Friday, May 9, 2025

Wudhu

 Fadilah (keutamaan) wudhu sangat besar dalam Islam. Berikut beberapa keutamaan wudhu berdasarkan Al-Qur'an dan hadits:

1. Menghapus Dosa-Dosa Kecil

Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila seorang hamba Muslim atau mukmin berwudhu, lalu ia membasuh wajahnya, maka keluarlah dari wajahnya setiap dosa yang dilihat oleh kedua matanya bersama air atau bersama tetesan air yang terakhir; jika ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya setiap dosa yang dilakukan oleh kedua tangannya bersama air; jika ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah setiap dosa yang dilakukan oleh kedua kakinya bersama air, hingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.”

(HR. Muslim)

2. Sebab Masuk Surga

“Tidaklah seorang dari kalian berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu mengucapkan:

'Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh',

kecuali akan dibukakan untuknya delapan pintu surga dan dia boleh masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki.”

(HR. Muslim)

3. Ciri Cahaya Umat Nabi Muhammad di Hari Kiamat

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajah, tangan, dan kaki mereka karena bekas wudhu.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Meningkatkan Derajat dan Menghapus Kesalahan

 "Maukah kalian aku tunjukkan pada sesuatu yang dengannya Allah menghapus dosa dan mengangkat derajat?"

Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudhu dalam keadaan sulit (misalnya saat dingin), memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat.”

(HR. Muslim)

5. Termasuk Sebaik-baik Ibadah

Wudhu termasuk amal yang dicintai Allah jika dilakukan terus-menerus. Nabi SAW bersabda:

“Istiqamah dalam menjaga wudhu adalah tanda keimanan.”

(HR. Ahmad)

_____

Berikut adalah fadilah (keutamaan) dari doa sebelum wudhu dan doa sesudah wudhu menurut ajaran Islam:

---

1. Fadilah Doa Sebelum Wudhu

Meskipun tidak ada doa khusus yang secara eksplisit diajarkan Rasulullah SAW sebelum wudhu selain mengucapkan Basmalah, namun mengucapkan “Bismillah” sebelum wudhu hukumnya sunnah dan memiliki keutamaan besar.

Hadits:

“Tidak sah wudhu seseorang yang tidak menyebut nama Allah padanya.”

(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah – hasan)

Fadilahnya:

Membuat wudhu menjadi sah secara sempurna.

Menjadikan aktivitas wudhu sebagai ibadah yang bernilai pahala.

Menghadirkan kekhusyukan dan kesadaran bahwa wudhu adalah bentuk ibadah.

---

2. Fadilah Doa Sesudah Wudhu

Doa yang diajarkan setelah selesai wudhu adalah:

> أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

“Asyhadu allā ilāha illallāh, wahdahu lā syarīka lah, wa asyhadu anna Muḥammadan ‘abduhū wa rasūluh.”

(Dan bisa ditambah:)

اللّٰهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

“Allāhummaj‘alnī minat-tawwābīn waj‘alnī minal-mutaṭahhirīn.”

Hadits:

“Barang siapa berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan:

Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh,

maka dibukakan baginya delapan pintu surga, dan dia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki.”

(HR. Muslim)

Fadilahnya:

Mendapat pahala besar dan ampunan.

Dijanjikan masuk surga dari pintu mana saja.

Termasuk golongan orang yang bertobat dan menyucikan diri.

_____

Berikut adalah nasehat dari Syekh Abdul Qodir al-Jailani dan Ibnu Atha'illah as-Sakandari yang berkaitan dengan wudhu, baik secara langsung maupun secara maknawi (hakikat wudhu):

---

1. Nasehat Syekh Abdul Qodir al-Jailani tentang Wudhu

Dalam kitab Al-Fath ar-Rabbani dan Jala' al-Khatir, Syekh Abdul Qodir al-Jailani memberikan makna yang dalam tentang wudhu:

“Jangan hanya membersihkan anggota tubuh dengan air, tetapi bersihkan juga hati dari sifat-sifat tercela.”

(Al-Fath ar-Rabbani)

Beliau menekankan bahwa wudhu bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga pembersihan batin.

Wudhu harus menjadi pintu menuju khusyuk dalam shalat.

Wudhu dilakukan dengan adab, kehadiran hati, dan kesadaran bahwa ia sedang mempersiapkan diri menghadap Allah.

"Wudhu-lah dengan air taubat, mandi-lah dengan cahaya ma'rifat, dan shalat-lah di mihrab ikhlas."

---

2. Nasehat Ibnu Atha’illah as-Sakandari tentang Wudhu

Dalam kitab Al-Hikam, Ibnu Atha’illah tidak menyebut wudhu secara langsung banyak kali, tetapi ia memberi petunjuk maknawi yang dalam:

"Jasadmu bersuci dengan air, maka sucikan juga hatimu dengan cahaya dzikir."

(Makna dari Hikmah beliau secara tersirat)

Wudhu secara lahir adalah awal perjalanan ibadah, tetapi hati juga perlu "wudhu"—penyucian dari sifat buruk seperti riya’, dengki, dan cinta dunia.

Dzikir dan muhasabah adalah sarana menyucikan batin, sebagaimana air menyucikan jasad.

Salah satu makna tersembunyi: jangan masuk shalat hanya dengan tubuh yang suci, tetapi juga dengan hati yang sadar.

---

Kesimpulan Maknawi

Kedua ulama besar ini seakan memberi pesan bersama:

"Wudhu bukan sekadar menyiram air ke tubuh, tapi perjalanan ruh untuk kembali bersih dan sadar akan hadirat Allah."






Tuesday, May 6, 2025

Al Maidah ayat 61 sampai 64

Berikut ini penjabaran QS. Al-Mā'idah ayat 61–64 lengkap dengan tafsir, hikmah, hadis terkait, serta nasehat dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari:

---

QS. Al-Mā'idah: 61–64 dan Tafsirnya

Ayat 61

"Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka berkata: 'Kami telah beriman.' Padahal sesungguhnya mereka masuk dengan kekafiran dan sesungguhnya mereka keluar dengan kekafiran (pula); dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan."

Tafsir Ringkas (Ibnu Katsir):

Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang munafik dari kalangan Ahlul Kitab yang berpura-pura beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka datang dengan wajah manis, namun hati mereka tetap penuh kekafiran. Allah menyatakan bahwa Dia mengetahui isi hati mereka yang sesungguhnya.

---

Ayat 62

"Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka bersegera membuat dosa, permusuhan, dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu."

Tafsir Ringkas:

Kebanyakan mereka (kaum Yahudi) gemar melakukan maksiat secara terang-terangan, seperti fitnah, permusuhan, dan mengambil harta yang haram (misalnya riba dan suap). Ini mencerminkan kerusakan akhlak dan jauhnya mereka dari petunjuk Allah.

---

Ayat 63

"Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka dari mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sungguh amat buruk apa yang mereka kerjakan."

Tafsir Ringkas:

Allah mencela para pemuka agama Yahudi karena tidak mencegah umat mereka dari perbuatan mungkar. Mereka diam saja, padahal mereka seharusnya menjadi penjaga syariat. Ini teguran keras bagi para ulama yang tidak mengamalkan ilmunya.

---

Ayat 64

"Orang-orang Yahudi berkata: 'Tangan Allah terbelenggu.' Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat karena apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki..."

Tafsir Ringkas:

Orang-orang Yahudi menuduh Allah kikir, tidak memberikan rezeki atau menolong mereka. Allah membantah dan menyatakan bahwa tangan-Nya terbuka, Dia memberi rezeki kepada siapa pun yang dikehendaki. Tuduhan itu menjadi sebab mereka dilaknat.

---

Hikmah yang Dapat Diambil

1. Bahaya Munafik dan Tipu Daya

Orang yang berpura-pura beriman tapi menyimpan kekufuran adalah musuh dalam selimut yang sangat membahayakan umat Islam.

2. Peran Ulama dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Ulama yang membiarkan kemaksiatan tanpa teguran turut berdosa dan mendapat celaan dari Allah.

3. Jangan Menisbatkan Kekurangan kepada Allah

Mengatakan Allah pelit atau tidak adil adalah bentuk kekufuran. Allah Maha Pemurah dan Maha Mengetahui apa yang terbaik.

---

Hadis Terkait

1. Tentang Peran Ulama dalam Meluruskan Umat

"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman."

(HR. Muslim no. 49)

2. Tentang Dermawan dan Kekikiran Allah

 "Tangan Allah selalu penuh. Tidak pernah berkurang karena memberikan nafkah (rezeki) siang dan malam."

(HR. Bukhari no. 7411 dan Muslim no. 993)

---

Nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

"Waspadalah terhadap orang yang tampak beriman namun hatinya penuh dengan hasad dan kedengkian. Janganlah engkau tertipu oleh kata-katanya, sebab iman bukanlah ucapan tapi keyakinan dan perbuatan."

 "Ulama yang tidak mengajarkan kebenaran dan membiarkan kemungkaran adalah seperti tong kosong. Ilmu itu harus membakar dosa, bukan mendiamkannya."

---

Nasehat Ibnu ‘Atha’illah As-Sakandari

"Janganlah engkau tertipu oleh penampilan seseorang yang kelihatan shalih, jika engkau tidak melihatnya menjauhi kemaksiatan dan memperbaiki masyarakat sekitarnya."

(Hikam)

"Di antara tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah disibukkannya ia dengan perkara yang tidak bermanfaat, dan dijadikan diamnya atas kemungkaran sebagai 'kebijaksanaan'."


---