Sunday, March 23, 2025

Zakat

 Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Ibnu Atha'illah as-Sakandari adalah dua ulama besar yang memiliki banyak nasihat tentang zakat, baik dalam aspek hukum maupun hakikat spiritualnya.

1. Syekh Abdul Qodir Jaelani tentang Zakat

Dalam kitab Al-Fath ar-Rabbani, Syekh Abdul Qodir Jaelani menekankan bahwa zakat bukan hanya kewajiban lahiriah, tetapi juga bentuk penyucian jiwa dan harta. Beberapa nasihat beliau terkait zakat:

  • Zakat adalah pembersih harta dan jiwa: Beliau menjelaskan bahwa harta yang tidak dikeluarkan zakatnya bisa menjadi sebab kehancuran dan kesusahan di dunia dan akhirat.
  • Keikhlasan dalam berzakat: Jangan berzakat hanya karena kewajiban semata, tetapi niatkan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama.
  • Jangan menunggu kaya untuk bersedekah dan berzakat: Menurutnya, banyak orang menunda zakat dan sedekah dengan alasan belum cukup harta, padahal harta yang ada harus disucikan dengan zakat.
  • Zakat bukan hanya harta, tapi juga tenaga dan ilmu: Beliau mengajarkan bahwa zakat bisa berupa bantuan dalam bentuk ilmu dan tenaga bagi mereka yang membutuhkan.

2. Ibnu Atha'illah as-Sakandari tentang Zakat

Dalam kitab Al-Hikam, Ibnu Atha'illah as-Sakandari memberikan pandangan mendalam tentang makna zakat:

  • "Jangan menganggap bahwa yang memberi zakat itu lebih tinggi daripada yang menerima."
    → Beliau menekankan bahwa zakat bukan hanya kewajiban, tetapi juga ujian bagi yang mampu, karena harta sejatinya adalah titipan Allah.
  • "Apa yang kau keluarkan karena Allah tidak akan berkurang, tetapi justru bertambah."
    → Ini selaras dengan janji Allah bahwa zakat dan sedekah tidak akan mengurangi harta, tetapi justru akan memberkahi hidup seseorang.
  • "Ketika engkau memberi, ingatlah bahwa yang sejatinya memberi adalah Allah."
    → Ibnu Atha'illah mengajarkan agar seseorang tidak sombong ketika berzakat atau bersedekah, karena sejatinya itu adalah pemberian Allah melalui dirinya.

Dari kedua ulama ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa zakat bukan hanya kewajiban syariat, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan hati dari cinta dunia, dan membangun kepedulian sosial.

Guru

 Benar, manusia sejak lahir sering kali terpesona oleh dunia dan lupa akan hakikat penciptaannya. Dunia dengan segala keindahannya bisa menjadi penghalang dari mengenal Allah, kecuali bagi mereka yang diberikan hidayah untuk kembali kepada-Nya.


Pentingnya Mursyid dalam Perjalanan Ruhani


Dalam perjalanan menuju Allah, seorang murid membutuhkan bimbingan dari seorang mursyid (guru spiritual) yang telah lebih dahulu mencapai ma'rifatullah. Hal ini sesuai dengan ajaran tasawuf yang menekankan pentingnya talqin (pengajaran) dari guru yang bersambung sanadnya kepada Rasulullah ﷺ.


Sebagaimana disebutkan oleh para ulama:


Imam Al-Ghazali berkata:

"Barang siapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah setan."

Ini menunjukkan bahwa tanpa bimbingan seorang yang arif, seseorang bisa tersesat dalam perjalanan spiritualnya.


Syekh Abdul Qodir Jaelani berkata:

"Jadilah seperti mayit di tangan orang yang memandikan. Tundukkan dirimu di hadapan guru yang benar agar ia membimbingmu menuju Allah."


Ibnu Atha’illah As-Sakandari dalam Al-Hikam berkata:

"Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan seseorang yang keadaannya akan membangkitkanmu kepada Allah dan ucapannya akan menunjukkanmu kepada Allah."



Tanda-Tanda Seorang Mursyid Sejati


Dalam mencari mursyid, kita harus berhati-hati agar tidak tertipu oleh orang yang hanya mengaku sebagai guru tetapi tidak memiliki bimbingan yang hakiki. Berikut ciri-ciri mursyid yang sejati:


1. Sanad keilmuan yang jelas – Ia memiliki hubungan keilmuan yang bersambung kepada Rasulullah ﷺ melalui para ulama dan wali Allah.



2. Memiliki ilmu yang luas – Tidak hanya dalam ilmu syariat tetapi juga dalam ilmu hakikat dan makrifat.



3. Akhlaqnya mencerminkan sunnah Rasulullah ﷺ – Ia zuhud, tidak mengejar dunia, dan selalu mengajak kepada taat kepada Allah.



4. Mampu membimbing muridnya menuju Allah – Bukan sekadar memberikan nasihat, tetapi juga memberikan latihan ruhani yang membawa perubahan dalam diri murid.



5. Tidak mencari kepentingan duniawi dari muridnya – Ia tidak meminta kekayaan, penghormatan, atau ketundukan buta dari muridnya, tetapi hanya menginginkan mereka semakin dekat kepada Allah.




Menemukan Mursyid dan Memulai Perjalanan Ruhani


Jika kita ingin kembali mengenal Allah, kita harus mencari majelis ilmu yang benar, bergaul dengan orang-orang saleh, dan berdoa agar Allah mempertemukan kita dengan guru yang sejati. Karena sejatinya, mursyid bukan hanya seorang guru, tetapi juga seorang pembimbing yang mengantarkan ruhani kita kembali kepada Allah dengan selamat.


Sebagaimana doa para pencari jalan Allah:

اللهم دلني عليك، اللهم عرفني بك

"Ya Allah, tunjukkan aku kepada-Mu, Ya Allah, perkenalkan aku kepada-Mu."