Tuesday, July 1, 2025

Adab dan Hikmah Wudhu.

 


Judul Buku: Wasiat Rasul tentang Wudhu dan Shalat : Adab dan Hikmah Wudhu.


Pengantar 

Wudhu dan salat adalah dua ibadah agung yang memiliki tempat istimewa dalam syariat Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan wasiat kepada Sayyidina Ali tentang keutamaan menyempurnakan wudhu dan membaca surah Al-Qadr setelahnya. Dalam buku ini, kita akan membahas secara mendalam makna, hikmah, dan relevansi dari wasiat ini, disertai dengan ayat Al-Qur'an, hadis, serta nasihat dari para tokoh sufi besar.


1. Hadis dan Wasiat Rasulullah kepada Sayyidina Ali

"Hai Ali, berusahalah semaksimal mungkin dalam menyempurnakan wudhu. Sesungguhnya wudhu itu separo dari iman. Apabila kamu berwudhu, maka janganlah kamu berlebihan memakai air. Dan apabila kamu selesai membasuh dua kaki, bacalah surah Al-Qadr sebanyak sepuluh kali, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan kesusahanmu."


2. Sebab Turunnya Hadis (Asbab al-Wurud)

Hadis ini diriwayatkan dalam konteks pendidikan ruhani Rasulullah kepada Sayyidina Ali. Wasiat ini menunjukkan perhatian Nabi dalam membimbing umat secara rinci, termasuk dalam perkara wudhu yang tampak sederhana namun sangat berdampak dalam kehidupan spiritual seorang Muslim.


3. Penjelasan dan Hakekatnya

  • Wudhu menyucikan diri lahir dan batin.
  • Menyempurnakan wudhu bukan sekadar membasuh, tetapi juga menghadirkan hati.
  • Larangan berlebihan adalah bagian dari moderasi (wasathiyyah).
  • Membaca Al-Qadr menanamkan kesadaran akan malam kemuliaan dan turun rahmat.

4. Ayat Al-Qur'an Terkait

Surah Al-Qadr (97:1-5)

اِنَّاۤ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِۗ
وَمَاۤ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
تَنَزَّلُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِّنْ كُلِّ اَمْرٍۗ
سَلٰمٌ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Latin: Inna anzalnahu fi laylatil-qadr.
Wa maa adraaka maa laylatul-qadr.
Laylatul-qadri khayrum min alfi shahr.
Tanazzalul-malaa'ikatu war-ruuhu fiihaa bi idzni rabbihim min kulli amr.
Salaamun hiya hattaa mathla'il-fajr.

Artinya:

  1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.
  2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
  3. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
  4. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
  5. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.

5. Tafsir Ringkas 

Membaca surah Al-Qadr setelah wudhu mengingatkan kita akan kemuliaan dan nilai amal dalam pandangan Allah. Seperti malam lailatul qadr yang menyimpan keberkahan luar biasa, begitu pula wudhu yang sempurna dapat mengangkat derajat.


6. Relevansi dengan Keadaan Sekarang

  • Menjaga kesucian di era penuh polusi fisik dan spiritual.
  • Melatih disiplin dalam ibadah harian.
  • Menanamkan kesadaran ekologis: jangan boros air.
  • Menanamkan rutinitas zikir dan tilawah.

7. Nasihat Para Tokoh Sufi

Hasan al-Bashri: "Wudhu adalah cahaya, dan siapa yang menjaga wudhunya maka ia menjaga cahayanya."

Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku tidak wudhu melainkan seakan aku berdiri di hadapan Kekasihku."

Abu Yazid al-Bistami: "Wudhu bukan hanya membersihkan anggota, tetapi menyucikan hati dari selain Allah."

Junaid al-Baghdadi: "Salat tanpa wudhu yang sempurna adalah jasad tanpa ruh."

Al-Hallaj: "Dalam setiap tetes air wudhu, terdapat rahasia cinta yang dibasuhkan kepada jasad."

Abu Hamid al-Ghazali: "Wudhu lahir adalah menghilangkan kotoran, wudhu batin adalah memutus kebergantungan pada dunia."

Abdul Qadir al-Jailani: "Sempurnakan wudhumu, niscaya Allah akan menyempurnakan urusanmu."

Jalaluddin Rumi: "Air wudhu bukan sekadar air. Ia adalah sungai cinta yang mengalir ke arah hadirat-Nya."

Ibnu ‘Arabi: "Setiap gerakan dalam wudhu adalah simbol penyucian dimensi ruhani."

Ahmad al-Tijani: "Wudhu yang sempurna adalah awal dari segala tajalli (penyingkapan Ilahi)."


Penutup 

Wasiat Nabi kepada Sayyidina Ali tentang wudhu dan membaca surah Al-Qadr adalah ajakan untuk hidup dalam kesadaran suci. Ia bukan sekadar ritual, tapi langkah awal menuju kedekatan kepada Allah. Semoga buku ini menjadi wasilah untuk kita semua dalam memperbaiki ibadah lahir dan batin.


Catatan Akhir Buku ini dapat dijadikan bahan kajian rutin, pengajian remaja, atau bahan ajar kelas fiqih dasar dan tasawuf praktis.

Berikut draf buku berjudul “Wasiat Rasul tentang Wudhu dan Salat” yang mencakup hadis, ayat Al-Qur'an, tafsir, relevansi kekinian, dan nasihat dari 10 tokoh sufi besar. 

------

Berikut ini versi santai :


Judul: WUDHU & SALAT, PESAN NABI BUAT KITA

Wudhu Bukan Sekadar Cuci Muka, Bro!


Pengantar:

Eh bro, sis... pernah gak ngerasa salat kita gitu-gitu aja? Kayak kosong, nggak "nendang"? Bisa jadi, masalahnya ada di cara kita wudhu. Nah, dulu Nabi Muhammad SAW pernah kasih pesan spesial ke Sayyidina Ali. Bukan cuma soal teknik, tapi juga makna yang dalem banget.


1. Pesan Nabi ke Ali: “Wudhu Itu Setengah dari Iman”

Nabi bilang ke Ali:

“Wudhu tuh penting banget, setengah dari iman, loh. Kalau kamu wudhu, jangan boros air, cukup yang perlu aja. Dan pas selesai basuh kaki, coba deh baca surat Al-Qadr sepuluh kali. InsyaAllah, beban hidupmu bakal diangkat Allah.”


2. Ngapain Sih Wudhu Dianggap Penting Banget?

Wudhu itu bukan cuma bersihin keringet atau debu, tapi juga bersihin jiwa. Wudhu itu kayak ‘starter’ buat nyalain mesin spiritual kita. Kalau starter-nya udah bagus, insyaAllah salatnya pun lebih ‘berasa’.


3. Jangan Boros Air, Bro...

Jaman sekarang air makin langka, masa iya kita yang katanya cinta lingkungan malah mubazir? Nabi dari 1400 tahun lalu udah wanti-wanti: jangan berlebihan. Apalagi cuma buat gaya-gayaan pake air keran terus disikat ampe basah kuyup.


4. Kenapa Harus Surat Al-Qadr?

“Innaa anzalnaahu fii lailatil qadr…”
Itu ayat ngomongin malam yang super spesial. Kalau kita bisa ‘nempel’ ke semangat Al-Qadr, hidup kita bakal lebih tenang. Ada cahaya di hati. Gak gampang galau, gak gampang nyerah.


5. Tips Santuy Tapi Dalem dari Para Tokoh Sufi

Hasan al-Bashri:
“Wudhu itu bikin hati adem, kayak nyiram tanaman biar gak layu.”

Rabi‘ah al-Adawiyah:
“Aku wudhu bukan cuma bersihin badan, tapi karena aku mau ketemu Kekasihku.”

Abu Yazid al-Bistami:
“Kalau wudhu gak pake hati, sama aja mandi doang.”

Junaid al-Baghdadi:
“Salat yang keren dimulai dari wudhu yang tulus.”

Al-Hallaj:
“Air wudhu itu kayak cinta – nyentuh yang dalam.”

Imam al-Ghazali:
“Wudhu luar bersihin kulit, wudhu dalam bersihin niat.”

Abdul Qadir al-Jailani:
“Sempurnain wudhumu, nanti Allah yang nyempurnain urusanmu.”

Jalaluddin Rumi:
“Wudhu itu kayak nyebur ke sungai cinta.”

Ibnu ‘Arabi:
“Setiap basuhan punya makna. Bukan sekadar siram air.”

Ahmad al-Tijani:
“Wudhu adalah pintu menuju pengalaman spiritual. Kayak pembuka pintu hati.”


6. Di Era Sekarang, Masih Relevan Gak Sih?

Jelas banget, sob!

  • Wudhu ngajarin disiplin. Biar gak cuma semangat di awal doang.\n- Ngurangin stres. Setiap basuhan kayak nge-reset pikiran.\n- Peduli lingkungan. Gak boros air, itu keren.\n- Zikir jadi kebiasaan. Surat Al-Qadr bikin hati auto adem.

Penutup:

Nah, sobat generasi 80-an... yuk mulai perbaiki wudhu kita. Jangan asal cuci muka, tapi hayati. Jangan buru-buru, tapi resapi. Karena wudhu yang tulus bisa bikin salat jadi moment paling intim sama Allah.



Monday, June 30, 2025

Keluarnya Ruh dari Badan.



Judul Buku: KELUARNYA RUH DARI BADAN


1. Hadis Tentang Keluarnya Ruh : 

Diriwayatkan dalam hadits :

"Ketika seorang hamba dalam keadaan sakaratul maut, maka masuklah empat malaikat kepadanya..."

Di dalam hadits tsb. diceritakan: Ketika seorang hamba dalam (keadaan) naza’, maka lisannya ditahan (tertutup) dan masuklah empat malaikat kepadanya, Malaikat itu mengucapkan: “Semoga keselamatan tetap tercurahan kepadamu, aku ini adalah malaikat yang diserahi (mengurus) rizkimu, aku telah mencarinya di bumi timur dan barat, maka aku tidak menemukan rizkimu satu suapanpun.” Menjelang saat kematian, kemudian masuklah malaikat yang kedua, malaikat itu mengucapkan: “Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepadamu, aku ini adalah malaikat yang diserahi (mengurus) minumanmu dari air dan lainnya, aku telah mencarinya di bumi timur dan barat, maka aku tidak menemukanmu buatmu minuman dari air.” Telah dekat saat kematian, kemudian masuklah malaikat yang ketiga, Malaikat itu mengucapkan: “Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepadamu, aku ini adalah malaikat yang diserahi (mengurus) nafasmu, aku telah mencari di bumi timur dan barat, maka aku tidak menemukan satu nafas dari nafasmu.” Kemudian masuklah malaikat yang keempat, malaikat itu mengucapkan: “Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepadamu, aku ini adalah malaikat yang diserahi (mengurus) ajalmu, aku telah mencari di bumi timur dan barat, maka aku tidak menemukan buatmu (masa) satu jam.” Kemudian “masuklah malaikat Kiraman Katibin (malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia) dari sisi kanan dan dari sisi kiri, maka berkatalah malaikat yang ada di sisi kanan: Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepadamu, aku ini adalah malaikat yang diserahi (menulisi) dengan kebaikan-kebaikanmu, lalu malaika itu mengeluarkan buku yang putih, kemudian memperlihatkan buku catatannya kepada hamba ini, seraya berkata: “Lihatlah amal perbuatanmu!” Ketika hamba ini melihat catatan amalnya, ia nampak gembira dan senang hatinya. Dan berkatalah malaikat yang ada di sisi kirinya: “Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepadamu, aku adalah malaikat yang diserahi (menulisi) atas keburukan-keburukanmu, lalu malaikat itu mengeluarkan buku yang hitam, kemudian memperlihatkan buku catatannya kepada hamba ini, seraya berkata: “Lihatlah catatan amalmu itu.” Maka mengalirlah keringatnya, kemudian hamba ini melihat ke kanan dan kiri, karena rasa takut membaca buku (catatan amalnya), maka malaikat itu memegang buku tersebut lalu dilemparkannya di atas bantal kemudian malaikat tadi berpaling (terus pergi). Maka masuklah malaikat maut, dari arah kanannya hamba ini ada malaikat rahmat, dan dari arah kiri hamba ini ada malaikat adzab.”
Dan diantara manusia itu ada yang ditarik ruhnya dengan penarik, diantara manusia ada juga yang dicabut ruhnya dengan pencabut, dan diantara manusia ada yang diluluskan ruhnya dengan penghulus yang kuat.
Ketika ruh itu sampai di tenggorokkan, baru malaikat maut mengambilnya, kalau orang itu dari golongan ahli yang beruntung (bahagia), maka memanggillah malaikat rahmat. Dan kalau orang itu (termasuk) dari golongan ahli celaka, maka memanggilah malaikat adzab. Lalu malaikat itu mengambil nyawa (ruh) dan membawanya naik ke hadirat Tuhan semesta alam. Jika orang itu (termasuk) golongan dari ahli yang beruntung (bahagia), maka Allah berfirman: “Kembalikan ruh itu ke badannya, sehingga ruh itu melihat apa yang terjadi pada jasadnya.” kemudian Malaikat itu turun bersama-sama ruh (nyawa), kemudian para malaikat meletakkan ruh itu di tengah rumah. Akhirnya ruh itu melihat pada orang yang susah atas kematiannya dan orang yang tidak merasa susah atas kematiannya, akan tetapi ruh itu tidak mampu berbicara.
 
Ketika jenazah itu ke dibawa menuju kuburnya, maka Allah memerintahkan agar ruh itu kembali kepada jasadnya sebagaimana halnya waktu di dunia.
Ada beberapa pendapat tentang riwayat ini: Sebagian ulama berkata: “Ruh itu dikembalikan di dalam jasadnya, sebagaimana yang ada (waktu di dunianya), kemudian ia duduk dan ditanya.”
Sebagian ulama berkata: “Adanya pertanyaan itu kepada ruh, tidak kepada jasadnya.”
Sebagian ulama yang lain berkata: “Ruh itu masuk ke dalam jasadnya sampai ke dadanya.”
Ulama yang lain berkata: “Adanya ruh itu berada antara jasad dan kain kafannya.”
Dalam setiap pendapat itu, ada keterangan dari beberapa Atasar (pendapat/perkataan shahabat) dan hadits shahih, menurut ahli ilmu agar seorang hamba mengakui adanya siksa kubur, dan tidak tersibukkan oleh bagaimana keadaan mayit itu.

2. Penjelasan dan Hakekatnya

Kondisi sakaratul maut adalah waktu paling genting bagi manusia, dimana ruh perlahan-lahan dipisahkan dari jasad. Malaikat pencatat amal, malaikat rahmat dan malaikat azab turut menyaksikan proses tersebut. Ini menjadi penegas bahwa hidup di dunia bukan akhir dari perjalanan.

Ruh manusia tidak langsung hilang, tapi berada dalam fase transisi dan menyaksikan peristiwa-peristiwa sekitar, namun tak mampu bicara.

3. Ayat Al-Qur’an Terkait

Surah Al-Anfal: 50

ولو ترى إذ يتوفى الذين كفروا الملائكة يضربون وجوههم وأدبارهم وذوقوا عذاب الحريق

"Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka dan berkata: 'Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar'." (QS. Al-Anfal: 50)

Tafsir Singkat: Ayat ini menjelaskan kerasnya pencabutan ruh bagi orang kafir dan durhaka. Bandingkan dengan lembutnya pencabutan ruh bagi orang mukmin dalam hadis-hadis lain.

4. Relevansi Zaman Sekarang

Banyak orang hari ini lalai terhadap kematian. Mereka mengejar dunia seolah tidak akan mati. Padahal, kematian tidak bisa dihindari dan proses sakaratul maut sangat menggetarkan jiwa. Buku ini menjadi pengingat bahwa hidup bukan hanya tentang dunia, tetapi juga tentang persiapan menuju akhirat.

5. Nasehat Para Ulama dan Sufi Agung

Hasan al-Bashri: "Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari berlalu, maka berkuranglah dirimu."

Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka atau mengharap surga. Aku menyembah-Mu karena cinta-Mu yang murni."

Abu Yazid al-Bistami: "Kematian bagi pecinta Allah adalah jembatan menuju Kekasihnya."

Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf adalah ketika ruh meninggalkan dunia sebelum jasadnya meninggal."

Al-Hallaj: "Ketika ruh meninggalkan dunia, ia bebas bertemu Sang Kekasih yang sejati."

Imam al-Ghazali: "Orang yang mati dalam keadaan membawa iman dan amal, seperti pengantin yang dijemput untuk pesta."

Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Kematian bukan akhir, tetapi awal dari pengenalan yang sejati kepada Allah."

Jalaluddin Rumi: "Jangan tangisi kematianku, karena aku hanya berpindah dari dunia sempit menuju taman keabadian."

Ibnu 'Arabi: "Ketika ruh kembali, ia tak lagi mengenal bentuk-bentuk dunia, hanya kehadiran Sang Haq."

Ahmad al-Tijani: "Jangan takut kematian jika hatimu senantiasa dengan Allah, karena maut hanya panggilan pulang."

6. Penutup

Buku ini mengajak pembaca untuk menyiapkan diri menghadapi kematian. Bukan untuk ditakuti, melainkan sebagai momentum menyempurnakan iman dan amal. Setiap ruh pasti akan keluar, pertanyaannya: dalam keadaan bagaimana?

"Ya Allah, matikanlah kami dalam husnul khatimah dan bangkitkan kami dalam keadaan Engkau ridha."


Lampiran Tambahan (rencana isi lanjutan jika dibutuhkan):

  • Dialog ruh dengan malaikat
  • Pengaruh amal semasa hidup terhadap sakaratul maut
  • Kisah-kisah nyata tentang ruh keluar dari tubuh
  • Ilustrasi tahapan kematian berdasarkan hadits dan atsar

Catatan: Dapat ditambahkan kutipan dari Kitab "Ihya Ulumuddin", "Al-Ruh" karya Ibnu Qayyim, dan "Qashashul Anbiya" terkait kematian para nabi.

Berikut sudah saya susun buku tentang “Keluarnya Ruh dari Badan” berdasarkan hadis, ayat Al-Qur’an, tafsir, serta nasehat dari para sufi besar seperti yang Anda minta. 

-------

Berikut versi bahasa ngobrol santai kekinian untuk generasi tahun 1980-an dari isi buku “Keluarnya Ruh dari Badan”, tanpa mengurangi kedalaman maknanya:


Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Halo, buat njenengan semua para pecinta ilmu dan penikmat kajian malam, ini ada oleh-oleh isya’an dari bedah tipis-tipis kitab Daqoiqul Akhbar bareng santri-santri di pesantren Darul Falah. Biar gak tegang, kita bahas dengan gaya santai, tapi tetap ngena di hati.


📖 Judul Buku: Keluarnya Ruh dari Badan

1. Cerita Hadis tentang Ruh Pas Mau Meninggal

Ceritanya gini… pas seseorang udah waktunya “dipanggil pulang”, atau istilah kerennya sakaratul maut, mulutnya udah gak bisa ngomong. Lalu datang empat malaikat silih berganti.

  • Malaikat pertama bilang: “Assalamu’alaikum… aku yang dulu ngatur rezekimu. Udah muter bumi, gak nemu lagi jatahmu walau sesuap nasi.”
  • Malaikat kedua datang: “Aku yang ngatur minummu, air dan lain-lain. Sama, jatahnya udah habis.”
  • Malaikat ketiga: “Aku ngurus napasmu. Udah keliling bumi, gak ada lagi satu helaan pun buat kamu.”
  • Malaikat keempat: “Aku malaikat pencatat ajal. Waktu kamu hidup tinggal beberapa detik. Udah waktunya…”

Lalu datang malaikat Kiraman Katibin:

  • Yang kanan bawa buku putih, isinya amal baik, lalu diperlihatkan. Wah, si hamba seneng banget.
  • Yang kiri bawa buku hitam, isinya dosa. Langsung keringetan, deg-degan, gak berani baca. Malaikatnya cuma taruh bukunya di bantal, terus pergi.

Baru kemudian datang malaikat maut, ditemani malaikat rahmat di kanan, dan malaikat azab di kiri. Nah, cara ruh keluar beda-beda:

  • Ada yang ditarik kayak ditarik tambang.
  • Ada yang dicabut kayak ditarik paksa.
  • Ada yang dilepas halus, kayak benang ditarik dari kain sutera.

Kalau dia orang baik, ruhnya disambut dan dibawa naik ke hadapan Allah. Tapi kalau hidupnya penuh dosa, yang nyambut justru malaikat adzab. Bahkan ruh itu bisa balik ke badan sebentar, lihat jasadnya sendiri, tapi gak bisa ngomong, cuma bisa nyaksiin orang-orang yang sedih dan gak sedih atas kepergiannya.

Dan waktu mayit dibawa ke kubur, ruhnya dikembalikan lagi ke tubuh.
Ada yang bilang ruhnya duduk dan ditanya.
Ada juga yang bilang pertanyaannya ke ruh, bukan jasad.
Atau ruhnya hanya sampai dada, atau bahkan cuma ada di antara jasad dan kain kafannya.

Yang jelas, semua sepakat, ada proses pertanyaan dan fase alam kubur yang nyata.


2. Ngerti Gak Sih Maknanya?

Momen sakaratul maut itu kayak garis finish dalam lomba maraton hidup.
Bukan akhir, tapi titik transisi. Kita semua bakal sampai ke situ.
Dan yang bakal nemenin cuma amal kita.
Malaikat gak pernah salah catat, semua udah ada file-nya, gak bisa dihapus.


3. Dalilnya dari Al-Qur’an

QS Al-Anfal: 50

“Kalau kamu bisa lihat pas malaikat nyabut nyawa orang-orang kafir, sambil mukulin muka dan punggung mereka, sambil bilang: ‘Rasain siksa neraka yang panas membakar itu!’”

➡️ Ayat ini kasih gambaran ngeri banget soal orang yang hidupnya jauh dari Allah. Beda jauh sama yang meninggal dengan iman.


4. Kenapa Penting Buat Sekarang?

Gini lho...
Sekarang banyak orang sibuk banget ngejar cuan, gaya hidup, lupa kalau ajal gak nunggu sukses. Bahkan kadang orang mati pas lagi update story. 😬

Buku ini bukan buat nakut-nakutin, tapi buat ngingetin:
“Bro, Sis… ayo siapin bekal sebelum dipanggil pulang.”


5. Wejangan dari Para Ulama & Sufi Legendaris

Hasan al-Bashri:

“Hidup itu cuma kumpulan hari. Setiap hari berlalu, berarti kamu makin dekat ke liang kubur.”

Rabi‘ah al-Adawiyah:

“Aku cinta Allah, bukan karena surga atau takut neraka. Tapi karena Allah itu sendiri.”

Abu Yazid al-Bistami:

“Buat pecinta Allah, kematian itu momen paling ditunggu—ketemu Sang Kekasih.”

Junaid al-Baghdadi:

“Sufi sejati itu yang ruhnya udah ninggalin dunia, bahkan sebelum jasadnya mati.”

Al-Hallaj:

“Waktu ruh lepas dari dunia, dia bisa terbang bebas menuju Allah.”

Imam Ghazali:

“Kalau kamu mati bawa iman, kamu kayak pengantin yang dijemput arak-arakan.”

Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

“Kematian itu gerbang pengenalan sejati kepada Allah.”

Jalaluddin Rumi:

“Jangan sedih kalau aku mati, karena aku cuma pindah ke taman yang abadi.”

Ibnu ‘Arabi:

“Ruh itu bakal ninggalin bentuk dunia, dan kembali ke cahaya Allah.”

Ahmad at-Tijani:

“Jangan takut mati kalau hatimu bareng Allah. Itu cuma panggilan pulang.”


6. Penutup Santuy Tapi Ngena

Intinya begini:
Kita semua bakal mati. Tapi gaya mati kita bisa kita pilih dari sekarang.
Mau dengan tenang kayak tidur atau dengan susah payah kayak dicekik?
Jawabannya tergantung apa yang kita bawa hari ini. Amal baik atau amal ambyar?

“Ya Allah… matikan kami dalam keadaan husnul khatimah, dan bangkitkan kami dalam ridha-Mu…”


Semoga bermanfaat ya sobat…
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.