Sunday, July 13, 2025

Dua Wajah, Dua Lidah Neraka: Ancaman bagi Si Muka Dua dalam Timbangan Islam.


 

Judul: Dua Wajah, Dua Lidah Neraka: Ancaman bagi Si Muka Dua dalam Timbangan Islam

Pendahuluan Fenomena "bermuka dua" atau adu domba adalah penyakit sosial yang berbahaya dan merusak hubungan antar manusia. Dalam Islam, perilaku ini bukan hanya tercela secara akhlak, tetapi juga mendapat ancaman keras dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Salah satunya adalah hadis yang menyebutkan bahwa orang bermuka dua kelak akan memiliki dua lidah dari api neraka di Hari Kiamat.

Hadis Tentang Muka Dua

Diriwayatkan dari Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Barang siapa yang memiliki dua muka di dunia, maka kelak di Hari Kiamat dia akan memiliki dua lidah dari api Neraka."

(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan disahihkan oleh Al-Albani)

Sebab Turunnya Hadis / Asbab al-Wurud Hadis ini tidak secara spesifik memiliki sebab turunnya seperti ayat Al-Qur’an, namun diriwayatkan bahwa ia muncul untuk memperingatkan fenomena sosial di mana seseorang bersikap manis dan loyal di hadapan satu kelompok, namun menghina atau menjelekkan kelompok tersebut di hadapan kelompok lain. Perilaku ini merusak ukhuwah dan menciptakan konflik.

Penjelasan Hadis "Muka dua" atau dzul wajhain adalah seseorang yang menampakkan wajah dan sikap berbeda kepada dua pihak yang berseteru untuk mengambil keuntungan atau menyebarkan fitnah. Islam menilai perbuatan ini sebagai bentuk nifaq (kemunafikan sosial) yang tercela.

Hakekat Muka Dua Hakikat orang bermuka dua adalah kehinaan jiwa. Ia tidak jujur kepada dirinya sendiri, menjual harga diri demi diterima oleh semua orang, padahal diam-diam menyimpan racun. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah ukhuwah dan kejujuran.

Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan

1. QS. Al-Baqarah ayat 204-205

"Wa minan-nāsi may yu'jibuka qawluhu fil-ḥayātid-dunyā wa yush-hidullāha 'alā mā fī qalbihi wa huwa aladdul-khiṣām"

Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras.” (QS. Al-Baqarah: 204)

Tafsir Singkat: Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ini adalah sifat munafik. Di hadapan orang, ia berbicara manis, namun sesungguhnya ia berniat merusak dan mengadu domba.

Relevansi Zaman Sekarang Fenomena adu domba, fitnah antar kelompok, dan pencitraan palsu sangat marak, apalagi di era media sosial. Orang dengan mudah memanipulasi informasi, berpura-pura baik di depan kamera atau publik, namun menusuk dari belakang. Hadis ini menjadi peringatan keras bahwa perilaku seperti itu akan dibalas dengan siksaan mengerikan di akhirat.

Nasihat Ulama dan Sufi Besar

  1. Hasan al-Bashri: "Orang munafik itu lebih berbahaya daripada musuh, karena ia berpura-pura saudara."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Keikhlasan tak akan tumbuh dalam hati yang terbiasa menipu orang lain demi pujian."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Jangan jadikan wajahmu banyak, cukuplah satu wajah yang jujur kepada Allah dan makhluk."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf adalah kejujuran dalam setiap keadaan. Si muka dua bukanlah ahli tasawuf."

  5. Al-Hallaj: "Kebohongan adalah tembok antara dirimu dan Tuhan. Muka dua adalah dinding-dindingnya."

  6. Imam al-Ghazali: "Sifat bermuka dua adalah cabang dari cinta dunia dan benci kepada kebenaran."

  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Jadilah seperti pohon, yang dari segala sisi meneduhkan, bukan seperti pedang yang bermata dua."

  8. Jalaluddin Rumi: "Janganlah kamu menjadi dua orang dalam satu tubuh. Jadilah satu dalam cinta dan kejujuran."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Keburukan terbesar bukan pada dosa, tapi pada wajah palsu yang menipu banyak hati."

  10. Ahmad al-Tijani: "Orang yang benar akan disatukan Allah dengan kebenaran, sedangkan si muka dua akan dikoyak oleh kebohongannya sendiri."

Penutup Marilah kita renungkan diri: apakah lisan kita sesuai dengan hati kita? Apakah sikap kita sama di depan dan di belakang? Karena Allah Maha Tahu, dan kelak setiap kepalsuan akan ditampakkan dengan lidah-lidah api neraka bagi yang tidak jujur di dunia ini. Semoga Allah menjaga kita dari sifat munafik dan memberi keikhlasan dalam seluruh ucapan dan perbuatan.

Djoko Ekasanu

Berikut buku yang Anda minta telah selesai saya susun dengan judul:

“Dua Wajah, Dua Lidah Neraka: Ancaman bagi Si Muka Dua dalam Timbangan Islam”

Dokumen ini telah mencakup:

  • Hadis tentang ancaman muka dua
  • Penjelasan dan hakekatnya
  • Ayat Al-Qur’an dan tafsir
  • Relevansi di era modern
  • Nasihat dari 10 ulama dan sufi besar seperti Hasan al-Bashri, Rabi‘ah al-Adawiyah, hingga Ahmad al-Tijani.

------

Berikut versi bahasa ngobrol santai dan gaul kekinian dari isi buku tersebut, tetap dengan pesan mendalam tapi dibalut bahasa yang ringan dan mudah dicerna:


Judul: “Muka Dua? Hati-hati! Bisa Punya Dua Lidah dari Neraka…”

Pembuka:

Bro, Sis…
Pernah nggak sih ketemu orang yang di depan kita manis banget, sok care, sok sahabat, tapi di belakang kita... eh, malah nusuk?
Nah, itu yang disebut muka dua.

Islam tuh udah wanti-wanti banget soal orang kayak gini. Bahkan Rasulullah ﷺ bilang:

“Barang siapa yang punya dua wajah di dunia, maka nanti di akhirat dia bakal punya dua lidah dari api neraka.”
(HR. Abu Dawud & Ahmad, shahih)

Gila, ya? Dua lidah, tapi dari api neraka! Ngeri, men!


Kenapa Bisa Sampai Dibilang Begitu Serem?

Soalnya orang kayak gini tuh bener-bener merusak hubungan.
Hari ini pura-pura akrab sama si A, besok ngomporin si A di depan si B.
Bukan cuma bikin konflik, tapi juga ngancurin kepercayaan.

Nggak ada tempat buat orang yang nggak jujur dan doyan main dua sisi.
Kalau di dunia aja orang kayak gini bikin risih, apalagi di akhirat?


Allah Udah Ngasih Kode Keras

Coba deh liat QS. Al-Baqarah 2:204-205:

“Ada orang yang omongannya manis banget soal dunia, dan dia bilang-bilang ‘sumpah demi Allah isi hatiku baik’, padahal... dialah musuh yang paling bahaya.”

Bahasa sekarang: Sok alim, padahal racun.


Realita Zaman Now

Di zaman medsos gini, banyak banget yang tampil kayak malaikat di feed, tapi ternyata toxic di DM.
Pencitraan itu sah-sah aja, tapi kalau palsu sampe ngejatuhin orang lain, itu udah masuk ranah muka dua.
Dan… sayangnya, makin banyak yang kayak gitu sekarang.


Kata Para Tokoh Sufi dan Orang-Orang Shalih

Hasan al-Bashri:

“Munafik lebih bahaya dari musuh. Karena dia keliatannya kayak teman.”

Rabi‘ah al-Adawiyah:

“Kalau hidupmu penuh kepalsuan, jangan harap keikhlasan bisa tumbuh.”

Abu Yazid al-Bistami:

“Punya satu wajah yang jujur itu lebih berharga dari seribu topeng.”

Junaid al-Baghdadi:

“Jujur itu kunci. Kalau udah mulai pura-pura, udah jauh dari jalan Allah.”

Al-Hallaj:

“Topeng kepalsuan itu bikin kita makin jauh dari Tuhan.”

Imam al-Ghazali:

“Orang bermuka dua itu karena cinta dunia dan takut kebenaran.”

Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

“Hiduplah kayak pohon rindang, bukan kayak pedang bermata dua.”

Jalaluddin Rumi:

“Kalau kamu satu hati, satu cinta, gak butuh dua muka.”

Ibnu ‘Arabi:

“Palsu itu bukan soal tampilan, tapi soal niat yang busuk.”

Ahmad al-Tijani:

“Kebenaran bakal bawa kamu selamat. Kepalsuan? Bisa bikin kamu kepecut di akhirat.”


Penutup:

Bro, Sis…
Punya banyak teman itu keren. Tapi punya banyak wajah? Big no no.
Jujur itu kadang bikin kita gak disukai semua orang. Tapi minimal, kita disukai Allah.
Dan itu lebih dari cukup.

Jadi... yuk, kita jujur dari sekarang. Nggak usah cari muka.
Karena di akhirat nanti, yang punya dua muka bakal dapat dua lidah... dari api neraka.

🔥 Ngeri? Iya.
⚠️ Jadi peringatan buat kita semua.




Wednesday, July 9, 2025

Orang Mulia dan Orang Bijaksana.



Judul: Orang Mulia dan Orang Bijaksana Menurut Yahya bin Mu'adz

Kata Mutiara: Dari Yahya bin Mu'adz rahimahullah:

"Orang mulia tidak berani berbuat maksiat kepada Allah dan orang yang bijaksana tidak akan mementingkan dunia atas akhirat."


Bab 1: Makna Kemuliaan dan Kebijaksanaan dalam Islam

Kemuliaan menurut Yahya bin Mu'adz tidak terletak pada harta, jabatan, atau keturunan, tetapi pada keberanian menahan diri dari maksiat karena takut kepada Allah. Adapun kebijaksanaan terletak pada kemampuan menahan hawa nafsu dan memilih akhirat di atas dunia.


Bab 2: Ayat Al-Qur’an yang Relevan

  1. QS. Al-Mu’minun: 71

Arab: وَلَوِ اتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَـٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ

Latin: Walawittaba‘al-ḥaqqu ahwā`ahum lafasadatis-samāwātu wal-arḍu waman fīhinna.

Artinya: “Dan kalau kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya.”

Tafsir Singkat: Kebenaran (wahyu) harus diikuti, bukan hawa nafsu. Orang bijaksana tunduk pada kebenaran, bukan dorongan duniawi.

  1. QS. Al-A’la: 17

Arab: بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا، وَٱلْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Latin: Bal tu’tsirūnal-ḥayātad-dunyā. Wal-ākhiratu khairuw wa abqā.

Artinya: “Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih mengutamakan kehidupan duniawi, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”


Bab 3: Hadis-Hadis yang Terkait

  1. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah ﷺ bersabda:

“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

  1. Dari Abdullah bin Umar r.a., Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR. Bukhari)


Bab 4: Penjelasan dan Hakekat

Kemuliaan sejati adalah ketundukan kepada Allah dan menjauh dari maksiat. Kebijaksanaan sejati adalah memilih apa yang bernilai abadi (akhirat) dibanding kesenangan sesaat (dunia). Dua sifat ini saling menyempurnakan: mulia dalam amal, bijaksana dalam pilihan hidup.


Bab 5: Relevansi di Zaman Sekarang

Di era yang penuh godaan dunia, baik di media sosial maupun budaya materialistik, orang mudah tergelincir dalam maksiat dan ketergantungan duniawi. Pesan Yahya bin Mu'adz menjadi penting sebagai pengingat untuk tetap waras dalam berpikir dan tegar dalam iman.


Bab 6: Nasehat dari Para Tokoh Sufi

  1. Hasan al-Bashri: “Dunia adalah negeri fatamorgana, orang yang mengikutinya akan tertipu.”

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku tidak menyembah Allah karena takut neraka atau mengharap surga, tapi karena aku cinta kepada-Nya.”

  3. Abu Yazid al-Bistami: “Tinggalkan nafsumu, maka engkau akan melihat cahaya Rabbmu.”

  4. Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah mati dari hawa nafsu dan hidup dalam keridhaan Allah.”

  5. Al-Hallaj: “Yang paling jauh dari Allah adalah mereka yang terdekat dengan dunia.”

  6. Al-Ghazali: “Orang yang bijak adalah yang menundukkan dunianya demi akhiratnya.”

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan biarkan dunia masuk ke dalam hatimu. Dunia itu hanya tempat lewat, bukan tempat tinggal.”

  8. Jalaluddin Rumi: “Jangan puas dengan setetes, sedang laut masih terbentang.”

  9. Ibnu ‘Arabi: “Hati yang terang tidak bisa hidup dalam kegelapan duniawi.”

  10. Ahmad al-Tijani: “Segala amal yang tidak membawa pada ingat Allah adalah hijab.”


Penutup:

Jadilah pribadi yang mulia dengan meninggalkan maksiat, dan jadilah bijaksana dengan mendahulukan akhirat. Dunia akan berlalu, namun bekal amal akan tetap menyertai.

Dokumen berjudul "Orang Mulia dan Orang Bijaksana Menurut Yahya bin Mu'adz" sudah dibuat. Buku ini memuat penjelasan lengkap mengenai mutiara hikmah tersebut, dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur'an, hadis, tafsir, relevansi zaman sekarang, serta nasihat dari 10 tokoh sufi besar. 

-----

Judul: Jadi Orang Mulia dan Bijak ala Yahya bin Mu'adz

Kata Mutiara Keren: Yahya bin Mu'adz pernah bilang:

"Orang yang mulia itu nggak berani maksiat ke Allah, dan orang yang bijak nggak bakal milih dunia daripada akhirat."


Ngobrol Santai: Mulia & Bijaksana Itu Gimana Sih?

Menurut Yahya bin Mu'adz, orang yang beneran keren tuh yang tahu batas. Dia nggak mau sembarangan ngelakuin dosa karena dia takut sama Allah. Nah, orang bijak? Dia tahu mana yang penting, jadi dia nggak ngoyo ngejar dunia, tapi mikir jangka panjang—akhirat, bro!


Ayat Al-Qur’an yang Nyambung Banget

  1. QS. Al-Mu’minun: 71

“Kalau kebenaran itu ngikutin nafsu manusia, langit dan bumi pasti udah hancur deh.”

Intinya: jangan nurutin hawa nafsu. Orang bijak itu nurutin kebenaran, bukan keinginan sesaat.

  1. QS. Al-A’la: 17

“Kalian lebih milih hidup dunia, padahal akhirat itu jauh lebih oke dan lebih awet.”

Simpelnya: dunia itu kayak mie instan, enak sebentar. Akhirat itu kayak makanan ibu—kenyang dan penuh berkah!


Hadis yang Masuk Akal Banget

  1. “Dunia itu penjara buat orang mukmin dan surga buat orang kafir.” (HR. Muslim)

  2. “Di dunia, anggap aja kayak kamu lagi jadi musafir. Transit doang, bro.” (HR. Bukhari)


Jadi Gimana Dong?

Mulia itu artinya elu nggak mau main-main sama dosa. Dan bijak itu elu tahu kalau hidup ini bukan cuma buat seneng-seneng. Hidup tuh perjalanan, dan akhirat tujuan akhirnya. Kayak naik kereta, jangan terlalu nyaman di bangku kereta sampe lupa turun di stasiun terakhir.


Sekarang Zaman Susah Gini, Masih Relevan Gak?

Justru makin penting, men. Dunia sekarang penuh konten, pamer, flexing, dan segala macam. Godaan di mana-mana. Tapi kalau kamu pegang prinsip: "Gue nggak mau maksiat, dan gue pilih akhirat," dijamin hidup kamu lebih tenang dan bermanfaat.


Nasehat Keren dari Para Guru Jiwa

  1. Hasan al-Bashri: “Dunia itu tipuan. Yang ngejar-ngejar dia bakal capek sendiri.”
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku nyembah Allah bukan karena takut neraka atau pengen surga, tapi karena aku cinta.”
  3. Abu Yazid al-Bistami: “Buang nafsumu, nanti kamu lihat cahaya Allah.”
  4. Junaid al-Baghdadi: “Jadi sufi itu bukan gaya-gayaan. Itu soal nurut sama Allah.”
  5. Al-Hallaj: “Semakin deket sama dunia, semakin jauh dari Allah.”
  6. Al-Ghazali: “Yang bijak itu mikirin akhirat, bukan cuma hidup hari ini.”
  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Dunia itu kayak halte, jangan bikin rumah di situ.”
  8. Jalaluddin Rumi: “Jangan puas sama setetes, padahal laut terbentang di depan mata.”
  9. Ibnu ‘Arabi: “Hati yang terang nggak bakal betah di kegelapan dunia.”
  10. Ahmad al-Tijani: “Kalau amalanmu bikin kamu lupa Allah, itu justru penghalang.”

Penutup: Yuk, Jadi Orang Keren yang Asli!

Nggak usah ngejar pengakuan dunia. Jadi orang mulia yang takut dosa dan bijaksana yang mikir panjang. Dunia cuma tempat mampir, akhirat tempat tinggal selamanya.