmu dan mujahadah (kesungguhan).


Nasehat Para Ulama Sufi

  1. Hasan al-Bashri:
    “Jangan tertipu oleh amalmu, karena nafsu suka memolesnya agar engkau lalai dari Allah.”

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah:
    “Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau mengharap surga, tapi karena Dia layak disembah.”

  3. Abu Yazid al-Bistami:
    “Aku mengenal Tuhanku melalui kehinaan diriku sendiri.”

  4. Junaid al-Baghdadi:
    “Makrifat adalah lenyapnya dirimu dan tetapnya Allah dalam hatimu.”

  5. Al-Hallaj:
    “Tiada aku selain Allah, karena aku fana dalam-Nya.”

  6. Imam al-Ghazali:
    “Orang yang tidak mengenal dirinya lebih bodoh dari binatang.”

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani:
    “Bersihkan hatimu dari cinta dunia, maka Allah akan memenuhinya dengan cahaya makrifat.”

  8. Jalaluddin Rumi:
    “Nafsu adalah tirai tebal yang menutupi wajah Kekasih. Robek tirai itu untuk melihat-Nya.”

  9. Ibnu ‘Arabi:
    “Kunci mengenal Allah adalah mengenal dirimu sendiri.”

  10. Ahmad al-Tijani:
    “Makrifat bukan sekadar banyak ilmu, tapi terbukanya hijab antara hamba dan Tuhannya.”


Penutup

Kesimpulan

  • Makrifatullah hanya dapat dicapai jika seseorang sadar bahwa Allah adalah satu-satunya penolong sejati.
  • Makrifatun nafs tercapai jika seseorang mengetahui bahwa nafsu adalah musuh utama yang harus dikendalikan.
  • Mengandalkan selain Allah adalah tanda lemahnya makrifat, dan meremehkan nafsu adalah tanda belum mengenal diri.

Relevansi Sekarang

Di era modern, banyak orang lebih percaya pada teknologi, koneksi, atau materi dibanding pertolongan Allah. Di saat yang sama, hawa nafsu diberi panggung dan dirayakan melalui gaya hidup bebas. Inilah tanda perlunya kembali pada muhasabah diri.


Muhasabah & Cara Mengatasinya

  1. Perkuat tawakal – Sadari bahwa makhluk hanyalah perantara, Allah yang menentukan segalanya.
  2. Jihad melawan nafsu – Perbanyak puasa, zikir, dan ibadah malam untuk melemahkan dominasi nafsu.
  3. Perbanyak doa dan istighfar – Minta pertolongan Allah agar hati dilindungi dari tipu daya nafsu.
  4. Belajar dari ulama dan orang saleh – Mengambil hikmah dari mereka yang sudah menempuh jalan makrifat.
  5. Jangan terlalu percaya pada diri sendiri – Akui kelemahan, dan serahkan urusan kepada Allah.

Doa

Allahumma arinal haqqo haqqon warzuqnat tiba’ah, wa arinal bathila bathilan warzuqna ijtinabah.

“Ya Allah, tunjukkan kepada kami yang benar itu benar, dan berilah kami rezeki untuk mengikutinya. Tunjukkan kepada kami yang batil itu batil, dan berilah kami rezeki untuk menjauhinya.”


 versi bahasa santai, tapi ayat Qur’an dan hadisnya tetap pakai teks asli.
Hasilnya seperti ini:


Orang yang Sedikit Makrifatnya dan Orang yang Belum Mengenal Betul Dirinya Sendiri


Pembukaan

Tujuan

Buku ini dibuat buat lo yang pengen bener-bener ngerti dua hal penting banget dalam hidup:

  1. Siapa sih penolong paling hebat yang gak pernah ninggalin lo?
  2. Siapa musuh paling jahat yang diem-diem ngerusak hidup lo dari dalam?

Kalau dua hal ini udah kebuka di hati lo, hidup bakal beda. Lo bakal ngerti gimana caranya deket sama Allah, dan gak gampang dibego-begoin sama nafsu sendiri.

Manfaat

  • Ngebantu lo biar gak salah sandaran (gak gampang ngegantungin harapan ke manusia).
  • Bikin lo lebih waspada sama “musuh dalam selimut” alias nafsu.
  • Ngasih reminder buat selalu ngandelin Allah dulu sebelum siapa pun.
  • Jadi panduan buat muhasabah, biar hati lo makin bersih dan ringan.

Inti Bahasan

Quote Dalem Banget

“Barangsiapa mengira bahwa mempunyai penolong yang lebih mumpuni dibanding Allah, maka baru sedikit ia mengenali Allah. Dan barangsiapa mengira mempunyai musuh yang lebih kejam dibanding nafsunya, berarti baru sedikit ia mengetahui dirinya sendiri.”


Dalil Al-Qur’an

1. Allah itu Penolong Sejati

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbunallahu wa ni‘mal wakil
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

💡 Ngertiinnya: Kalau udah punya Allah di pihak lo, udah cukup banget. Semua penolong selain Dia cuma bonus, bukan inti.


2. Nafsu itu Musuh Nomor Satu

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
Inna an-nafsa la-ammaratun bis-sū’ illā mā raḥima rabbī
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)

💡 Ngertiinnya: Nafsu itu kayak temen toxic, pura-pura sayang tapi sebenernya mau ngerusak lo dari dalam.


Hadis Rasulullah ﷺ

« أَعْدَى عَدُوِّكَ نَفْسُكَ الَّتِي بَيْنَ جَنْبَيْكَ »
“Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsumu yang berada di antara dua rusukmu.” (HR. al-Baihaqi)

💡 Ngertiinnya: Jangan cuma waspada sama musuh di luar sana. Musuh terbesar justru nongkrong di hati lo, tiap hari.


Nasihat Para Tokoh Sufi (versi gaul)

  1. Hasan al-Bashri: “Jangan ge-er sama amal lo, nafsu pinter banget bikin lo ngerasa udah suci padahal enggak.”
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Gue cinta Allah bukan karena surga atau neraka, tapi karena Dia emang layak dicinta.”
  3. Abu Yazid al-Bistami: “Gue nemuin Allah justru pas gue sadar diri gue ini nothing.”
  4. Junaid al-Baghdadi: “Makrifat itu lo ilangin ‘gue’ lo, dan tinggalin Allah di hati lo.”
  5. Al-Hallaj: “Di hati gue udah gak ada ‘aku’, yang ada cuma Allah.”
  6. Imam al-Ghazali: “Kalau lo gak kenal diri lo sendiri, lo kalah sama kambing.”
  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Bersihin hati lo dari cinta dunia, nanti Allah isi dengan cahaya.”
  8. Jalaluddin Rumi: “Nafsu itu kayak gorden tebel nutupin cahaya Allah. Robek tuh gorden!”
  9. Ibnu ‘Arabi: “Kalau lo mau kenal Allah, kenal dulu siapa diri lo sebenernya.”
  10. Ahmad al-Tijani: “Makrifat itu bukan banyak teori, tapi ketika lo udah gak ada jarak sama Allah.”

Penutup

Kesimpulan

  • Lo baru bener-bener kenal Allah kalau lo yakin cuma Dia yang bisa nolong lo.
  • Lo baru bener-bener kenal diri lo kalau sadar nafsu itu musuh utama lo.
  • Mengandalkan makhluk = makrifat lo lemah. Nganggep nafsu aman = lo belum kenal diri.

Relevansi Zaman Sekarang

Sekarang banyak orang lebih percaya saldo, link, atau gadget dibanding doa. Nafsu malah dibiarin liar: pengen pamer, pengen viral, pengen instan. Makanya banyak yang makin jauh dari makrifat.


Muhasabah & Cara Ngelawan Nafsu

  1. Perkuat tawakal – Jangan taruh harapan lo ke manusia, tapi ke Allah.
  2. Latih diri lawan nafsu – Puasa, shalat malam, dan zikir itu kayak gym buat hati.
  3. Perbanyak doa – Minta Allah jagain hati lo.
  4. Ngaji ke orang yang bener – Biar gak tersesat sama opini ngawur.
  5. Sadari kelemahan diri – Jangan ngerasa bisa tanpa Allah.

Doa

Allahumma arinal haqqo haqqon warzuqnat tiba’ah, wa arinal bathila bathilan warzuqna ijtinabah.
“Ya Allah, tunjukkan kepada kami yang benar itu benar, dan berilah kami rezeki untuk mengikutinya. Tunjukkan kepada kami yang batil itu batil, dan berilah kami rezeki untuk menjauhinya.”




Sholat Tepat Waktu: Induk Segala Kebaikan dan Cahaya Ibadah



Judul Buku: Sholat Tepat Waktu: Induk Segala Kebaikan dan Cahaya Ibadah


Bab 1: Mukadimah

Salat adalah pilar utama dalam agama Islam. Ia bukan sekadar kewajiban ritual, tetapi inti dari hubungan antara hamba dan Tuhannya. Dalam sabda Nabi Muhammad ﷺ:

"Salat pada waktunya adalah amal yang paling dicintai oleh Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menggambarkan bahwa menjaga waktu salat adalah prioritas dalam ibadah seorang Muslim. Dalam buku ini, kita akan membahas makna salat tepat waktu, sebab turunnya perintah, ayat-ayat pendukung, tafsir, serta nasihat-nasihat bijak dari para tokoh sufi dan ulama besar.


Bab 2: Sebab Turunnya Perintah Menjaga Waktu Salat

Perintah menjaga waktu salat datang secara tegas dalam wahyu Allah:

"Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
(QS. An-Nisa: 103)

Ayat ini turun setelah Perang Khandaq, saat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat sempat melewatkan waktu salat karena sibuk berjaga dari serangan musuh. Dari peristiwa ini, Allah menegaskan pentingnya menjaga salat tepat waktu meski dalam kondisi darurat sekalipun.


Bab 3: Ayat-Ayat Al-Qur'an dan Tafsirnya

1. QS. Al-Mu’minun: 9
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
Walladziina hum 'alaa sholaatihim yuhaafidhuun
"Dan orang-orang yang memelihara salatnya."

Menurut Tafsir Ibn Katsir, memelihara salat berarti menjaga waktunya, rukun-rukunnya, dan kekhusyukannya. Menjaga waktu menjadi kunci diterimanya salat.

2. QS. Al-Baqarah: 238
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ
Haafidhuu 'alaa ash-sholawaat wa ash-sholaatil wusthaa
"Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wustha (salat tengah)."

Menurut ulama tafsir, salat wustha adalah salat Ashar, karena banyak yang menyepelekannya. Ini mempertegas pentingnya disiplin waktu dalam ibadah.


Bab 4: Hakekat Salat Tepat Waktu

Salat tepat waktu adalah cermin kedisiplinan ruhani dan tanda ketundukan kepada perintah Allah. Ia menjadi cahaya bagi hati, penjaga dari dosa, dan penopang iman. Hakekatnya bukan hanya soal waktu, tapi kepatuhan total pada perintah Ilahi.


Bab 5: Relevansi dengan Kehidupan Sekarang

Di tengah kesibukan zaman modern, menjaga waktu salat menjadi tantangan. Namun di situlah letak ujian ketaatan. Dengan teknologi alarm, aplikasi pengingat, dan jadwal harian, seorang Muslim dapat tetap menjaga salat tepat waktu. Ini menjadi pembeda antara yang sungguh-sungguh mencintai Allah dan yang hanya ikut arus.


Bab 6: Nasihat Para Tokoh Sufi dan Ulama

  1. Hasan al-Bashri: "Wahai anak Adam, salat adalah kunci pertemuan dengan Tuhanmu. Maka janganlah engkau menemuinya dengan hati yang lalai dan waktu yang tertunda."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku tidak beribadah karena takut neraka atau berharap surga, tapi karena cinta. Dan cinta itu datang dari salat yang tepat waktu dan penuh khusyuk."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Jika engkau terlambat salat karena dunia, maka engkau telah menjadikan dunia tuhanmu."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Awal perjalanan sufi adalah menjaga salat tepat waktu. Karena itu tanda kesiapan menuju hadirat Allah."

  5. Al-Hallaj: "Dalam salat tepat waktu, aku kehilangan diriku dan hanya menemukan Dia."

  6. Abu Hamid al-Ghazali: "Salat yang tepat waktu melatih jiwa untuk taat dan menghalau sifat malas dan lalai."

  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Waktu salat adalah undangan dari Sang Raja. Datang terlambat adalah bentuk ketidakadaban seorang hamba."

  8. Jalaluddin Rumi: "Setiap salat adalah jembatan menuju kekasih. Lewatkan waktunya, engkau tersesat di jalan."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Tepat waktu dalam salat mencerminkan keteraturan dalam semesta ruhani. Segalanya berjalan dalam qadar-Nya, termasuk waktumu."

  10. Ahmad al-Tijani: "Siapa menjaga waktu salatnya, maka Allah akan menjaganya di segala waktu."


Penutup

Salat tepat waktu bukan sekadar ritual, tapi adalah bentuk tertinggi ketaatan dan cinta kepada Allah. Ia adalah cahaya, pelindung, dan penyejuk jiwa. Mari kita mulai dari diri sendiri, dari sekarang, untuk tidak menunda-nunda panggilan Ilahi.

Djoko Ekasanu

Berikut buku berjudul "Salat Tepat Waktu: Induk Segala Kebaikan dan Cahaya Ibadah", sudah saya susun lengkap mulai dari sebab turunnya ayat, penjelasan tafsir, hakikat, relevansi kekinian, hingga nasihat dari para sufi dan ulama besar. 

----

Berikut ini adalah versi santai :


Judul: Salat Tepat Waktu, Yuk! Biar Hidup Nggak Ngaret ke Surga

Bab 1: Bro, Kamu Nggak Lupa Janjian Sama Allah, Kan?

“Eh, bro, kamu tahu nggak sih... salat itu kayak janji temu langsung sama Allah. Udah dapet undangan VIP, tinggal dateng, tinggal bilang ‘Labbaik yaa Rabb!’ tapi kadang kita malah ngaret... kayak yang ngajak kita cuma temen warung kopi.”

Salat bukan sekadar rutinitas. Itu panggilan cinta dari yang menciptakan kamu. Allah ngajak ketemu lima kali sehari. Bukan karena Allah butuh kamu, tapi karena kamu yang butuh ketenangan.


Bab 2: Kenapa Sih Harus Pas Waktunya?

Nih ya, waktu salat itu udah diset sama Allah. Fix, nggak bisa reschedule. Di QS. An-Nisa: 103, Allah bilang:

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Bayangin, kamu kerja aja takut telat absen, masa ketemu Allah telat terus?


Bab 3: Apa Kata Para Orang Bijak?

Coba dengerin kata mereka yang udah sampai level makrifat, bukan cuma paham teori:

  • Hasan al-Bashri: “Kalau kamu telat salat, berarti kamu udah mendahulukan dunia daripada Tuhanmu. Mau jadi kayak gitu?”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cintaku pada Allah itu bikin aku nggak bisa nunda-nunda salat. Rasanya kayak pengen ketemu kekasih yang ngasih segalanya.”
  • Jalaluddin Rumi: “Kalau salat itu jembatan menuju cinta-Nya, ngaret itu sama aja nyasar ke arah lain.”

Bab 4: Di Zaman Sekarang Masih Relevan Nggak Sih?

Justru sekarang makin penting, bro. Dunia makin riuh, pikiran makin capek. Salat itu waktu reset. Mindset dibenerin, hati dipeluk, dosa dicuci. Mau sehat jiwa? Salat.

Dan ya, teknologi itu bukan alasan, tapi justru alat bantu. Alarm ada, jadwal salat ada, aplikasi pengingat bejibun. Kalo masih aja ngaret, berarti bukan sibuk... tapi belum niat.


Bab 5: Hakikatnya? Bukan Sekadar Gerakan

Salat bukan cuma ruku’ sujud. Tapi latihan nurutin Allah secara total. Kalo udah bisa tepat waktu salat, biasanya hidup juga jadi lebih tertata. Emosi lebih stabil, nafsu lebih terkendali.

Abdul Qadir al-Jailani pernah bilang, “Kalau kamu bisa jaga waktu salat, maka Allah akan jaga hidupmu.” Gokil banget, kan?


Bab 6: Ngobrol Sama Hati

Satu-satunya yang nggak pernah PHP-in kamu itu Allah. Maka, ketika Dia bilang, “Ayo salat,” jangan jawab, “Nanti dulu ya, sibuk.” Karena siapa tahu... itu panggilan terakhir. Serius.


Penutup: Yuk, Kita Berbenah

Coba mulai sekarang. Nggak usah nunggu “hijrah total.” Mulai dari satu hal kecil: salat tepat waktu. Nggak harus langsung khusyuk kayak wali, tapi konsisten dan niatnya lurus. Allah itu ngeliat usaha, bukan hasil sempurna.

“Salat tepat waktu itu bukan beban. Itu vitamin rohani. Makin sering minum, makin sehat iman.”