Judul Buku: Keindahan Toleransi dalam Ibadah dan Budaya
Bab 1: Teks Hadis Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Aku melihat Rasulullah ﷺ menghalangiku ketika aku sedang melihat orang-orang Habasyah tengah bermain di dalam masjid." (Muttafaq 'Alaihi)
Bab 2: Sebab Hadis Ini Disebutkan Hadis ini terjadi ketika orang-orang Habasyah (Ethiopia) sedang bermain tombak sebagai bentuk pertunjukan budaya di dalam masjid Nabawi saat hari raya. 'Aisyah radhiyallahu 'anha tertarik dan Rasulullah ﷺ menemaninya, bahkan melindunginya dari keramaian agar ia bisa menyaksikan permainan tersebut dengan nyaman. Ini adalah bagian dari akhlak Rasulullah ﷺ yang lembut, peka terhadap perasaan, dan memberikan kebebasan dalam batas syariat.
Bab 3: Penjelasan dan Hakekat Hadis Hadis ini mengajarkan:
- Toleransi budaya dalam Islam selama tidak bertentangan dengan syariat.
- Kelembutan dan perhatian Nabi kepada keluarganya.
- Masjid bukan hanya tempat ritual, tapi juga pusat sosial umat.
- Islam tidak mematikan ekspresi seni dan budaya yang sehat.
Bab 4: Ayat Al-Qur'an yang Relevan QS Al-A'raf: 199 خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ Latin: Khudzil ‘afwa wa’mur bil ‘urfi wa a‘rid ‘anil jaahiliin. Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
Tafsir Singkat: Allah memerintahkan kelembutan dan pengertian dalam berdakwah. Hal ini relevan dengan sikap Rasulullah ﷺ dalam membimbing umat tanpa kekerasan, bahkan dalam konteks budaya seperti permainan orang Habasyah di masjid.
Bab 5: Relevansi dengan Kehidupan Modern
- Masjid sebagai pusat kegiatan sosial tetap relevan, misalnya untuk edukasi, seni Islami, atau kegiatan budaya selama tidak keluar dari syariat.
- Islam bukan agama kaku. Ia memberi ruang untuk seni, budaya, dan ekspresi.
- Perlu meneladani cara Rasulullah ﷺ yang lembut dalam membina keluarga dan memahami keingintahuan istri.
Bab 6: Nasehat Para Ulama dan Sufi
-
Hasan al-Bashri: "Ilmu tanpa kelembutan adalah kekerasan yang menyesatkan. Lihatlah bagaimana Nabi ﷺ memadukan keduanya dalam membimbing umat."
-
Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cinta sejati adalah memberi kebebasan, bukan membelenggu. Rasulullah ﷺ memberi ruang bagi Aisyah untuk melihat dan merasakan. Itu cinta."
-
Abu Yazid al-Bistami: "Luasnya Islam bukan pada kata-kata, tapi pada ruang yang diberi untuk hidup dan bergerak menuju Allah."
-
Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf bukan mengurung diri dari dunia, tapi menyucikan niat di tengah dunia. Orang Habasyah bermain di masjid, tapi dengan niat gembira dalam ketaatan."
-
Al-Hallaj: "Bila cinta mengisi hati, maka semua yang terjadi dalam batas syariat menjadi bentuk ibadah."
-
Abu Hamid al-Ghazali: "Agama ini tidak bertentangan dengan budaya, selama budaya itu tidak merusak akidah dan syariat. Maka peliharalah keduanya dengan hikmah."
-
Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Patuhi syariat, lalu berjalanlah dengan ruh kelembutan. Masjid bisa menjadi taman hati bila dipenuhi cahaya cinta, bukan sekadar aturan."
-
Jalaluddin Rumi: "Jangan tutup pintu masjid hanya untuk ritual. Biarkan ia terbuka bagi tarian ruh yang rindu kepada Allah, seperti anak-anak Habasyah itu."
-
Ibnu ‘Arabi: "Setiap ruang yang diisi dengan niat baik adalah mihrab. Bahkan permainan jika diniatkan untuk kebaikan bisa menjadi dzikir."
-
Ahmad al-Tijani: "Kebahagiaan jiwa dalam ibadah seringkali datang lewat jalan yang lembut. Rasulullah ﷺ telah menunjukkan adab tersebut kepada kita."
Penutup: Hadis ini menjadi jendela bahwa Islam adalah agama yang memberi ruang seluas-luasnya bagi kemanusiaan, cinta, dan budaya. Menjadi Muslim bukan berarti mematikan rasa, tapi menyelaraskannya dengan nur Ilahi.
Sudah saya buatkan buku berjudul “Keindahan Toleransi dalam Ibadah dan Budaya” berdasarkan hadis dari Sayyidah ‘Aisyah tentang permainan orang Habasyah di masjid. Buku ini mencakup:
- Hadis dan sebabnya
- Penjelasan dan hakekat
- Ayat Qur'an pendukung beserta tafsirnya
- Relevansi zaman sekarang
- Nasehat dari 10 tokoh sufi besar
-------
No comments:
Post a Comment