Sunday, December 14, 2008

Asperger, Sumber Anak Sulit Sosialisasi

Asperger, Sumber Anak Sulit Sosialisasi

Email Cetak PDF
KINI varian autisme semakin banyak diketahui. Salah satunya, sindrom asperger dengan gejala tidak mampu berkomunikasi efektif dan minimnya kemampuan koordinasi.

Angka penderita autisme di seluruh dunia terus meningkat, termasuk di Indonesia. Sayangnya, belum ada data yang menunjukkan berapa persis angka kejadian penderita autisme di Indonesia.

Tidak hanya penderitanya yang bertambah, kini varian autisme juga semakin banyak diketahui. Sindrom asperger merupakan salah satu varian autisme yang lebih ringan dibandingkan kasus autisme klasik.

Gangguan asperger berasal dari nama Hans Asperger, seorang dokter spesialis anak asal Kota Wina, Austria. Pada tahun 1940, Asperger ialah orang pertama yang menggambarkan pola perilaku khusus pada pasien-pasiennya, terutama pasien laki-laki.

Asperger memperhatikan bahwa meskipun anak lakilaki ini memiliki tingkat inteligensia yang normal serta kemampuan bahasa yang baik, namun mereka memiliki kekurangan dalam kemampuan bersosialisasi. Umumnya mereka tidak mampu berkomunikasi secara efektif serta kemampuan koordinasi yang kurang baik.

Menurut Susan B Stine, MD, Clinical Assistant Professor of Pediatrics Jefferson Medical College Philadelphia, karakter dari anakanak yang mengalami sindrom asperger ialah kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, pola bicara yang tidak biasa, dan tingkah laku khusus lainnya.

Kemudian, anak-anak dengan sindrom asperger biasanya sangat sulit untuk menampilkan ekspresi di wajahnya serta sulit untuk membaca bahasa tubuh orang lain.

Mereka kemungkinan juga merasa nyaman dengan rutinitas tertentu yang harus dilakukan setiap hari serta sensitif terhadap stimulasi sensori tertentu. Misalnya, mereka akan terganggu oleh nyala lampu redup yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain.

"Bisa saja mereka menutup kuping agar tidak dapat mendengarkan suara di sekitarnya atau mereka mungkin lebih memilih pakaian dari bahan-bahan tertentu saja," jelas Stine.

Selain itu, terangnya, ciri dari anak yang mengalami sindrom asperger adalah terlambatnya kemampuan motorik, ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian berlebihan terhadap kegiatan tertentu.

Menurut Dokter Spesialis Anak konsultan Neurologi, dr Hardiono D Pusponegoro, Sp A(K),sindroma asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian.

"Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara," kata Hardiono.

Sekilas terlihat, anak dengan sindrom asperger tidak berbeda dengan anak yang pintar dan kreatif. Hanya saja, anak tersebut biasanya memiliki satu minat tertentu saja untuk dikerjakannya.

Secara keseluruhan, anak-anak yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang bersosialisasi sehingga sering dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh orang lain.

Menurut Stine, jika penderita sindrom asperger beranjak dewasa, biasanya mereka akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan empati kepada orang lain serta tetap kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.

"Para ahli mengatakan bahwa penderita sindrom asperger biasanya akan menetap seumur hidup. Namun, gejala tersebut dapat dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu. Deteksi dini sindrom asperger akan sangat membantu," pungkasnya.

(sindo//tty)

Tentukan Suplemen Anak Autis melalui Analisis Rambut

Tentukan Suplemen Anak Autis melalui Analisis Rambut

Email Cetak PDF

Anak Autis AUTIS belum diketahui pasti penyebabnya, tetapi autis bisa dideteksi, di antaranya dengan menggunakan analisis rambut. Analisis ini juga bisa digunakan untuk menentukan suplemen yang tepat untuk anak autis.


Dikatakan seorang pakar autis, nutrisi, dan suplemen dari Australia, Dr Igor Tabrizian MD bahwa ada beberapa anak yang mengalami autis juga mengalami gangguan pencernaan terutama bagian usus.

”Sebab itu, beberapa anak ada yang melakukan diet dan mengatur pola makannya,” tuturnya dalam acara ”Tanya Jawab Seputar Autis” di Financial Hall Graha Niaga, Jakarta, belum lama ini.

Igor mengatakan, untuk mengetahui asupan suplemen yang tepat untuk anak autis, bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rambut.

”Analisis rambut bisa digunakan untuk mendeteksi suplemen yang tepat untuk mereka,” ujarnya. Dijelaskan Igor, analisis rambut mineral merupakan tes analisis yang menghitung nutrisi dan kadar racun yang terkandung mineral dalam rambut. Rambut merupakan medium yang ideal untuk dianalisis. Tingkat dari rambut dan nutrisi mineral bisa digunakan untuk mendiagnosis kelainan perilaku. ”Racun akan terdeteksi di rambut karena salah satu tempat pembuangan racun adalah di rambut,” ucapnya.

Dikatakannya, rambut biasa digunakan sebagai jaringan yang dipilih oleh US Environmental Protection Agency dalam menentukan racun metal yang terpapar dalam susu, air seni, ludah juga keringat yang merupakan hasil dari komponen yang terserap, namun dapat dikeluarkan. Rambut, kuku, dan gigi merupakan tempat mineral-mineral dalam bentuk kecil disimpan.

Analisis rambut sangat unik karena memberikan informasi langsung mengenai sel secara aktif yaitu di dalam metabolisme nutrisi. Seperti pentingnya vitamin, asupan mineral yang baik dibutuhkan tubuh. Vitamin tidak bisa berfungsi dan tidak bisa berasimilasi tanpa bantuan mineral. ”Tes analisis rambut dilakukan untuk mengetahui seberapa baik perjalanan suatu bahan kimia dari otak ke perut seseorang,” ungkapnya.

Walaupun dalam mendeteksi hal yang berkaitan dengan autis bisa dilakukan juga melalui tes vitamin, tes darah, dan tes urine, Igor meyakinkan bahwa analisis rambut memberikan berbagai paparan terhadap racun metal yang tidak bisa terlihat dari tes darah maupun tes seni. Selain itu, kunci keabsahan analisis rambut terletak pada kredibilitas laboratorium dan keahlian ahli medis dalam menginterpretasikan hasil analisis.

”Analisis rambut tidak hanya merefleksikan hal yang ada saat itu saja, tetapi dalam jangka panjang mengenai banyaknya metal racun yang ada dalam tubuh,” papar Igor. Dia menjelaskan, apabila kadar logam berat yang terukur dalam analisis rambut menyatakan hasil yang jumlahnya tinggi, itu berarti pencernaan dari anak autis tersebut sudah semakin membaik karena banyak zat toksin yang berhasil dikeluarkan dari dalam tubuh.

Sesuatu yang harus dikhawatirkan adalah apabila kadarnya turun karena hal tersebut menunjukkan masih banyaknya zat toksin di dalam tubuh yang tidak mampu dikeluarkan. Hal itu juga berarti bahwa kadar autis anak itu semakin parah.

”Setiap toksin yang masuk ke tubuh akan memberikan respons yang berbeda pada setiap orang,” ujarnya.

Dalam menggunakan analisis rambut ini, Igor menjelaskan caranya, yaitu dengan mengumpulkan sampel rambut, kira-kira 600 miligram rambut untuk mengevaluasi 17 logam berat beracun serta 23 elemen penting lainnya.

Dari situ, hasil tes akan memberikan informasi tentang nomor, tipe, dan jumlah logam berat beracun, derajat trace mineral (mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil), dan kekacauan dari metabolisme mineral ini.

”Kadar racun yang ada di dalam tubuh seseorang dapat terdeteksi dengan analisis rambut sehingga dapat diketahui perawatan apa yang cocok dan suplemen yang tepat untuk dikonsumsi anak,” kata Igor.

Analisis rambut dapat mengidentifikasi kekurangan nutrisi jangka panjang yang merupakan akar dari penyakit yang ada, serta menemukan logam berat beracun yang dapat menimbulkan penyakit. Dengan adanya asupan nutrisi dan suplemen yang tepat, maka akan membantu mengusir racun keluar dari dalam tubuh. ”Umumnya setelah 24 bulan perawatan, maka akan didapatkan hasil yang lebih baik,” katanya.

Seorang ibu dari anak autis sekaligus pendiri Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI), Gayatri Pamoedji SE MHc menceritakan pengalamannya mengenai analisis rambut. Ia mengatakan, tes ini sangat memuaskan karena dirinya menjadi tahu suplemen apa yang tepat untuk dikonsumsi anaknya. ”Analisis rambut sudah saya lakukan sejak delapan tahun yang lalu,” ucapnya.

Gayatri mengaku tidak hanya anaknya yang mengalami autis yang mengikuti analisis rambut, tetapi juga anggota keluarganya. Sebab, dari hasil tes tersebut, ia juga mengetahui informasi lain yang berguna untuk kesehatan tubuhnya seperti vitamin apa yang kurang dikonsumsinya.

”Walaupun sudah menggunakan analisisi rambut, bukan berarti anak yang sudah melakukan tes analisis rambut tidak memerlukan terapi lain. Terapi lain untuk Audwin masih saya gunakan untuk hasil yang semakin baik,” ucap wanita lulusan Master of Health Conseling, Curtin University of Technology, Perth, Australia Barat ini.

Igor mengatakan, intinya masalah utama dari autis terletak pada masalah racun, pencernaan, dan otak. Jika kesemuanya itu dapat terkontrol, bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika kondisi anak bisa membaik akibat nutrisinya sudah tepat.
(Koran SI/Koran SI/tty)