Friday, December 11, 2009

Jarang Menguap Bisa Jadi Pertanda Anak Autis

Jarang Menguap Bisa Jadi Pertanda Anak Autis

Email Cetak PDF
Merry Wahyuningsih - detikHealth
Randolph, Tanpa disadari, seringkali saat melihat orang lain menguap akan ikut-ikutan menguap, karena menguap memang dapat menular. Bagi anak yang jarang menanggapi respons menguap orang lain, bisa jadi anak tersebut mengalami autisme.

Menguap adalah tindakan refleks yang terjadi pada semua orang, biasanya dilakukan untuk menghirup udara dalam jumlah banyak dan diikuti dengan pernapasan.

Menguap itu menular karena dipicu oleh mekanisme empatik yang berfungsi untuk menjaga kewaspadaan kelompok. Karenanya, menguap adalah tanda empati.

Selain itu, penyebab lain menularnya menguap karena aktifnya sistem saraf cermin (mirror neurons system), yaitu neuron yang terletak di bagian depan setiap belahan otak vertebrata tertentu.

Namun, sebuah studi yang telah dipublikasikan dalam edisi terbaru jurnal Child Development menemukan bahwa anak dengan autisme ringan akan lebih sering menanggapi respons menguap ketimbang anak dengan autisme parah.

Artinya, menguap bisa menjadi suatu pertanda anak tidak menanggapi respons sosial yang terjadi di sekitarnya. Menurut peneliti, respons terhadap menguap yang menular terjadi secara signifikan dimulai pada usia 4 tahun.

Para pakar mengatakan hasil ini menambahkan pemahaman tentang autisme. Meski temuan ini belum bisa diaplikasilan secara praktis, tapi para pakar percaya bahwa ketidakmampuan menanggapi sesuatu yang sederhana seperti menguap, bisa menjadi pertanda adanya gangguan autis pada anak.

"Bila kesadaran sosial berkurang atau semakin parah, maka dapat mempengaruhi suatu respons neurologis menular seperti menguap," tutur Susan Wilczynski, direktur eksekutif National Autism Center di Randolph, Massachusetts, seperti dilansir dari ABC News, Senin (20/9/2010).

Peneliti utama Molly Helt, seorang calon doktor di University of Connecticut, memutuskan untuk fokus pada penularan menguap setelah menemukan bahwa anak-anak dengan autisme tidak menanggapi ketika ia mencoba untuk membuatnya menguap.

Ahli autisme lain juga setuju dan menambahkan bahwa pemahaman respons terhadap isyarat-isyarat tertentu, seperti menguap, penting untuk memahami aspek kunci di balik autisme.



(mer/ir)

LENA, Piranti Deteksi Dini Autisme

LENA, Piranti Deteksi Dini Autisme

Email Cetak PDF

JAKARTA--Gejala autisme mulai tampak pada anak sebelum berusia 3 tahun. Namun, gejala umum yang paling jelas terlihat antara umur 2 - 5 tahun. Namun, pada kasus tertentu, gejala autisma baru terlihat saat si kecil memasuki jenjang sekolah.

Sejumlah riset deteksi dini autisma baru bisa dilakukan pada bayi berumur 18 bulan ke atas. Sehingga orang tua kerap terlambat menyadari bahwa anak-anak mereka menyandang autisma.


Kini, kecenderungan terlambat menyadari bisa dikurangi. Lembaga non profit di AS, Lena Foundation menemukan metode baru untuk mendeteksi gejala dini tiga tahun lebih cepat.

Metode ini bernama LENA Autism Screening Service, sebuah sistem yang merekam keseharian anak dengan menggunakan alat perekam khusus. Alat ini bukan alat biasa, karena mampu menangkap tanda-tanda dari prilaku anak tiga tahun lebih awal. Artinya, bayi berusia setahun mampu dianalis LENA untuk mengetahui apakah prilaku si kecil menunjukan gejala autisma.

Frank J. Sulloway, doktor dari Institute of Personality and Social Research, University of California, Berkeley menilai LENA merupakan metode radikal yang begitu potensial mengubah gaya pengasuhan dan pendidikan anak sekaligus pula sebagai pionir pengembangan teknologi yang begitu bernilai.

Sementara itu, John H.L Hanses dari Erik Jonsson School of Engineering and Computer Science berpendapat," Keberadaan LENA seperti pisau Swiss Army yang membantu peneliti atau ahli bahasa untuk menangani anak atau bayi."

Kehadiran LENA tentu berdampak strategis. Keterlambatan penanganan dapat dicegah sehingga orang tua dapat fokus memberikan anak-anak pelatihan berbicara dan berbahasa dengan tepat dan cepat. Apalagi akurasi alat ini diklaim mencapai 90%.

Cara menggunakannya pun cukup mudah. Orang tua cukup mengikuti tiga langkah sederhana untuk bayi mereka yang berusia 2-3 bulan.

Pagi hari, selipkan Prosesor Bahasa Digital LENA (DLP) ke dalam saku yang didesain khusus untuk baju LENA. Di akhir hari, colokkan DLP ke komputer anda.

Data audio akan menransfer dan software di komputer anda segera menganalisa. Perhatikan laporan tersebut untuk menganalisa percakapan yang dilakukan si kecil sekaligus untuk mengidentifikasi pola bicara di sepanjang hari. Dari laporan tersebut anda juga memperoleh informasi dalam prosentase.

LENA sudah beredar di AS dengan banderol harga 130 Pounds, atau setara dengan 1. 8 juta rupiah. Selain di AS, LENA bakal diperkenalkan kepada publik Inggris dalam waktu dekat.

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Rep: cr2/LenaFoindation/Telegraph