Wednesday, July 23, 2025

Al-Ma'idah Ayat 106–109.



Buku Tafsir dan Hikmah: Surah Al-Ma'idah Ayat 106–109


I. Teks Ayat dan Terjemahan

QS. Al-Ma'idah: 106–109

Ayat 106

Arab: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ أَوْ آخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُ الْمَوْتِ ۚ تَحْبِسُونَهُمَا مِنْ بَعْدِ الصَّلَاةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِي بِهِ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللَّهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ الْآثِمِينَ

Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ syahādatu baina-kum iżā ḥaḍara aḥadakumul-mautu ḥīnal-waṣiyyah, isnāni żawā ‘adlim minkum au ākhirāni min gairikum in antum ḍarabtum fil-arḍi fa aṣābatkum muṣībatul-maut, taḥbisụnahumā mim ba‘dis-ṣalāti fa yuqsimāni billāhi inirtaibtum, lā nasytarī bihī ṡamanaw wa lau kāna żā qurbā, wa lā naktumu syahādatallāh, innā iżal lamil-āṡimīn

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Persaksian di antara kamu apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, ketika dia akan berwasiat, ialah dua orang yang adil di antara kamu atau dua orang lain dari selain kamu, jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Tahanlah mereka setelah salat, lalu mereka bersumpah dengan (nama) Allah jika kamu ragu, '(Demi) Allah, kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga berapa pun, walaupun terhadap kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah. Sesungguhnya (jika kami lakukan), tentulah kami termasuk orang-orang yang berdosa.'"

Ayat 107

Arab: فَإِنْ عُثِرَ عَلَىٰ أَنَّهُمَا اسْتَحَقَّا إِثْمًا فَآخَرَانِ يَقُومَانِ مَقَامَهُمَا مِنَ الَّذِينَ اسْتَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْأَوْلَيَانِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ لَشَهَادَتُنَا أَحَقُّ مِنْ شَهَادَتِهِمَا وَمَا اعْتَدَيْنَا إِنَّا إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ

Latin: Fa in ‘uṡira ‘alā annahumā istaḥaqqā iṣmā, fa ākharaani yaqūmāni maqāmahuma minal-lażīnastuḥiqqa ‘alaihimul-awlayāni fa yuqsimāni billāhi lasyahādatunā aḥaqqu min syahādatihimā wamā’taidainā innā iżal lamiṡ-ẓālimīn

Artinya: "Jika diketahui bahwa keduanya (saksi-saksi itu) berbuat dosa, maka dua orang lain yang berhak (menjadi saksi) dari orang-orang yang dirugikan dapat menggantikan kedudukan mereka, lalu mereka bersumpah dengan (nama) Allah: ‘Kesaksian kami lebih benar daripada kesaksian mereka berdua, dan kami tidak melanggar batas. Sesungguhnya (jika kami lakukan) tentulah kami termasuk orang-orang yang zalim.’"

Ayat 108

Arab: ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِالشَّهَادَةِ عَلَىٰ وَجْهِهَا أَوْ يَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ أَيْمَانٌ بَعْدَ أَيْمَانِهِمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاسْمَعُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Latin: Żālika adnā ay ya`tụ bisy-syahādati ‘alā wajhihā au yakhāfụ an turadda aimānun ba‘da aimānihim, wattaqullāha wasma‘ụ, wallāhu lā yahdil-qawmal-fāsiqīn

Artinya: "Demikian itu lebih mendekati agar mereka memberikan kesaksian dengan sebenarnya, atau takut akan dikembalikan sumpah (yang lain) setelah sumpah mereka. Bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah! Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Ayat 109

Arab: يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ ۖ قَالُوا لَا عِلْمَ لَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

Latin: Yauma yajma‘ullāhur-rusula fa yaqụlu māżā ujibtum, qālụ lā ‘ilma lanā, innaka anta ‘allāmul-guyụb

Artinya: "(Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya: 'Apa jawaban (umatmu) kepadamu?' Mereka menjawab: 'Kami tidak mempunyai pengetahuan, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib.'"


II. Tafsir dan Penjelasan

Ayat-ayat ini berbicara tentang tata cara memberikan wasiat dan persaksian menjelang kematian, serta kewajiban menjaga amanah dan kejujuran. Allah memberikan tuntunan kepada orang-orang yang bepergian dan menghadapi kematian agar tidak meninggalkan urusan dunia tanpa kejelasan hukum.

Tafsir Singkat (Ibn Katsir, Al-Jalalain, dan Asbabun Nuzul):

  • Ayat 106: Menunjukkan pentingnya keadilan dan transparansi dalam memberi wasiat. Bila tidak ada saksi dari kaum Muslimin, maka non-Muslim pun bisa dijadikan saksi dalam kondisi darurat. Sumpah diambil setelah salat sebagai waktu suci untuk menjamin kejujuran.
  • Ayat 107: Bila terbukti dua saksi sebelumnya tidak jujur, maka dua orang dari pihak yang dizalimi boleh menggantikan dan bersumpah atas nama Allah.
  • Ayat 108: Tujuan dari sistem ini adalah agar orang takut berbuat curang dan lebih berhati-hati dalam bersaksi.
  • Ayat 109: Semua perbuatan akan ditanya dan dihisab di akhirat, termasuk tugas kerasulan dan tanggung jawab atas umat.

[Seluruh bagian selanjutnya tetap sama seperti versi sebelumnya]


[Tersambung dari pembahasan sebelumnya: III. Hakekat yang Terkandung – VII. Penutup dan Muhasabah]

Berikut ini buku awal tentang QS. Al-Ma’idah ayat 106–109 yang mencakup ayat, tafsir, penjelasan, hadis, relevansi, serta nasihat dari tokoh-tokoh sufi besar. Saya telah menuliskannya dalam dokumen berjudul “Tafsir dan Hikmah: Surah Al-Ma’idah 106–109”.


Buku Tafsir dan Hikmah: Surah Al-Ma'idah Ayat 106–109


I. Teks Ayat dan Terjemahan

QS. Al-Ma'idah: 106–109

Ayat 106

Arab: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ أَوْ آخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُ الْمَوْتِ ۚ تَحْبِسُونَهُمَا مِنْ بَعْدِ الصَّلَاةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِي بِهِ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللَّهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ الْآثِمِينَ

Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ syahādatu baina-kum iżā ḥaḍara aḥadakumul-mautu ḥīnal-waṣiyyah, isnāni żawā ‘adlim minkum au ākhirāni min gairikum in antum ḍarabtum fil-arḍi fa aṣābatkum muṣībatul-maut, taḥbisụnahumā mim ba‘dis-ṣalāti fa yuqsimāni billāhi inirtaibtum, lā nasytarī bihī ṡamanaw wa lau kāna żā qurbā, wa lā naktumu syahādatallāh, innā iżal lamil-āṡimīn

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Persaksian di antara kamu apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, ketika dia akan berwasiat, ialah dua orang yang adil di antara kamu atau dua orang lain dari selain kamu, jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Tahanlah mereka setelah salat, lalu mereka bersumpah dengan (nama) Allah jika kamu ragu, '(Demi) Allah, kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga berapa pun, walaupun terhadap kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah. Sesungguhnya (jika kami lakukan), tentulah kami termasuk orang-orang yang berdosa.'"

Ayat 107

Arab: فَإِنْ عُثِرَ عَلَىٰ أَنَّهُمَا اسْتَحَقَّا إِثْمًا فَآخَرَانِ يَقُومَانِ مَقَامَهُمَا مِنَ الَّذِينَ اسْتَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْأَوْلَيَانِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ لَشَهَادَتُنَا أَحَقُّ مِنْ شَهَادَتِهِمَا وَمَا اعْتَدَيْنَا إِنَّا إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ

Latin: Fa in ‘uṡira ‘alā annahumā istaḥaqqā iṣmā, fa ākharaani yaqūmāni maqāmahuma minal-lażīnastuḥiqqa ‘alaihimul-awlayāni fa yuqsimāni billāhi lasyahādatunā aḥaqqu min syahādatihimā wamā’taidainā innā iżal lamiṡ-ẓālimīn

Artinya: "Jika diketahui bahwa keduanya (saksi-saksi itu) berbuat dosa, maka dua orang lain yang berhak (menjadi saksi) dari orang-orang yang dirugikan dapat menggantikan kedudukan mereka, lalu mereka bersumpah dengan (nama) Allah: ‘Kesaksian kami lebih benar daripada kesaksian mereka berdua, dan kami tidak melanggar batas. Sesungguhnya (jika kami lakukan) tentulah kami termasuk orang-orang yang zalim.’"

Ayat 108

Arab: ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِالشَّهَادَةِ عَلَىٰ وَجْهِهَا أَوْ يَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ أَيْمَانٌ بَعْدَ أَيْمَانِهِمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاسْمَعُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Latin: Żālika adnā ay ya`tụ bisy-syahādati ‘alā wajhihā au yakhāfụ an turadda aimānun ba‘da aimānihim, wattaqullāha wasma‘ụ, wallāhu lā yahdil-qawmal-fāsiqīn

Artinya: "Demikian itu lebih mendekati agar mereka memberikan kesaksian dengan sebenarnya, atau takut akan dikembalikan sumpah (yang lain) setelah sumpah mereka. Bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah! Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Ayat 109

Arab: يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ ۖ قَالُوا لَا عِلْمَ لَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

Latin: Yauma yajma‘ullāhur-rusula fa yaqụlu māżā ujibtum, qālụ lā ‘ilma lanā, innaka anta ‘allāmul-guyụb

Artinya: "(Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya: 'Apa jawaban (umatmu) kepadamu?' Mereka menjawab: 'Kami tidak mempunyai pengetahuan, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib.'"


II. Tafsir dan Penjelasan

Ayat-ayat ini berbicara tentang tata cara memberikan wasiat dan persaksian menjelang kematian, serta kewajiban menjaga amanah dan kejujuran. Allah memberikan tuntunan kepada orang-orang yang bepergian dan menghadapi kematian agar tidak meninggalkan urusan dunia tanpa kejelasan hukum.

Tafsir Singkat (Ibn Katsir, Al-Jalalain, dan Asbabun Nuzul):

  • Ayat 106: Menunjukkan pentingnya keadilan dan transparansi dalam memberi wasiat. Bila tidak ada saksi dari kaum Muslimin, maka non-Muslim pun bisa dijadikan saksi dalam kondisi darurat. Sumpah diambil setelah salat sebagai waktu suci untuk menjamin kejujuran.
  • Ayat 107: Bila terbukti dua saksi sebelumnya tidak jujur, maka dua orang dari pihak yang dizalimi boleh menggantikan dan bersumpah atas nama Allah.
  • Ayat 108: Tujuan dari sistem ini adalah agar orang takut berbuat curang dan lebih berhati-hati dalam bersaksi.
  • Ayat 109: Semua perbuatan akan ditanya dan dihisab di akhirat, termasuk tugas kerasulan dan tanggung jawab atas umat.

[Seluruh bagian selanjutnya tetap sama seperti versi sebelumnya]


[Tersambung dari pembahasan sebelumnya: III. Hakekat yang Terkandung – VII. Penutup dan Muhasabah]

Bagian ayat 107 sampai 109 sudah saya lengkapi dalam dokumen, lengkap dengan teks Arab, latin, dan terjemahannya. Sekarang seluruh rangkaian QS. Al-Ma'idah 106–109 bisa dikaji secara utuh.

------

Berikut ini versi santai dari pembahasan QS. Al-Ma’idah: 106–109 yang dikemas dengan gaya ringan, tapi tetap dalam semangat muhasabah dan ketaatan:


📘 Ngobrol Santai: Wasiat, Sumpah, dan Hari Pertemuan Agung

Judul: “Bro, Kalau Meninggal Gak Bawa Wasiat, Siapa yang Pusing?!”


👤 A: Eh bro, lu pernah kepikiran gak? Kalo suatu hari kita check out dari dunia ini... siapa yang bakal ngurusin wasiat kita?

👤 B: Wah serius juga nih pembahasannya. Tapi bener juga sih... Gua sih belum pernah mikir sampe segitunya. Emang ada aturan di Qur’an-nya?

👤 A: Ada, bro. Coba deh buka QS. Al-Ma’idah ayat 106 sampai 109. Allah tuh kasih tutorial super lengkap gimana caranya bikin wasiat yang bener, siapa yang bisa jadi saksi, dan gimana biar nggak ada dusta-dusta club!


🕊️ “Kalau Lu Lagi Traveling, Terus Tiba-Tiba Kritis…”

Kata Allah:
Kalau kamu lagi di perjalanan, terus tau-tau ajal dateng, maka wasiatmu bisa disaksikan oleh dua orang yang adil.
Kalau gak ada orang Muslim, boleh dua orang dari selain Muslim. Tapi nanti harus sumpah serius habis salat!

👤 B: Wait, sumpahnya kapan?

👤 A: Habis salat. Jadi momennya sakral banget. Mereka bersumpah demi Allah: “Kita gak jual kebenaran demi duit, walau yang dilindungi saudara sendiri.”


🧐 “Eh Tapi Gimana Kalau Ketahuan Bohong?”

Kata Allah:
Kalau ketahuan dua saksi itu nipu, bisa diganti dua orang lain dari keluarga yang dirugikan. Mereka bersumpah juga: “Kesaksian kita lebih bener dari mereka! Kita gak ngada-ngada.”

👤 B: Jadi sistemnya kayak… sistem filter gitu ya? Ada back-up plan kalo ada saksi abal-abal?

👤 A: Betul! Allah tuh tau banget gimana sifat manusia. Makanya disuruh takut sama Allah, biar gak ngasal sumpah!


🏁 “Dan Nanti, Semua Bakal Ditanya Sama Allah…”

Hari di mana Allah kumpulin semua rasul, dan tanya:
“Gimana, umat lu nurut gak?”
Para rasul bilang: “Gak tau ya Allah, cuma Engkau yang Tahu yang Gaib…”

👤 B: Wah ngeri banget ya. Rasul aja bilang gak tau, apalagi kita yang dosa segunung...

👤 A: Makanya, ayat ini ngajak kita buat serius jujur, serius nyiapin wasiat, dan serius ngejaga lisan dan sumpah. Gak asal demi cuan.


🌟 Nasehat Gaul dari Para Tokoh Sufi

🧙 Hasan al-Bashri:
“Lu bohong karena takut gak dapet duit? Di akhirat lu bakal kehilangan segalanya, bro.”

🧕 Rabi‘ah al-Adawiyah:
“Kalau bener-bener cinta Allah, gak mungkin mau sumpah palsu cuma buat untung dunia.”

🧔 Abu Yazid al-Bistami:
“Orang yang udah ‘mati sebelum mati’, gak bakal ngomong dusta. Hatinya udah connect ke Allah.”

🧠 Junaid al-Baghdadi:
“Kejujuran itu tasawuf level tinggi. Lu jujur walau semua orang gak suka.”

🔥 Al-Hallaj:
“Sumpah itu bukan buat main-main. Itu antara lu dan Allah, bro!”

📚 Al-Ghazali:
“Saksi bohong = masyarakat rusak. Mau negeri hancur? Mulai aja dari satu sumpah palsu.”

🕋 Abdul Qadir al-Jailani:
“Orang jujur kayak gunung. Mau dihempas badai, dia tetap berdiri tegak.”

💃 Jalaluddin Rumi:
“Kesaksian sejati datang dari hati yang bersih, bukan dari mulut yang ngikutin nafsu.”

🌌 Ibnu ‘Arabi:
“Sumpah itu bahasa Allah. Kalau lu main-main, berarti lu mainin nama-Nya.”

🕌 Ahmad al-Tijani:
“Wasiat itu jembatan antara dunia dan akhirat. Jangan bikin jembatan palsu.”


💬 Closing Ngobrol

👤 B:
Wah, gua baru kerasa sekarang, ternyata ayat-ayat Qur’an tuh deket banget sama kehidupan ya…

👤 A:
Iya bro. Hidup ini cuma bentar. Tapi jejak kita di dunia bisa selamatin kita di akhirat. Jangan nunggu tua buat nyiapin semuanya.



Syahwat dan Sabar: Jalan Menuju Kemuliaan.

 


Judul: Syahwat dan Sabar: Jalan Menuju Kemuliaan


Pengantar

Dalam sejarah manusia, terdapat dua kekuatan besar yang menjadi penggerak kehidupan: syahwat dan sabar. Syahwat adalah daya tarik terhadap kenikmatan duniawi yang jika tak dikendalikan akan memperbudak jiwa. Sabar adalah keteguhan jiwa yang mampu menahan gejolak dan menuntun seseorang menuju kemuliaan.

Kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam menjadi cermin agung bagaimana kesabaran mampu mengangkat seorang budak menjadi raja, sementara syahwat mampu menjatuhkan seorang permaisuri dari kemuliaannya.


1. Ayat Al-Qur'an dan Tafsirnya

QS Yusuf (12): 24

وَلَقَدْ هَمَّتْۢ بِهِۦ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَـٰنَ رَبِّهِۦ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ

Latin: Wa laqad hammat bihi wa hamma bihaa lawlaa an ra'aa burhaana rabbih; kazaalika linasrifa 'an-hus sooo'a wal-fahshaa'; innahoo min 'ibaadinal-mukhlaseen.

Artinya: "Dan sungguh wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukannya) dengan wanita itu seandainya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih."

Tafsir: Ayat ini menggambarkan godaan besar yang dihadapi Yusuf dan bagaimana karena kesabaran dan petunjuk Allah, ia diselamatkan dari kehinaan. Syahwat hampir menjerumuskan, tapi sabar dan keikhlasan menyelamatkannya.


2. Hakikat Syahwat dan Sabar

Syahwat adalah ujian yang melekat dalam diri manusia. Ia bukan semata-mata keburukan, namun menjadi buruk ketika tidak dikendalikan. Sabar adalah tameng dan kendali yang menjaga manusia dari bahaya syahwat.


3. Hadis-Hadis yang Berkaitan

a. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Surga dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci dan neraka dikelilingi oleh syahwat."
(HR. Bukhari dan Muslim)

b. Rasulullah ﷺ juga bersabda:

"Tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih luas yang diberikan kepada seseorang daripada kesabaran."
(HR. Bukhari dan Muslim)


4. Relevansi dengan Keadaan Sekarang

Dalam era modern, syahwat hadir dalam berbagai bentuk: teknologi, hiburan, dan gaya hidup konsumtif. Kesabaran menjadi barang langka. Maka, kisah Yusuf menjadi pelajaran agung tentang pentingnya menjaga diri dalam badai fitnah.


5. Nasehat Para Sufi

Hasan al-Bashri: "Syahwat adalah racun yang dibungkus madu. Siapa yang sabar atas kepahitan dunia, akan merasakan manisnya akhirat."

Rabi'ah al-Adawiyah: "Aku mencintai Allah bukan karena takut neraka atau mengharap surga, tetapi karena cinta yang tulus. Cinta ini membuatku menahan syahwat karena hanya ingin ridha-Nya."

Abu Yazid al-Bistami: "Barangsiapa mengalahkan syahwatnya, maka ia telah menundukkan musuh terbesar dalam dirinya."

Junaid al-Baghdadi: "Sabar atas godaan syahwat adalah maqam para pencinta sejati Allah."

Al-Hallaj: "Cinta sejati adalah mati dari syahwat dan hidup hanya untuk kehendak Kekasih."

Imam Al-Ghazali: "Syahwat adalah tirai yang paling tebal antara hati manusia dan Allah. Kesabaran adalah pisau yang mengoyaknya."

Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Bersabarlah, karena di balik sabar ada pertolongan. Di balik sabar ada rahmat. Dan di balik sabar ada kedekatan dengan Tuhan."

Jalaluddin Rumi: "Syahwat adalah air laut, semakin engkau minum semakin haus. Sabar adalah sungai yang menuntunmu ke lautan cinta Tuhan."

Ibnu 'Arabi: "Manusia yang belum melewati syahwat tidak akan sampai ke maqam makrifat. Sabar adalah kendaraan menuju ke sana."

Ahmad al-Tijani: "Sabar dalam menghadapi nafsu syahwat adalah kunci terbukanya hijab antara hamba dan Tuhan."


Penutup

Syahwat bukanlah musuh yang harus dimusnahkan, melainkan kekuatan yang harus dikendalikan. Kesabaran adalah kekuatan ilahi dalam diri manusia. Yusuf menjadi raja karena sabar, Zulaikha menjadi hamba karena syahwat. Siapakah kita ingin menjadi?


Doa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الصَّابِرِينَ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَنَجِّنَا مِنْ فِتَنِ الشَّهَوَاتِ، آمِينَ.

"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang sabar, teguhkanlah hati kami dalam ketaatan kepada-Mu, dan selamatkan kami dari fitnah syahwat. Amin."

Berikut adalah buku dengan judul “Syahwat dan Sabar: Jalan Menuju Kemuliaan”, yang telah memuat:

  • Ayat Al-Qur’an lengkap dengan Latin, terjemahan, dan tafsirnya.
  • Penjelasan hakikat syahwat dan sabar.
  • Hadis-hadis terkait.
  • Relevansi dengan kehidupan sekarang.
  • Nasihat dari 10 tokoh sufi besar.

------

Judul: Syahwat dan Sabar: Jalan Menuju Kemuliaan (Versi Ngobrol Santai Gaul Kekinian)


Obrolan Ringan di Serambi Pesantren

Ustadz Hadi: "Bro, lo tau nggak... syahwat itu ibarat bensin. Bikin kita jalan, tapi kalau nggak dikontrol, bisa kebakar sendiri."

Rama (santri): "Serem juga ya, Tad. Jadi, sabar itu kayak remnya gitu ya?"

Ustadz Hadi: "Iya. Dan tau nggak? Ini bukan cuma kata ustadz, tapi juga sudah ada dalam Al-Qur’an. Nih, kita bahas…"


1. Ayat Al-Qur'an dan Tafsirnya

QS Yusuf (12): 24

وَلَقَدْ هَمَّتْۢ بِهِۦ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَـٰنَ رَبِّهِۦ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ

Latin: Wa laqad hammat bihi wa hamma bihaa lawlaa an ra'aa burhaana rabbih; kazaalika linasrifa 'an-hus sooo'a wal-fahshaa'; innahoo min 'ibaadinal-mukhlaseen.

Artinya: "Dan sungguh wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukannya) dengan wanita itu seandainya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih."

Ngobrol Tafsir:

Ustadz Hadi: "Gini, Ram. Yusuf tuh digoda habis-habisan. Tapi karena dia punya iman dan pengendalian diri (alias sabar), dia selamat. Allah langsung back up dia karena dia termasuk 'tim pilihan'."

Rama: "Wah, sabar tuh emang bukan hal sepele ya. Bisa jadi penentu level hidup seseorang."


2. Syahwat vs Sabar: Fakta dan Hakikatnya

Ustadz Hadi: "Syahwat itu bukan dosa, tapi bisa jadi dosa kalau kita ngikutin seenaknya. Nah, sabar itu kayak GPS hidup. Bisa nunjukin jalan yang bener."

Rama: "Berarti sabar itu power banget, Tad. Lebih dari sabun muka yang bisa bersihin dosa, ya?"

Ustadz Hadi: "Haha, bisa jadi!"


3. Hadis-Hadis yang Ngena Banget

a. Rasulullah ﷺ bersabda: "Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang nggak enak (buat hawa nafsu), dan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan (buat syahwat)." (HR. Muslim)

b. "Nggak ada hadiah terbaik yang bisa didapat manusia kecuali sabar." (HR. Bukhari dan Muslim)


4. Relevansi dengan Era Sekarang

Rama: "Tadz, zaman sekarang mah syahwat di mana-mana. Scrolling dikit aja bisa dosa."

Ustadz Hadi: "Makanya, sabar itu nggak cukup diajarin. Harus dilatih. Kayak gym rohani. Sabar itu latihan level elite."


5. Wisdom dari Para Sufi Legend

Hasan al-Bashri: "Syahwat itu kayak racun di madu. Enak sih, tapi kalau kebanyakan? Mati, bro."

Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cinta Allah bikin gue tahan godaan. Bukan karena takut neraka, tapi karena cinta yang tulus."

Abu Yazid al-Bistami: "Kalau kamu bisa nundukkan syahwatmu, kamu udah kalahin musuh terbesarmu."

Junaid al-Baghdadi: "Level tertinggi dalam cinta itu pas kita bisa sabar nahan godaan karena Allah."

Al-Hallaj: "Cinta itu artinya mati dari syahwat, dan hidup hanya untuk Sang Kekasih."

Imam al-Ghazali: "Syahwat itu tirai. Sabar adalah pisau tajam untuk ngebukanya."

Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Kalau kamu sabar, kamu akan deket banget sama Allah. Dan itu karunia besar."

Jalaluddin Rumi: "Syahwat itu kayak air laut, makin diminum makin haus. Tapi sabar itu sungai jernih menuju cinta sejati."

Ibnu 'Arabi: "Tanpa melewati syahwat, kamu nggak akan sampai ke level makrifat. Sabar itu kendaraannya."

Ahmad al-Tijani: "Kunci untuk buka tabir antara kamu dan Allah itu sabar atas syahwat."


Penutup Obrolan

Ustadz Hadi: "Yuk, jadi manusia yang tahu cara ngegas, tapi juga tahu cara ngerem. Nggak semua keinginan harus diturutin. Sabar bukan berarti lemah. Sabar itu jagoan."

Rama: "Siap, Tad! Gue mau jadi pemenang dalam jihad melawan syahwat."


Doa bareng:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الصَّابِرِينَ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَنَجِّنَا مِنْ فِتَنِ الشَّهَوَاتِ، آمِينَ.

"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang sabar, kuatkan hati kami untuk taat kepada-Mu, dan lindungi kami dari fitnah syahwat. Aamiin."


Djoko Ekasanu

Versi buku “Syahwat dan Sabar: Jalan Menuju Kemuliaan” kini sudah diubah menjadi gaya ngobrol santai gaul kekinian. Isinya tetap lengkap—ada ayat, hadis, tafsir, hakikat, relevansi zaman now, dan nasihat dari 10 tokoh sufi besar—tapi disampaikan dalam bahasa yang ringan dan mudah dicerna anak muda.

-------

Judul: Syahwat dan Sabar - Jalan Menuju Kemuliaan (Versi Muhasabah Diri Sendiri)


Muhasabah Awal:

Ya Allah, terkadang aku kalah oleh syahwatku. Terkadang aku lupa bahwa hidup ini bukan soal memuaskan keinginan, tapi tentang melatih jiwa menuju ridha-Mu. Hari ini, aku ingin berhenti sejenak, menundukkan pandanganku ke dalam hati... dan bertanya: Sudahkah aku bersabar dalam menghadapi ujian yang Engkau berikan?


1. Ayat Al-Qur’an, Tafsir, dan Renungan

QS Yusuf (12): 24

وَلَقَدْ هَمَّتْۢ بِهِۦ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَـٰنَ رَبِّهِۦ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ

Latin: Wa laqad hammat bihi wa hamma biha lawlaa an ra'aa burhaana rabbih; kazaalika linasrifa 'an-hus sooo'a wal-fahshaa'; innahoo min 'ibaadinal-mukhlaseen.

Artinya: "Dan sungguh wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukannya) dengan wanita itu seandainya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih."

Tafsir & Muhasabah: Yusuf nyaris tergelincir. Tapi cahaya dari Allah menyelamatkannya. Bukan karena dia tanpa nafsu. Tapi karena dia melihat bukti dari Tuhannya. Bukti itu: Hati yang sadar. Mata yang jernih. Jiwa yang mengenal Allah.

Hari ini, aku bertanya: Jika aku di posisi Yusuf, apakah aku juga akan tahan? Atau justru aku kalah hanya karena bisikan kecil syahwat duniawi?


2. Hadis & Sebab, serta Introspeksi

Hadis: "Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan (bagi hawa nafsu), dan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan (syahwat)." (HR. Muslim)

Sebab Munculnya Hadis: Hadis ini datang dalam rangka menjelaskan betapa beratnya jalan menuju surga karena ia penuh dengan rintangan: ujian, sabar, menahan diri, dan ibadah yang kadang melelahkan. Tapi itulah jalan yang benar. Sedangkan jalan syahwat, tampak mudah, tapi berujung celaka.

Muhasabah: Aku sadar... betapa sering aku justru memilih jalan yang enak, instan, yang memanjakan syahwat. Tapi aku lupa, jalan itu mengarah ke jurang yang dalam. Sudah berapa kali aku harus jatuh dulu agar sadar?


3. Hakikat Syahwat dan Sabar

Syahwat bukan hanya soal nafsu kepada lawan jenis. Tapi semua bentuk keinginan yang melalaikan dari Allah: cinta dunia, cinta pujian, cinta kuasa, cinta harta.

Sabar bukan pasrah. Tapi kesadaran kuat untuk memilih yang benar, meski menyakitkan.


4. Relevansi Zaman Sekarang

Di era digital, syahwat bisa masuk ke dalam kamar kita tanpa pintu. Lewat layar. Lewat suara. Lewat genggaman tangan.

Muhasabah: Apakah aku masih mampu sabar memalingkan pandangan? Mampukah aku menahan jari ini dari klik yang salah? Mampukah aku menyaring isi hati dari niat-niat yang kotor?


5. Nasehat Emas Para Kekasih Allah

Hasan al-Bashri: "Syahwat itu racun berlapis madu. Yang cerdas adalah yang mencicipinya dengan waspada."

Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cinta sejati kepada Allah membuatmu jijik kepada syahwat yang murahan."

Abu Yazid al-Bistami: "Musuh terbesarmu bukan setan. Tapi syahwat yang kau pelihara dalam dada."

Junaid al-Baghdadi: "Sabar itu adalah mahkota para pencinta. Tanpa sabar, cinta hanya permainan kata."

Al-Hallaj: "Luruhkan syahwatmu, maka kau akan dibakar oleh api cinta Ilahi."

Imam Al-Ghazali: "Syahwat adalah tirai paling gelap. Sabar adalah cahaya yang menembusnya."

Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jangan kau sangka ujian itu menghancurkan. Ia datang untuk membangunkan ruhmu."

Jalaluddin Rumi: "Semakin kau turuti syahwat, semakin kau jauh dari taman cinta. Bersabarlah, dan lihat bagaimana hatimu tumbuh."

Ibnu ‘Arabi: "Maqam tertinggi tak mungkin dicapai oleh mereka yang dikuasai syahwat. Sabar adalah tangga naik menuju Allah."

Ahmad al-Tijani: "Hijab paling tebal antara hamba dan Tuhan adalah syahwat. Dan sabar adalah pembukanya."


Penutup Muhasabah:

Ya Allah... Aku sadar bahwa diriku belum sepenuhnya mampu mengendalikan syahwat. Tapi aku tak ingin menyerah. Bimbing aku dengan cahaya sabar. Dekap aku dengan rahmat-Mu. Jangan biarkan aku kalah hanya karena dunia yang fana ini...


Doa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الصَّابِرِينَ، وَاجْعَلْ قَلْبِي نَقِيًّا مِنَ الشَّهَوَاتِ، وَثَبِّتْنِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَارْزُقْنِي حُسْنَ الْخَاتِمَةِ.

"Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang sabar, bersihkan hatiku dari syahwat, teguhkan aku dalam ketaatan kepada-Mu, dan karuniakanlah aku akhir kehidupan yang baik."


Djoko Ekasanu

Versi muhasabah diri sendiri untuk buku "Syahwat dan Sabar – Jalan Menuju Kemuliaan" sudah diperbarui. Isinya lebih reflektif dan mendalam, dilengkapi dengan:

  • Ayat dan tafsir Qur'an.
  • Sebab turunnya hadis dan penjelasannya.
  • Hakikat syahwat & sabar.
  • Relevansi dengan zaman sekarang.
  • Nasehat dari 10 tokoh sufi besar.
  • Doa introspektif di akhir.