Thursday, November 25, 2010

"Ma, Ade Sariawan"

"Ma, Ade Sariawan"

Rohedi/nakita

G ara-gara sariawan, si kecil pun emoh makan ? Bagaimana mengobatinya ?

Siapa bilang sariawan cuma milik orang dewasa? Anak kecil, bahkan bayi pun, bisa terkena. Simak saja pengalaman Ibu Reni saat anaknya (6 bulan) sudah beberapa hari rewel dan tak mau makan, "Badannya agak panas. Lalu saya buka mulutnya. Eh, ternyata ada bercak putih kecil di pipi bagian dalam. Saya bersihkan pakai kasa tak hilang. Rupanya dia sariawan."

Memang, menurut dr. Rini Sekartini, SpA, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, "Sariawan pada bayi agak sulit diketahui." Umumnya orang awam mengaitkan sariawan ini dengan panas dalam. "Mungkin karena terasa panas pada tenggorokan dan biasanya tampak bercak putih di bagian luar seperti bibir," jelasnya.

Nah, mengapa sariawan bisa terjadi pada anak?

JENIS SARIAWAN

Kasus sariawan pada anak berbeda satu dengan yang lainnya. Ada anak yang sering terkena dan ada juga yang jarang sekali sariawan. "Dikatakan sering bila dalam sebulan terjadi sariawan 2-3 kali. Proses penyembuhannya juga cukup lama, rata-rata 7-9 hari atau bisa sampai 2 minggu," ujar Rini. Jadi, kalau sebulan saja dia dua kali terkena sariawan, maka sepanjang bulan itu anak terus menderita sariawan.

Berdasarkan lokasinya, sariawan pada anak, baik itu bayi maupun balita, lebih sering terjadi pada bibir, lidah, pipi bagian dalam (mukosa), dan tenggorokan. Jarang sekali terjadi sariawan di gusi. Munculnya pun hanya satu, paling banyak dua. Tidak pernah berjejer seperti yang terjadi pada orang dewasa.

Ada beberapa jenis sariawan yang kerap terjadi pada anak. Di antaranya stomatitis apthosa , yaitu sariawan karena trauma, misalnya tergigit atau terkena sikat gigi sehingga luka atau lecet. Lalu, sariawan oral thrush/moniliasis , yang disebabkan jamur candida albican. Biasanya sariawan ini banyak dijumpai di lidah. Ada pula stomatitis herpetik yang disebabkan virus herpes simplek. Sariawan jenis ini berlokasi di bagian belakang tenggorokan.

"Umumnya sariawan yang terjadi pada bayi disebabkan oleh jamur. Sedangkan pada anak balita disebabkan oleh trauma dan juga jamur," jelas Rini

Proses terjadinya sariawan apthosa adalah karena gigitan atau tersodok sikat gigi sehingga menimbulkan luka/lecet. Jika kemudian kuman masuk dan daya tahan tubuh anak sedang turun, maka bisa terinfeksi. Timbul peradangan dan melahirkan rasa sakit atau nyeri.

Sedangkan pada sariawan moniliasis , dalam keadaan normal jamur memang terdapat dalam mulut. Saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah dengan penggunaan obat antibiotika yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, maka akan memudahkan jamur candida albican tumbuh lebih banyak lagi.

Sementara itu sariawan di tenggorokan biasanya langsung terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah.

MENGENALI GEJALA

Wajar jika para ibu sulit melihat tanda-tanda sariawan pada bayi, karena ia belum bisa bicara sehingga tidak bisa mengungkapkan rasa sakitnya. "Umumnya gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius." Bayi pun banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan rewel. Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus. "Mulut pun berbau. Biasanya karena kuman atau jamurnya," jelas Rini.

Sedangkan pada anak balita, lebih mudah terdeteksi karena dia sudah bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya. Terkadang disertai suhu yang naik, tapi tidak terlalu tinggi. Biasanya juga disertai berkurangnya nafsu makan.

"Jika pada bayi dan balita ditemui gejala seperti itu, sebaiknya orang tua memeriksa bagian mulutnya," anjur Rini. Dan memang seharusnya dilakukan pemeriksaan mulut secara rutin. Mulut anak dibuka dengan menggunakan alat spatel lidah yang berbentuk besi pipih dan panjang. Tekan lidah dengan alat ini, agak diturunkan sedikit, sehingga dapat terlihat bagian dalam mulut yang terkena sariawan.

Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm. Kemudian berkembang berbentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar seperti halnya bisul.

Biasanya pemunculan vesikel ini bersamaan dengan timbulnya panas. Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.

Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.

PENANGANAN

Kendati sepele, anak jadi sering sulit makan gara-gara sariawan. Karena itu saat memberi makan sebaiknya suapi dengan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan memberi minum lewat gelas, bukan dengan botol. Hal ini untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan agar tidak menimbulkan gesekan dan trauma.

Makanan pun sebaiknya yang lembut atau cair. Prinsipnya, yang mudah ditelan dan suapi setelah makanan agak dingin agar tak menambah luka. Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B dapat mempercepat proses penyembuhan, misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Sedangkan kekurangan vitamin C bisa mempermudah timbulnya kembali sariawan.

Jika setelah diberi obat, biasanya obat kumur, tapi anak tak jua sembuh, maka harus dicari penyebab lain. Mungkin karena kuman yang bertambah, pemakaian obat dengan dosis yang tidak tepat/kurang, atau cara memberi makanan pada anak sariawan menyebabkan anak trauma lagi di lidah. Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak memang rendah.

Menurut Rini, anak yang sering sariawan lebih banyak karena daya tahan tubuhnya rendah, juga karena kebersihan mulut dan gigi tak terjaga.

Jadi, jangan pernah bosan melatih si kecil untuk menjaga kebersihan mulut dan giginya.

Dedeh Kurniasih/nakita

Mewaspadai Tumor Pada Anak

Mewaspadai Tumor Pada Anak

Rohedi/nakita

Karena keberadaannya sulit dideteksi, orang tua wajib mewaspadai gejalanya. Tumor jenis apa yang bisa diderita anak dan cara-cara apa yang digunakan untuk mengobatinya?

Dalam istilah kedokteran, tumor berarti pembengkakan atau benjolan. Ia bisa bersifat jinak, juga ganas, tergantung dari gambaran sifat sel-selnya di bawah mikroskop. Dari situ bisa dipastikan, jenis serta pertumbuhan tumor. Tak hanya itu. Dari sifat biologisnya juga bisa dilihat mengenai pembesaran, penyebaran, dan gangguan tumor.

"Adanya benjolan atau massa tumor pada seorang anak, harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya penyakit keganasan yang dikenal sebagai kanker," jelas dr. Endang Windiastuti, MD, MM (Paed), dari Sub Bagian Hematologi-Onkologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Pada anak, tumor di organ tubuh letaknya cenderung pada bagian dalam tubuh alias susah terlihat. Nah, karena itulah terkadang anak yang menderita tumor terlambat datang ke dokter dan tahu-tahu tumornya sudah dalam keadaan stadium lanjut.

Apa sebetulnya penyebab tumor dan bagaimana menangani anak yang terkena tumor?

PENYEBAB

Secara garis besar, penyebab tumor memang belum diketahui. Misalnya, mengapa sel yang tadinya tumbuh normal berubah jadi ganas atau mengapa sel tersebut tak mau mati malah tumbuh dan tak bisa dikendalikan oleh sistem yang ada dalam tubuh. Berbagai teori dikemukakan untuk menjelaskan penyebab terjadinya tumor/kanker pada anak. Namun, sampai saat ini belum ada yang dapat menerangkan dengan jelas dan tuntas.

"Karena anak masih memiliki keterbatasan umur, maka kemungkinan faktor kebiasaan seperti makan, paparan pada bahan kimia yang bersifat karsinogen, juga masih sangat terbatas. Dengan kata lain, hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai penyebabnya," jelas Endang.

Berbagai hal, yaitu kemungkinan adanya kondisi tertentu dalam tubuh si anak, hingga saat ini juga masih dalam penelitian ahli. Misalnya, adanya kelainan genetik atau kromosom, yang oleh karena pengaruh dari luar (misalnya virus) dapat menyebabkan kanker. Demikian pula adanya kekurangan dalam sistem imunitas dapat meningkatkan kejadian penyakit keganasan pada anak. Sinar-X (sinar radioaktif) juga dikaitkan dengan terjadinya tumor/kanker pada anak. Selain itu, paparan sinar radioaktif pada seorang ibu yang sedang hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor/kanker pada janinnya kelak.

Bila dikaitkan pada anak, jelas Endang, "Teorinya masih dikarenakan infeksi virus. Infeksi virus menyebabkan perubahan sel sehingga sel itu menjadi ganas. Ada lagi karena gen berubah atau mutasi. Penyebab mutasi ini mungkin ada hubungannya karena zat kimia, virus, atau lainnya.

GEJALA PENGOBATAN

Pengenalan dini gejala yang ditimbulkan oleh penyakit keganasan, khususnya pada anak, amat sulit. Bisa terdeteksi dan bisa juga tidak sebab gejala yang ada umumnya tidak spesifik. "Rasa curiga ada sesuatu yang ganas baru muncul setelah gejalanya terlihat mencolok," ungkap Endang. Gejala yang sering tampak adalah demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas. Suhu tubuh bervariasi, sekitar 38-38,5 derajat Celcius dan kendati sudah diberi obat penurun panas, suhu meningkat lagi setelah menurun sesaat. Selain itu, terjadi penurunan berat badan secara drastis dalam waktu singkat. Ini terjadi karena nafsu makan yang menurun.

Menurut statistik, kanker yang paling banyak terjadi pada anak adalah leukimia akut, disusul kanker kelenjar getah bening (limfoma malignum), kanker mata (retinoblastoma), kanker saraf (neuroblastoma), kanker ginjal (nefroblastoma), dan lain-lain. "Yang jelas, kanker yang ditemukan pada anak berbeda dan sangat jarang ditemukan pada orang dewasa."

Berbagai cara pengobatan sudah ditemukan dan dikembangkan. Tujuannya, tentu saja untuk mencapai kesembuhan. Antara lain dengan kemoterapi, pengobatan bedah, dan radioterapi. Di samping itu, telah dikembangkan pula pengobatan dengan transplantasi sumsum tulang.

"Khusus untuk pasien anak yang proses tumbuh kembangnya sedang berlangsung, ahli harus memperhatikan beberapa aspek pengobatan lainnya," ujar Endang. Seperti nutrisi yang cukup, penanggulangan infeksi dan rasa nyeri, serta pendekatan psikologis anak dan keluarganya.

TINGKAT KESEMBUHAN

Karena hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab tumor/kanker pada anak, maka yang penting dilakukan setelah ditemukan adanya tumor adalah pengobatan yang intensif. "Ini pun tak banyak menjanjikan pada pasien. Angka kesembuhannya tergantung jenis tumor/kanker," lanjut Endang.

Hampir semua tumor dan kanker pengobatannya memakan waktu satu setengah sampai dua tahun. Untuk leukimia pada fase awal dinamakan fase induksi. Fase ini paling berat karena anak harus dirawat kurang lebih selama 6-7 minggu. Anak akan diberi obat dengan cara suntik langsung ke pembuluh darah, lewat infus, atau lewat punggung ke susunan saraf pusat.

Obat tersebut menimbulkan efek samping yang berat. Membuat rambut rontok, anak menggigil, panas, sariawan, mencret. Karena itulah dalam fase induksi ini anak harus dirawat di rumah sakit untuk diobservasi. Setelah itu baru dilakukan operasi sumsum tulang, apakah sudah sembuh atau belum. Bila anak dinyatakan remisi (sembuh) maka ia bisa berobat jalan.

Selain kemoterapi, anak penderita kanker juga menjalani radiasi yang dilakukan setelah fase induksi. Sedangkan untuk tumor-tumor padat (solid tumor) seperti tumor ginjal, mata, kelenjar getah bening, dan lainnya, biasanya dilakukan bedah, kemoterapi, dan radiasi.

Jika masih memungkinkan, biasanya tumor akan diangkat dulu, dengan mengambil jaringan sebanyak mungkin. Setelah itu dilihat lewat mikroskop untuk menentukan jenisnya. Ini penting untuk menentukan jenis pengobatan. Apakah radiasi dulu atau kemoterapi. Atau mungkin tak perlu kemoterapi, cukup dibedah. Seandainya pada saat bedah ternyata tumor sudah menjalar ke mana-mana, jaringan yang diambil cukup sedikit, lalu dilakukan biopsi.

Dari situ bisa diketahui, seberapa jauh stadium tumor/kanker yang diderita. Untuk tumor stadium lanjut, misalnya, kemoterapi dan radiasi memegang peranan penting. "Jadi, sebetulnya makin dini pasien datang, bila dengan bedah bisa diangkat bersih, kemungkinan hidup akan lebih baik," jelas Endang.

Sayangnya sampai saat ini upaya pencegahan tumor belum ada. Jadi, pandai-pandailah kita mendeteksi gejala yang mencurigakan. Pendek kata, begitu ada yang tak beres pada anak, segera konsultasikan ke dokter.

Jenis Kanker Pada Anak

* Leukimia

Dikenal dengan kanker darah. Gejala leukimia akut ditandai dengan demam berkepanjangan. Anak tiba-tiba pucat (mendadak) tanpa ada perdarahan. Perdarahan dapat terjadi misalnya di kulit atau di gusi bila sikat gigi, atau mimisan tanpa sebab. Kemudian muncul warna biru-biru di kulit.

Masing-masing gejala ini tak bisa berdiri sendiri. Kaki anak yang biru-biru, misalnya, tak berarti ia leukimia jika tanpa disertai gejala di atas. Selain itu, berat badan menurun dan nafsu makan turun.

* Limfoma

Merupakan kanker kelenjar getah bening. Keluhannya biasanya dengan membesarnya perut. Juga ada pembesaran kelenjar getah bening dengan cepat tanpa rasa nyeri dan tanpa tanda-tanda infeksi yang terjadi pada suatu tempat (umumnya di leher) atau di tempat lain. Kemudian, ada atau tanpa gangguan kencing, panas badan yang naik-turun, nafsu makan dan berat badan turun, anak lesu tak mau bermain.

Dokter akan mendeteksi lewat rontgen dan kemudian mengirimnya ke rumah sakit untuk dilakukan klarifikasi lebih lanjut.

* Retinoblastom

Jadi, dalam stadium dini belum muncul benjolan. Padahal, bila masih dini, bisa dilakukan operasi retina oleh dokter mata. Keadaan yang berkelanjutan bisa menimbulkan pembengkakan retina. Bila bola mata menonjol keluar maka hal ini menandakan keadaan yang telah lanjut dan bisa menimbulkan kebutaan. Kondisi ini dikhawatirkan menyebar ke otak dan sumsum tulang.

* Kanker Otak

Tumor otak umumnya menimbulkan keluhan sakit kepala, disertai mata juling, dan pandangan ganda. Apabila telah lanjut dapat menimbulkan sakit kepala yang sangat hebat, muntah-muntah, dan anak tak dapat berjalan karena terdapat gangguan koordinasi.

* Kanker Tulang

Keganasan pada tulang harus dicurigai bila timbul pembengkakan yang makin membesar pada salah satu tungkai.

* Kanker Perut

Umumnya tumor/kanker perut hampir tidak menimbulkan keluhan atau belum timbul keluhan walaupun tumor sudah dapat diraba. Biasanya adanya tumor dalam rongga perut dapat diketahui setelah perut tampak membuncit dan keras. Hal ini diketahui pada saat anak dimandikan. Gejala yang tampak, misalnya perut tiba-tiba membesar. Anak makin lama makin kurus dan pucat.

Aneka Pengobatan

Pengobatan kanker dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya:

* Kemoterapi

Dilakukan dengan menggunakan obat sitostatik yang berkhasiat membunuh sel kanker dan berefek samping rendah terhadap sel normal. Cara kerjanya adalah menghentikan proliferasi/perkembangan sel-sel kanker tersebut. Sedangkan untuk sel-sel yang normal diusahakan hanya sedikit menerima pengaruh pengobatan tersebut.

Dasar dari mekanisme obat untuk memilih sasaran tersebut terletak pada perbedaan tingkat proliferasi sel. Karena itu sel normal dari jaringan yang tergolong tingkat proliferasinya tinggi tak luput dari sasaran obat sebagai efek samping. Jaringan yang peka terhadap efek samping ini adalah sumsum tulang, saluran pencernaan, folikel rambut, dan kulit. Sitostatika ada yang bekerja secara spesifik pada suatu siklus sel, ada pula yang non spesifik.

Menurut Endang , efek samping kemoterapi adalah munculnya rasa mual, anak tak nafsu makan karena pengaruh obat yang digunakan. Dalam hal ini, orang tua tak perlu memaksa anak untuk makan banyak dulu. Yang penting, kalorinya terpenuhi.

* Radioterapi

Merupakan salah satu pengobatan yang penting dalam penyakit keganasan sebab pengobatan ini dapat mengecilkan tumor serta menghilangkan beberapa gejala klinis. Radiasi yang diberikan akan menghambat ikatan kimia yang diperlukan untuk pembentukan sel.

* Bedah

Pembedahan tumor dapat dilakukan secara primer pada waktu diagnosis ditegakkan, atau pada pengamatan kedua setelah dilakukan pengobatan cara lain (kemoterapi atau radioterapi). Cara kedua ini lebih lazim dilakukan terhadap massa tumor yang terlalu besar atau kalau letaknya dapat menimbulkan gangguan misalnya pada wajah atau alat kelamin.

Pada tindakan pembedahan, yang harus diusahakan adalah mengangkat seluruh massa tumor dengan utuh. Selama pembedahan, jaringan di sekitar tumor dan kelenjar getah bening yang mengelilinginya harus diamati dengan teliti terhadap kemungkinan penyebaran tumor.

Dedeh Kurniasih/nakita