📰 Hari, Bulan, dan Amal yang Baik
Maksud dan Hakikat
Pertanyaan yang diajukan kepada Ibnu Abbas r.a. tentang hari terbaik, bulan terbaik, dan amal terbaik bukanlah sekadar masalah waktu dan ibadah, melainkan juga tentang bagaimana seorang Muslim menata hidupnya dalam bingkai waktu yang Allah ciptakan. Hakikatnya, waktu adalah wadah amal, dan amal adalah isi dari wadah itu. Maka, pertanyaan ini sesungguhnya mengajak kita merenung: “Di manakah posisi kita di hadapan Allah dalam perjalanan waktu yang terus berjalan?”
Tafsir dan Makna Judul
- Hari terbaik: Jumat adalah penghulu hari, hari doa dikabulkan, hari kaum Muslimin berkumpul, dan hari manusia pertama (Adam) diciptakan.
- Bulan terbaik: Ramadan, karena Al-Qur’an diturunkan, diwajibkan puasa, dan dilipatgandakan pahala.
- Amal terbaik: salat fardu tepat waktu, karena salat adalah tiang agama dan pembuka amal saleh lainnya.
Namun, Ali bin Abi Thalib r.a. menambahkan kedalaman makna: hari terbaik adalah hari kematian dengan iman, bulan terbaik adalah bulan taubat, dan amal terbaik adalah amal yang diterima Allah.
Tujuan dan Manfaat
Tulisan ini bertujuan:
- Memberi pemahaman kepada umat tentang keutamaan waktu.
- Mengingatkan bahwa amal bukan diukur dari banyaknya, tetapi dari keikhlasan dan diterimanya amal.
- Meneguhkan hati untuk selalu menjaga salat, taubat, dan iman sebagai bekal kematian.
Manfaatnya: umat Islam akan lebih menghargai waktu, memanfaatkan momentum Ramadan, Jumat, dan setiap kesempatan untuk taubat dan amal saleh.
Latar Belakang Masalah
Manusia sering terperdaya oleh dunia, menganggap semua hari sama, semua bulan hanya siklus biasa, dan amal hanya rutinitas. Padahal Islam menegaskan adanya momen-momen istimewa yang memiliki keberkahan khusus. Di sinilah pentingnya mengingatkan kembali tentang hari, bulan, dan amal yang terbaik.
Intisari Masalah
- Waktu adalah ciptaan Allah dan memiliki nilai spiritual.
- Ada hari dan bulan yang Allah muliakan.
- Amal terbaik bukan banyaknya, melainkan yang diterima Allah dengan ikhlas.
- Taubat Nasuha menjadi inti perjalanan hidup menuju ridha Allah.
Sebab Terjadinya Masalah
- Manusia lalai terhadap waktu.
- Hanya mengejar dunia, lupa akhirat.
- Amal yang dilakukan sering tanpa keikhlasan.
- Taubat ditunda-tunda hingga ajal tiba.
Relevansi Saat Ini
Di era modern, manusia sibuk dengan pekerjaan, teknologi, dan hiburan. Banyak yang menganggap hari hanyalah angka kalender, Ramadan hanya tradisi, dan salat hanya formalitas. Padahal, esensi waktu dalam Islam adalah kesempatan emas menuju Allah. Dengan memahami hadis-hadis ini, umat Islam diajak kembali kepada inti: taubat, salat, dan iman ketika ajal datang.
Dalil Al-Qur’an dan Hadis
- Hari Jumat: “Hari Jumat adalah penghulu segala hari dan yang paling mulia di sisi Allah.” (HR. Ahmad).
- Ramadan: QS. Al-Baqarah: 185 – “Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an...”
- Salat tepat waktu: QS. An-Nisa: 103 – “Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
- Amal diterima Allah: QS. Al-Maidah: 27 – “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.”
- Taubat Nasuha: QS. At-Tahrim: 8 – “Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya (nasuha).”
Analisis dan Argumentasi
Para ulama berbeda menekankan:
- Ibnu Abbas r.a. menyoroti keutamaan waktu dan ibadah wajib.
- Ali r.a. lebih dalam, menekankan aspek kualitas amal, taubat, dan kematian beriman.
- Keduanya benar: satu menegaskan kesempatan, satu lagi menekankan hasil akhir.
Dengan demikian, seorang Muslim harus menyeimbangkan: menghargai momentum waktu, memperbanyak amal, namun tidak lupa bahwa yang diterima hanyalah amal ikhlas yang ditutup dengan husnul khatimah.
Kesimpulan
Hari terbaik bukan sekadar Jumat, bulan terbaik bukan hanya Ramadan, amal terbaik bukan sekadar salat, tetapi kapanpun waktu itu digunakan untuk mendekat kepada Allah dengan taubat dan amal ikhlas.
Muhasabah dan Caranya
- Jaga salat tepat waktu.
- Perbanyak taubat Nasuha setiap hari.
- Isi Jumat dan Ramadan dengan amal utama.
- Latih diri mengingat kematian agar amal lebih serius.
- Jangan tertipu dunia, gunakan waktu sebaik mungkin.
Doa
اللَّهُمَّ اجعل خير أيامنا يوم نلقاك، وخير أعمالنا ما تقبله منا، وخير شهورنا شهر نتوب إليك فيه توبة نصوحا.
(Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik hari kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu, sebaik-baik amal kami adalah amal yang Engkau terima, dan sebaik-baik bulan kami adalah bulan ketika kami bertobat kepada-Mu dengan taubat nasuha).
Nasehat Ulama Sufi
- Hasan al-Bashri: “Dunia hanyalah tiga hari: kemarin telah pergi, esok belum datang, dan hari ini adalah kesempatanmu beramal.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka atau ingin surga, tetapi karena aku cinta kepada-Mu.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Taubat adalah kembali dari segala sesuatu selain Allah menuju Allah.”
- Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah bahwa Allah mematikanmu dari dirimu dan menghidupkanmu dengan-Nya.”
- Al-Hallaj: “Barangsiapa mengenal Allah, maka ia fana dari dirinya dan baqa dengan Allah.”
- Imam al-Ghazali: “Yang paling dekat dengan Allah adalah orang yang paling banyak mengingat-Nya.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Amal yang diterima adalah yang dibarengi dengan keikhlasan, meski kecil.”
- Jalaluddin Rumi: “Waktu adalah pedang yang menebas lalai, gunakanlah untuk mendekat pada Tuhan.”
- Ibnu ‘Arabi: “Waktu adalah makhluk Allah yang agung, siapa mengenal rahasia waktu, ia mengenal rahasia Allah.”
- Ahmad al-Tijani: “Perbanyaklah taubat sebelum ajal tiba, karena ajal datang tanpa memberi tahu.”
Ucapan Terima Kasih
Tulisan ini dipersembahkan sebagai renungan agar kita tidak menyepelekan waktu. Semoga menjadi pengingat bahwa hidup hanya sebentar, dan yang paling penting adalah meninggalkan dunia dalam keadaan beriman.