Saturday, June 28, 2025

Kitab Bidayatul Hidayah.

 


Nama kitab: Terjemah kitab Bidayatul Hidayah (Bidayah Al-Hidayah)

Judul kitab asal: بداية الهداية للإمام الغزالي

Penulis: Imam Ghazali.

Nama lengkap: Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Thusi (أبو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي)

Lahir: 1058 M / 450 H

Asal: Tous, Iran

Wafat: 19 Desember 1111 Masehi (usia 53) atau tahun 505 Hijriah

Bidang studi: Tasawuf, akhlak, sufi, tarekat

Pengasuh : ustadz ...

https://www.alkhoirot.org/2018/01/terjemah-bidayatul-hidayah-al-ghazali.html

Kitab Nashaihul Ibad



Nama kitab:  Terjemah Nashaihul Ibad, Nashoihul Ibad, Nasaih al-Ibad (kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba)

Judul kitab asal: Nashaih Al-Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibn Hajar Al-Asqalani ( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني)

Ejaan lain:  Nashoih Al-Ibaad

Pengarang: Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي  الجاوي  البنتني الإندونيسي)

Nama yang dikenal di Arab: محمد نووي بن عمر الجاوي

Kelahiran: 1813 Masehi; 1230 H,   Tanara, Banten, Indonesia

Meninggal: 1897 M;  1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M

Penerjemah:

Bidang studi: Tasawuf, Akhlaq

Guru beliau antara lain: Khatib asy-Syambasi, Abdul Ghani Bima, Ahmad Dimyati, Zaini Dahlan, Muhammad Khatib, KH. Sahal al-Bantani, Sayyid Ahmad Nahrawi, Zainuddin Aceh.

Pengasuh : ustadz Maskuri.

Pesantren Darul Falah.

https://www.alkhoirot.org/2023/01/terjemah-nashaihul-ibad.html




Iman, Akhlak, dan Persaudaraan dalam Islam.

 


Buku: Iman, Akhlak, dan Persaudaraan dalam Islam


Bab 1: Siapa yang Beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, Maka Berbuat Baiklah kepada Tetangganya

Hadis:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat Al-Qur'an Terkait:

Arab:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهٖ شَيْـًٔا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ

Latin:

Wa’budullāha wa lā tusyrikụ bihi syai`aw wa bil-wālidayni iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi...

Arti:

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh..." (QS. An-Nisa’: 36)

Tafsir Ringkas:

Ayat ini menunjukkan bahwa iman kepada Allah harus dibuktikan dengan akhlak sosial yang luhur. Tetangga, baik yang dekat hubungan kekeluargaannya maupun yang jauh, wajib diperlakukan dengan baik.

Relevansi Saat Ini:

Di tengah masyarakat yang semakin individualis, perhatian terhadap tetangga menjadi langka. Padahal, hubungan yang baik dengan tetangga adalah salah satu bentuk nyata dari keimanan.

Nasihat Ulama Sufi:

  1. Hasan al-Bashri: "Jangan engkau merasa kenyang sementara tetanggamu lapar. Imanmu belum sempurna."
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Kasihilah tetanggamu tanpa menanti balasan, karena Allah melihat niat bukan hasil."
  3. Abu Yazid al-Bistami: "Hakikat penghambaan adalah memperhatikan hak tetanggamu sebagaimana kau jaga hak dirimu."
  4. Junaid al-Baghdadi: "Akhlak tertinggi seorang salik adalah ketika tetangganya merasa aman dari lisan dan perbuatannya."
  5. Al-Hallaj: "Kasih kepada makhluk adalah jalan menuju cinta Ilahi. Mulailah dari orang terdekat, yaitu tetanggamu."
  6. Imam al-Ghazali: "Tetangga adalah amanah. Mengganggunya adalah bentuk pengkhianatan iman."
  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Jangan engkau merindukan surga, jika hatimu masih sempit terhadap tetanggamu."
  8. Jalaluddin Rumi: "Rumah tak akan menjadi surga jika hubungan antar tetangga seperti api dan bara."
  9. Ibnu ‘Arabi: "Tetanggamu adalah wajah Tuhan yang kau lihat setiap hari. Perlakukan dia sebagaimana engkau ingin diperlakukan Allah."
  10. Ahmad al-Tijani: "Kebaikan kepada tetangga membuka pintu keberkahan rumahmu."

Bab 2: Tidak Halal Seorang Muslim Mendiamkan Saudaranya Lebih dari Tiga Hari

Hadis:

"Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan (memutus hubungan) dengan saudaranya lebih dari tiga hari." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat Al-Qur'an Terkait:

Arab:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Latin:

Innamal-mu`minụna ikhwatun fa-aṣliḥụ baina akhwaikum wattaqullāha la'allakum turḥamụn

Arti:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)

Tafsir Ringkas:

Allah menyeru agar kaum mukmin memperbaiki hubungan antar mereka. Mendiamkan saudara seiman lebih dari tiga hari menunjukkan lemahnya iman dan membuka pintu dosa.

Relevansi Saat Ini:

Banyak perselisihan antarsesama Muslim yang berlangsung lama, bahkan diwariskan turun-temurun. Padahal, Islam menganjurkan perdamaian dan kasih sayang.

Nasihat Ulama Sufi:

  1. Hasan al-Bashri: "Seutama-utama ibadah setelah shalat adalah memaafkan saudara yang memutusmu."
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cintailah karena Allah, maka kau akan mengerti betapa kecilnya kesalahan saudaramu."
  3. Abu Yazid al-Bistami: "Musuh terbesarmu bukan saudaramu, tapi nafsumu yang enggan memaafkan."
  4. Junaid al-Baghdadi: "Perdamaian adalah jalan utama menuju fana’ dalam cinta Ilahi."
  5. Al-Hallaj: "Siapa yang memutus tali kasih, telah memotong dirinya dari rahmat."
  6. Imam al-Ghazali: "Engkau lebih dekat kepada setan jika engkau menolak damai dengan saudaramu."
  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Lembutkan hatimu sebelum Allah melembutkannya dengan ujian."
  8. Jalaluddin Rumi: "Jalan kembali ke Allah selalu terbuka—begitu juga jalan kembali kepada saudaramu."
  9. Ibnu ‘Arabi: "Setiap manusia adalah pantulan dari Cinta-Nya. Maka berdamailah, karena kau sedang mendamaikan Tuhan dalam dirimu."
  10. Ahmad al-Tijani: "Jangan simpan dendam, karena hati yang penuh luka tak layak menampung nur Ilahi."

Penutup:

Iman bukan hanya keyakinan dalam hati, tapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata dalam kehidupan sosial. Berbuat baik kepada tetangga dan menjaga hubungan baik dengan sesama saudara Muslim adalah jalan menuju ridha Allah dan surga-Nya.


Sumber: Al-Qur’an al-Karim, Kutub Sittah, dan maqalat para ulama tasawuf

Disusun oleh: Djoko Ekasanu

Untuk: Pembelajaran dan pengamalan umat

Berikut ini buku telah saya buat berjudul "Iman, Akhlak, dan Persaudaraan dalam Islam", yang membahas dua hadis penting tentang tetangga dan persaudaraan sesama Muslim, dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur'an, tafsir, relevansi kekinian, serta nasihat dari 10 ulama sufi besar.

-----

Buku: Ngobrolin Iman dan Persaudaraan ala Anak 80an


Bab 1: Kalau Kamu Ngerasa Beriman, Yuk Berbuat Baik Sama Tetangga

Hadis:

"Siapa yang percaya sama Allah dan hari kiamat, mendingan deh, baik-baikin tetangganya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat Al-Qur'an Terkait:

Arab:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهٖ شَيْـًٔا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ

Latin:

Wa’budullāha wa lā tusyrikụ bihi syai`aw wa bil-wālidayni iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi...

Arti:

"Sembahlah Allah dan jangan nyekutuin Dia sama sekali. Terus berbuat baiklah ke orang tua, saudara, anak yatim, orang susah, tetangga dekat, dan tetangga jauh..." (QS. An-Nisa’: 36)

Ngobrol Santainya:

Jadi gini sob, iman itu nggak cuma soal hati doang. Tapi juga gimana kita hidup bareng orang lain, terutama tetangga. Lo nggak bisa bilang beriman kalau tiap hari ribut sama tetangga cuma gara-gara parkir motor.

Kenapa Penting di Zaman Sekarang?

Sekarang tuh hidup makin sibuk, tetangga sebelah aja kadang nggak kenal. Padahal, kalau lo mau tenang hidupnya, mulai deh dari nyapa tetangga. Minimal senyum, ngasih makanan kalau lagi masak banyak, bantuin kalau dia butuh.

Petuah dari Para Orang Bijak:

  1. Hasan al-Bashri: "Lo nggak keren kalau makan enak, tapi tetanggamu kelaparan."
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Sayangi tetanggamu, jangan mikir untung rugi."
  3. Abu Yazid al-Bistami: "Kalau lo ngaku hamba Allah, ya jaga perasaan tetanggamu."
  4. Junaid al-Baghdadi: "Orang yang bener tuh, yang tetangganya adem lihat tingkah lakunya."
  5. Al-Hallaj: "Cinta Allah itu keliatan dari gimana lo memperlakukan orang terdekat, termasuk tetangga."
  6. Imam al-Ghazali: "Ngeribetin tetangga itu tanda iman lo perlu diperiksa lagi."
  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Mau surga? Mulai dari gak bikin sebel tetangga lo."
  8. Jalaluddin Rumi: "Rumah lo nggak bakal tentram kalau tetangganya merasa terganggu."
  9. Ibnu ‘Arabi: "Tetanggamu itu cermin Tuhan juga. Perlakukan dia kayak lo mau diperlakukan Tuhan."
  10. Ahmad al-Tijani: "Baik ke tetangga = rumah lo penuh berkah."

Bab 2: Jangan Diam-diaman Sama Teman Lebih dari 3 Hari, Ya

Hadis:

"Gak boleh ya, seorang Muslim nge-diemin temannya lebih dari 3 hari." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat Al-Qur'an Terkait:

Arab:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Latin:

Innamal-mu`minụna ikhwatun fa-aṣliḥụ baina akhwaikum wattaqullāha la'allakum turḥamụn

Arti:

"Orang beriman itu saudaraan, jadi damaiin deh kalau ada yang berantem. Takutlah sama Allah biar dapet rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)

Ngobrol Santainya:

Kadang kita kesel, terus ngambek sama temen. Tapi Islam ngajarin: maksimal 3 hari. Lebih dari itu? Lo udah nyimpen dosa. Gengsi sih boleh, tapi jangan sampe iman jadi taruhannya.

Konteks Hari Ini:

Banyak yang musuhan bertahun-tahun cuma gara-gara status WA, utang receh, atau dikatain waktu SD. Padahal hidup nggak panjang, jangan disia-siain buat musuhan.

Petuah dari Para Orang Bijak:

  1. Hasan al-Bashri: "Memaafkan itu keren banget setelah shalat."
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Kalau cinta karena Allah, ya maafin juga karena Allah."
  3. Abu Yazid al-Bistami: "Musuh terbesar lo bukan orang lain, tapi ego lo yang keras kepala."
  4. Junaid al-Baghdadi: "Damaiin hati, lo bakal ngerasain kedamaian Ilahi."
  5. Al-Hallaj: "Yang mutusin silaturahmi, udah mutusin jalan rahmat."
  6. Imam al-Ghazali: "Makin jauh dari damai, makin deket lo sama godaan setan."
  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Lembutkan hati lo dulu, jangan tunggu Allah lembutin lewat musibah."
  8. Jalaluddin Rumi: "Pulang ke Allah itu gampang, sama juga kayak baikan sama temen."
  9. Ibnu ‘Arabi: "Lo lagi nyembuhin Tuhan di hatimu saat lo berdamai."
  10. Ahmad al-Tijani: "Dendam bikin hati sempit, padahal Allah cuma masuk ke hati yang lapang."

Penutup:

Iman itu bukan cuma di hati, tapi juga di laku. Yuk, mulai sekarang perbaiki hubungan sama tetangga dan temen. Jangan baperan, jangan gengsian. Jadiin hidup kita lebih ringan dan lebih bermakna.


Disusun oleh: Djoko Ekasanu, ala ngobrol santai

Untuk: Teman-teman yang pengen Islam jadi bagian hidup, bukan sekadar identitas.


Kitab Miatu hadisy syarifah.



Pengasuh ustadz : Zaenal.

Masjid Nurul Huda.

https://alifbraja.wordpress.com/2012/10/02/100-nasehat-hadist-syarif/

Sabtu, 28 juni 2025 : No. 25-26.



Siapa yang ber-iman kepada Allah dan hari qiyamat, maka sebaiknya berbuat baik terhadap tetangganya.

 Tidak lah halal orang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga hari.

Coba buatkan buku tentang tersebut diatas dengan disertai ayat quran arabnya, latinnya, artinya, tafsirnya, relevansinya dengan keadaan sekarang, jangan lupa berikan nasehat nasehat dari :

  1. Hasan al-Bashri.
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah.
  3. Abu Yazid al-Bistami.
  4. Junaid al-Baghdadi.
  5. Al-Hallaj .
  6. Abu Hamid al-Ghazali
  7. Abdul Qadir al-Jailani
  8. Jalaluddin Rumi .
  9. Ibnu ‘Arabi.
  10. Ahmad al-Tijani. 


Membaca Al-Qur'an Tanpa Amalan: Ancaman dan Peringatan.

 


Judul Buku: Membaca Al-Qur'an Tanpa Amalan: Ancaman dan Peringatan

Pengantar Membaca Al-Qur'an adalah amal mulia, tetapi Al-Qur'an bukan hanya untuk dibaca, melainkan juga untuk diyakini, direnungkan, dan diamalkan. Dalam sejarah Islam, banyak peringatan keras bagi mereka yang hanya membaca tanpa mengamalkan isi kandungannya. Buku ini mencoba mengangkat ancaman tersebut melalui dalil-dalil Qur'ani, hadis, serta pandangan ulama dan sufi besar.


Bab 1: Ancaman Bagi Pembaca Al-Qur’an yang Mengabaikan Halal dan Haram

Hadis Peringatan:

"Demi Dzat Yang Menguasai diri Muhammad, sesungguhnya Malaikat Zabaniyyah itu lebih mendahulukan menyambar orang-orang yang hafal Alqur-an daripada para penyembah patung..."

Penjelasan: Hadis ini memperingatkan bahwa hafalan atau bacaan tanpa amal justru bisa menjadi sebab kehancuran spiritual.


Bab 2: Ayat dan Tafsir Terkait

Q.S. Al-Jumu’ah: 5

Arab: مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًۭا

Latin: Matsalul-ladzīna ḥummilụt-Taurāta summa lam yaḥmilụhā ka-matsalil-ḥimāri yaḥmilu asfārā

Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Kitab Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal."

Tafsir Singkat: Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa orang-orang ini mengetahui isi kitab, tetapi tidak mengamalkannya. Maka mereka diumpamakan seperti binatang yang tidak paham beban yang dipikulnya.


Bab 3: Relevansi di Masa Kini Banyak orang mengkhatamkan Al-Qur’an berkali-kali, tetapi tetap melakukan riba, menipu, atau melanggar hak-hak manusia. Bacaan yang tidak mengubah sikap hanyalah rutinitas kosong. Kita melihat fenomena hafalan Al-Qur’an dijadikan prestise, tapi perilaku tak mencerminkan nilai-nilainya.


Bab 4: Nasehat Para Ulama dan Sufi

  1. Hasan al-Bashri: "Ilmu bukan dengan banyaknya riwayat, tapi siapa yang takut kepada Allah, dialah yang alim."

  2. Rabi’ah al-Adawiyah: "Aku tidak menyembah Allah karena takut neraka atau ingin surga, tapi karena cinta. Yang membaca Al-Qur’an tanpa cinta, hanya akan lelah tanpa buah."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Jangan baca Al-Qur’an dengan lidahmu saja, tapi dengan hatimu. Jika tidak, maka Al-Qur’an akan menjadi hujjah atas dirimu, bukan syafaat."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Al-Qur’an itu samudera. Yang berenang dengan ilmu dan amal akan selamat, yang hanya terapung dengan suara akan tenggelam."

  5. Al-Hallaj: "Huruf-huruf Al-Qur’an adalah jasad, ruhnya adalah pengamalan. Siapa yang hanya memeluk jasad tanpa ruh, dia mati."

  6. Imam al-Ghazali: "Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, amal tanpa ilmu adalah kesesatan. Bacaan Al-Qur’an tanpa keduanya adalah tipuan nafsu."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Orang yang membaca Al-Qur’an tapi menuruti hawa nafsunya adalah seperti orang yang menyalakan lentera lalu menutup matanya sendiri."

  8. Jalaluddin Rumi: "Al-Qur’an itu seperti seruling ilahi. Ia tak akan mengeluarkan nada bagi hati yang tertutup."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Al-Qur’an hanya akan membuka rahasia-Nya pada hati yang suci dari dunia dan siap tunduk pada Tuhan."

  10. Ahmad al-Tijani: "Barangsiapa membaca Al-Qur’an tanpa membersihkan hatinya, maka dia telah menjadikan Al-Qur’an sebagai saksi atas kejahatannya sendiri."


Penutup Bacalah Al-Qur’an dengan niat untuk memperbaiki diri. Renungkan dan amalkan. Jangan jadikan bacaanmu hanya sebagai hiasan tanpa penerapan. Karena sebaik-baik bacaan adalah yang mengubah hati dan hidup.

Doa اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قُلُوبِنَا وَنُورَ صُدُورِنَا

"Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami dan cahaya dalam dada kami."


Lampiran: Cerita hikmah tentang orang yang rajin membaca Al-Qur’an tetapi jatuh dalam kemaksiatan, serta bagaimana dia tersadar setelah membaca satu ayat dan menangis semalaman hingga tobatnya diterima.

Berikut adalah naskah buku yang membahas tentang pembaca Al-Qur'an yang mengabaikan halal dan haram, lengkap dengan ayat, tafsir, relevansi zaman kini, serta nasihat dari 10 tokoh sufi dan ulama besar. 

-------

Berikut versi dengan gaya bicara santai tapi tetap punya kedalaman makna:


Judul: Ngaji Tapi Nggak Ngalamin: Bahaya Baca Qur'an Tanpa Aksi

Kata Pengantar
Baca Qur’an itu keren, tapi lebih keren lagi kalau isi Qur’an itu nyambung ke hati dan ngaruh ke laku. Banyak orang rajin ngaji, tapi kelakuannya jauh dari isi Qur’an. Nah, buku ini ngajak kita buat ngaca: jangan sampe jadi ‘ahli Qur’an’ yang cuma hafal doang tapi nggak ngejalanin isinya.


Bab 1: Ngaji Tapi Nggak Ngamalin, Emang Bisa Celaka?

“Demi Allah, para Malaikat Zabaniyyah itu lebih cepet nyamber orang yang hafal Qur’an tapi nggak ngamal daripada nyamber penyembah berhala.”

Sangar, ya? Ini bukan cuma peringatan biasa. Buat kita yang udah kenal Qur’an, justru tanggung jawabnya lebih gede. Kalau cuma dibaca, tapi nggak bikin kita takut maksiat, itu namanya bahaya!


Bab 2: Qur’an Itu Bukan Cuma Bacaan

“Perumpamaan orang yang dikasih kitab, tapi nggak ngejalanin, kayak keledai bawa buku berat.”
(Q.S. Al-Jumu’ah: 5)

Gaya doang banyak baca, tapi kelakuan nggak berubah. Ya cuma capek aja. Qur’an itu pegangan hidup, bukan sekadar bahan bacaan atau quotes buat status.


Bab 3: Realita Hari Ini

Zaman sekarang, banyak yang viral karena tilawahnya cakep, suara merdunya dipuji, tapi sayang, pas di kehidupan nyata malah main riba, nyakitin orang, atau hidup hedon tanpa mikir halal-haram. Ini yang bikin Qur’an kayak jadi “hiasan”, bukan “petunjuk jalan”.


Bab 4: Wejangan Para Guru Jiwa

  • Hasan al-Bashri:
    “Yang disebut alim itu bukan yang pinter ngomong, tapi yang takut banget sama Allah.”

  • Rabi‘ah al-Adawiyah:
    “Gue nggak ibadah karena pengen surga atau takut neraka, tapi karena cinta. Kalau baca Qur’an nggak karena cinta, ya cuma capek doang.”

  • Abu Yazid al-Bistami:
    “Jangan cuma nyanyi Qur’an pakai mulut. Pakein juga ke hati. Kalau nggak, Qur’an justru bisa jadi tuntutan buat lo sendiri.”

  • Junaid al-Baghdadi:
    “Qur’an itu kayak samudra. Yang selam pake ilmu dan amal selamat. Yang cuma pamer suara? Bisa tenggelam.”

  • Al-Hallaj:
    “Huruf Qur’an itu jasad, amalnya itu nyawa. Baca doang tanpa amal, itu mayat hidup.”

  • Imam Ghazali:
    “Ilmu tanpa amal itu gila, amal tanpa ilmu itu sesat. Ngaji doang tapi nggak jalanin? Itu kerjaan nafsu.”

  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani:
    “Yang baca Qur’an tapi masih ngejar dunia dan hawa nafsu, kayak orang nyalain senter tapi nutup matanya sendiri.”

  • Jalaluddin Rumi:
    “Qur’an itu seruling Tuhan. Tapi kalau hati lo kedap suara, lo nggak bakal denger apa-apa.”

  • Ibnu ‘Arabi:
    “Qur’an bakal buka rahasianya cuma buat hati yang bersih dan nurut.”

  • Ahmad al-Tijani:
    “Yang baca Qur’an tapi hatinya kotor, itu Qur’an bakal jadi bukti yang nyeret dia sendiri.”


Penutup: Saatnya Ngaji, Ngalamin, dan Ngebuktiin

Ngaji Qur’an itu bukan buat gaya, tapi buat jadi kompas hidup. Kita nggak butuh hafalan kalau nggak ada perubahan. Saatnya mulai benerin niat, bersihin hati, dan jadiin Al-Qur’an bukan cuma bahan bacaan, tapi gaya hidup.