Jika Tubuh Bunda Tolak Sperma Suami
Beberapa orang wanita, sel sperma suami dianggap sebagai benda asing. Tubuh wanita tersebut segera bereaksi membentuk antibodi antisperma (ASA) dalam jumlah tinggi yang sifatnya mencegah sel sperma suami membuahi sel telur di dalam saluran telur. Penolakan tubuh calon ibu terhadap sel sperma suami kini dapat “diobati”.
Salah satu faktor penentu terjadinya kehamilan adalah sel sperma yang normal dan sehat. Yakni, dalam setiap ejakulasi terkandung 2-6 mililiter air mani (semen), dan setiap 1 mililiter mengandung lebih dari 20 juta sel sperma.
Namun, pada beberapa orang wanita, sel sperma suami dianggap sebagai benda asing. Tubuh wanita tersebut segera bereaksi membentuk antibodi antisperma (ASA) dalam jumlah tinggi yang sifatnya mencegah sel sperma suami membuahi sel telur di dalam saluran telur. Akibatnya, meski terdapat sejumlah sel telur yang matang dan siap dibuahi, proses pembuahan dan kehamilan tidak pernah terjadi.
Kini, dengan metoda yang disebut Paternal Leukocyte Immunization (PLI) dan teknologi yang memungkinkan pengukuran kadar ASA yaitu Husband’s Sperm Auto-aglutination Test (HSAaT), produksi ASA yang terlalu tinggi dapat “diobati” sehingga kadarnya dipertahankan dalam kisaran normal.
Sebenarnya, ada beberapa metoda pemeriksaan antibodi antisperma (ASA) yang pernah dilakukan di seluruh dunia, antara lain Kibrick (1952), Franklin dan Dukes (1964), dan Friberg (1974). Namun, ketiga metoda tersebut sudah tidak digunakan lagi karena dianggap kurang akurat.
Pada tahun 2002, dr. Indra G. Mansur, DHES, SpAnd., androlog dan imunolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, mengembangkan metoda baru yang dikenal dengan nama Husband’s Sperm Auto-aglutination Test (HSAaT). Prinsip metoda ini adalah melihat reaksi penggumpalan (autoaglutinasi) antara serum darah istri terhadap sperma suaminya sendiri. Reaksi penggumpalan yang terjadi menunjukkan ada antibodi yang diproduksi tubuh istri sebagai reaksi penolakan terhadap sel sperma suaminya.
Kini, masalah kadar ASA yang tinggi tersebut dapat ditangani dengan terapi sel darah putih suami yang sudah “diproses”, lalu disuntikkan ke dalam tubuh istri. Inilah yang disebut metoda PLI. Metoda ini termasuk imunoterapi seluler, dan bertujuan antara lain untuk:
* Menurunkan kadar antibodi antisperma istri terhadap suami sehingga memungkinkan terjadinya proses pembuahan dan kehamilan.
* Menekan aktivitas sel-sel yang bersifat sebagai “pembunuh alami” (natural killer cells) di dalam tubuh istri sehingga sel-sel sperma suami tidak dibunuh.
* Menekan timbulnya reaksi autoimun pada tubuh calon ibu di awal proses kehamilan yang dapat menyebabkan keguguran berulang karena embrio dianggap sebagai benda asing yang ditolak tubuh calon ibu ibu.
Proses Terapi PLI
Sunday, October 3, 2010
Saturday, October 2, 2010
Menikah Beda Rhesus, Berbahaya Bagi Janin
Menikah Beda Rhesus, Berbahaya Bagi Janin
Beda rhesus darah antara ibu dengan janin bisa berakibat fatal bagi janin. Sehingga penting untuk mengenal rhesus darah.
Ada tidaknya antigen (karbohidrat dan protein) dalam sel darah kita. Itulah yang membedakan rhesus positif dan rhesus negatif. Disebut positif jika ada antigen dalam darah kita, dan bila tak ada disebut rhesus negatif. Kabar baiknya, orang Indonesia yang termasuk ras Asia, kebanyakan dengan rhesus positif. Di seluruh dunia ini, hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif, sehingga bila memerlukan donor darah agak sulit. Rhesus negatif umumnya dijumpai pada orang-orang yang mempunyai garis keturunan Kaukasian (berkulit putih).
Menikah beda rhesus. Masalah akan timbul bila Anda memiliki rhesus negatif kemudian menikah dengan pria yang memiliki rhesus positif. Ketidak samaan ini bisa jadi cikal bakal ketidakcocokan rhesus yang sangat berbahaya bagi bayi. Kehadiran janin di tubuh ibu merupakan benda asing, apalagi jika rhesuf janin tidak sama dengan rhesus ibu. Secara alamiah tubuh bereaksi dengan merangsang sel darah merah berupa zat antibodi/antirhesus untuk melindungi tubuh ibu sekaligus melawan ‘benda sing’ tersebut (janin). Inilah yang menimbulkan anti rhesus (penghancuran sel arah merah) atau hemolitik. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin dlam rahim, atau jika lahir menderita hati yang bengkak, anemia, kuning (jaundice), dan gagal jantung.
Bahaya di Kehamilan Kedua. Perbedaan rhesus antara ibu dan janin tak terlalu berbahaya pada kehamilan pertama. Sebab, kemungkinan terbentuknya zat antirhesus atau antibodi pada kehamilan pertama. Sebab, kemungkinan terbentuknya zat antirhesus atau antibodi pada kelahiran pertama sangat kecil. Kalaupun sampai terbentuk, jumlahnya tidak banyak, sehingga bayi pertama dapat lahir sehat. Pembentukan zat antirhesus baru benar-benar dimulai pada saat proses persalinan (atau keguguran) kehamilan pertama. Saat plasenta lepas, pembuluh-pembuluh darah yang menghubungkan dinding rahim dengan plasenta juga putus. Akibatnya, sel-sel darah merah bayi dapat masuk ke dalam jumlah yang lebih besar. Selanjutnya, 48-72 jam setelah persalinan atau keguguran, tubuh ibu dirangsang lagi untk memproduksi zat antibodi/antirhesus lebih banyak lagi. Kelak saat ibu mengandung lagi, zat antibodi/antirhesus di tubuh ibu akan menembus plasenta dan menyerang sel darah merah janin.
Produksi antibodi ini sama seperti produksi antibodi pada umumnya bila ada zat asing masuk dalam tubuh. Sekali ada makhluk asing yang sudah dikenali, maka antibodi akanmelindungi ibu agar bila zat asing itu muncul kembali, tubuh ibu dapat menyerang dan menghancurkannya. Proses ini terjadi demi keselamatan ibu sendiri. Namun, kadar antibodi atau antirhesus pada setiap ibu tidak sama. Ada yang rendah, ad ayang tinggi. Yang gawat, bila antibody kadarnya tinggi. Dalam kondisi ini, janin harus dipantau dengan alat ultrasonografi. Dokter akan memanatu masalah pad apernapasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat rendahnya sel darah merah. Kadang-kadang lalu diputuskan persalinan lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan di luar rahim.
Yang harus dilakukan:
1. Periksa kesehatan sebelummenikah. anjuran "klasik" ini sangat berguna untuk kasus-kasus penyait genetik seperti ini. namun bila sebelum menikah And adan pasangan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan darah, termasuk rhesus, lakukan segera saat hamil.
2. Bila rhesus darah Anda beda dengan suami, dokter bisa memberikan tindakan pencegahan terbentuknya zat antirheus dengan obat anti-Rhogama globulin (RhoGAM) atau Rh Immunuglobulin. RhoGAM disuntikkan pad ausia kehamilan 28 minggu dan saat persalinan.
3. Bila ibu mempunyai rheusu negatif, atau ketidakcocokan golongan daran antara janin dan ibu baru diketahui usia peraslinan, suntikan RhoGAM untuk ibu sebaiknya diberikan dalam waktu maksimal 72 jam setelah persalinan. rhoGAM efektif hanya berlangsung 12 minggu, sehingga setelah lewat masa tersebut Anda harus mendapat suntikan kembali agar kehamilan berikutnya tidak bermasalah.
Peta rhesus janin.
Ayah Rh +
Ayah Rh -
Ibu Rh +
Janin Rh +
Tidak bermasalah
Janian Rh +
Tidak bermasalah.
Ibu Rh -
Janin Rh +
Akan timbul masalah karenabeda dengan ibu.
Janin Rh –
Tidak bermasalah.
Beda rhesus darah antara ibu dengan janin bisa berakibat fatal bagi janin. Sehingga penting untuk mengenal rhesus darah.
Ada tidaknya antigen (karbohidrat dan protein) dalam sel darah kita. Itulah yang membedakan rhesus positif dan rhesus negatif. Disebut positif jika ada antigen dalam darah kita, dan bila tak ada disebut rhesus negatif. Kabar baiknya, orang Indonesia yang termasuk ras Asia, kebanyakan dengan rhesus positif. Di seluruh dunia ini, hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif, sehingga bila memerlukan donor darah agak sulit. Rhesus negatif umumnya dijumpai pada orang-orang yang mempunyai garis keturunan Kaukasian (berkulit putih).
Menikah beda rhesus. Masalah akan timbul bila Anda memiliki rhesus negatif kemudian menikah dengan pria yang memiliki rhesus positif. Ketidak samaan ini bisa jadi cikal bakal ketidakcocokan rhesus yang sangat berbahaya bagi bayi. Kehadiran janin di tubuh ibu merupakan benda asing, apalagi jika rhesuf janin tidak sama dengan rhesus ibu. Secara alamiah tubuh bereaksi dengan merangsang sel darah merah berupa zat antibodi/antirhesus untuk melindungi tubuh ibu sekaligus melawan ‘benda sing’ tersebut (janin). Inilah yang menimbulkan anti rhesus (penghancuran sel arah merah) atau hemolitik. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin dlam rahim, atau jika lahir menderita hati yang bengkak, anemia, kuning (jaundice), dan gagal jantung.
Bahaya di Kehamilan Kedua. Perbedaan rhesus antara ibu dan janin tak terlalu berbahaya pada kehamilan pertama. Sebab, kemungkinan terbentuknya zat antirhesus atau antibodi pada kehamilan pertama. Sebab, kemungkinan terbentuknya zat antirhesus atau antibodi pada kelahiran pertama sangat kecil. Kalaupun sampai terbentuk, jumlahnya tidak banyak, sehingga bayi pertama dapat lahir sehat. Pembentukan zat antirhesus baru benar-benar dimulai pada saat proses persalinan (atau keguguran) kehamilan pertama. Saat plasenta lepas, pembuluh-pembuluh darah yang menghubungkan dinding rahim dengan plasenta juga putus. Akibatnya, sel-sel darah merah bayi dapat masuk ke dalam jumlah yang lebih besar. Selanjutnya, 48-72 jam setelah persalinan atau keguguran, tubuh ibu dirangsang lagi untk memproduksi zat antibodi/antirhesus lebih banyak lagi. Kelak saat ibu mengandung lagi, zat antibodi/antirhesus di tubuh ibu akan menembus plasenta dan menyerang sel darah merah janin.
Produksi antibodi ini sama seperti produksi antibodi pada umumnya bila ada zat asing masuk dalam tubuh. Sekali ada makhluk asing yang sudah dikenali, maka antibodi akanmelindungi ibu agar bila zat asing itu muncul kembali, tubuh ibu dapat menyerang dan menghancurkannya. Proses ini terjadi demi keselamatan ibu sendiri. Namun, kadar antibodi atau antirhesus pada setiap ibu tidak sama. Ada yang rendah, ad ayang tinggi. Yang gawat, bila antibody kadarnya tinggi. Dalam kondisi ini, janin harus dipantau dengan alat ultrasonografi. Dokter akan memanatu masalah pad apernapasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat rendahnya sel darah merah. Kadang-kadang lalu diputuskan persalinan lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan di luar rahim.
Yang harus dilakukan:
1. Periksa kesehatan sebelummenikah. anjuran "klasik" ini sangat berguna untuk kasus-kasus penyait genetik seperti ini. namun bila sebelum menikah And adan pasangan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan darah, termasuk rhesus, lakukan segera saat hamil.
2. Bila rhesus darah Anda beda dengan suami, dokter bisa memberikan tindakan pencegahan terbentuknya zat antirheus dengan obat anti-Rhogama globulin (RhoGAM) atau Rh Immunuglobulin. RhoGAM disuntikkan pad ausia kehamilan 28 minggu dan saat persalinan.
3. Bila ibu mempunyai rheusu negatif, atau ketidakcocokan golongan daran antara janin dan ibu baru diketahui usia peraslinan, suntikan RhoGAM untuk ibu sebaiknya diberikan dalam waktu maksimal 72 jam setelah persalinan. rhoGAM efektif hanya berlangsung 12 minggu, sehingga setelah lewat masa tersebut Anda harus mendapat suntikan kembali agar kehamilan berikutnya tidak bermasalah.
Peta rhesus janin.
Ayah Rh +
Ayah Rh -
Ibu Rh +
Janin Rh +
Tidak bermasalah
Janian Rh +
Tidak bermasalah.
Ibu Rh -
Janin Rh +
Akan timbul masalah karenabeda dengan ibu.
Janin Rh –
Tidak bermasalah.
Subscribe to:
Posts (Atom)