Hubungi Kami

Saturday, July 19, 2025

Jangan Sebut Aib Orang Lain, Jika Masih Punya Aib Sendiri.

 


Judul: Jangan Sebut Aib Orang Lain, Jika Masih Punya Aib Sendiri

Hadis Utama: "Apabila engkau ingin menyebut kejelekan-kejelekan orang lain, ingatlah kejelekan-kejelekan dirimu."
(HR. Ar-Rafi'i)


Sebab Hadis Ini Disampaikan

Hadis ini diriwayatkan dalam konteks peringatan Rasulullah ﷺ kepada umatnya yang gemar membicarakan aib orang lain, padahal mereka sendiri tak luput dari kekurangan. Pada masa itu, sebagian orang mudah menjelekkan orang lain di hadapan publik atau diam-diam, padahal dalam dirinya sendiri masih penuh dosa dan kekurangan. Maka Rasulullah ﷺ mengingatkan dengan lembut dan penuh hikmah: sebelum melihat orang lain, lihat dulu ke dalam diri.


Penjelasan dan Hakikat Makna Hadis

Hadis ini adalah tamparan lembut bagi siapa pun yang tergoda untuk menjadi hakim atas kehidupan orang lain. Ia mengajarkan:

  1. Introspeksi diri lebih utama daripada mencari kesalahan orang lain.
  2. Mengumbar aib orang lain hanya akan membuka aib diri sendiri di sisi Allah.
  3. Menjaga lisan adalah bentuk ketaqwaan.

Ayat Al-Qur'an yang Mendukung

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا
_"Wa lā tajassasụ, wa lā yaghtab ba'ḍukum ba'ḍā."

Artinya:
"Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah menggunjing satu sama lain." (QS. Al-Hujurat: 12)

Tafsir Ringkas:
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah melarang umat Islam untuk mengorek-ngorek aib orang lain, karena itu adalah sikap yang tidak beretika dan menimbulkan kebencian serta perpecahan. Tafsir Al-Muyassar juga menegaskan bahwa menggunjing seperti memakan daging saudaranya sendiri.


Relevansi dengan Keadaan Sekarang

Di era media sosial, semua orang seperti punya panggung untuk berbicara. Sayangnya, tidak sedikit yang menggunakannya untuk menyebar gosip, fitnah, dan membuka aib orang lain. Padahal:

  • Menjelekkan orang di kolom komentar, status, atau konten hanya menunjukkan kualitas hati.
  • Dunia serasa bebas beropini, tapi lupa bahwa setiap kata akan dimintai pertanggungjawaban.

Nasihat Para Ulama Sufi dan Arif Billah

  1. Hasan al-Bashri:
    "Orang beriman itu lebih sibuk dengan aib dirinya, sedang orang munafik sibuk dengan aib orang lain."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah:
    "Jika hatimu penuh cinta kepada Allah, engkau takkan sempat membenci ciptaan-Nya."

  3. Abu Yazid al-Bistami:
    "Siapa yang mengenal dirinya, akan sibuk membersihkan hatinya, bukan memperkeruh aib orang lain."

  4. Junaid al-Baghdadi:
    "Tasawuf adalah mematikan hawa nafsu, dan nafsu terbesar adalah merasa lebih baik dari orang lain."

  5. Al-Hallaj:
    "Aku malu menampakkan aib orang lain, sedang aku sendiri penuh dengan cacat di hadapan-Nya."

  6. Abu Hamid al-Ghazali:
    "Lidah itu bisa menjadi penyebab masuk neraka, karena apa yang dibicarakan lebih cepat menyakiti daripada tangan."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani:
    "Bila engkau melihat aib pada saudaramu, tutuplah dan doakan ia, karena menutup aib orang lain adalah pakaian wali Allah."

  8. Jalaluddin Rumi:
    "Hari ini engkau membicarakan cela orang lain, besok giliranmu akan dibuka oleh Allah di hadapan manusia."

  9. Ibnu ‘Arabi:
    "Hakikat cinta adalah menutupi, bukan membuka. Menyibukkan diri dengan cela orang lain adalah bukti kelalaian dari makrifat."

  10. Ahmad al-Tijani:
    "Jaga dirimu dari lisan yang ringan membuka aib, karena itu bisa menjadi hijab terbesar dalam perjalanan ruhani."


Penutup

Sahabat, daripada kita repot membicarakan buruknya orang lain, lebih baik kita menangisi kekurangan sendiri. Dunia ini terlalu singkat untuk menanam dosa lewat lisan. Mari sibuk memperbaiki diri agar kelak Allah menutupi aib-aib kita di dunia dan akhirat.


Djoko Ekasanu

Berikut buku telah saya susun berjudul "Jangan Sebut Aib Orang Lain, Jika Masih Punya Aib Sendiri". Buku ini memuat hadis, sebab kemunculannya, ayat pendukung, tafsir, relevansi dengan zaman sekarang, serta nasehat dari 10 tokoh besar tasawuf.


📘 Judul:

"Nggak Usah Ribet Ngomongin Aib Orang, Kalau Aib Sendiri Aja Belum Kelar"


🕌 Obrolan Pembuka

Bro, Sis...

Kita hidup di zaman serba cepat. Info orang bisa viral cuma dalam hitungan detik. Kadang tanpa sadar kita ikut nyinyir, ikut komen, ikut gibah—padahal aib kita sendiri aja belum beres. 😶

Pernah denger hadis ini?

“Kalau kamu pengin nyebut-nyebut kejelekan orang lain, coba deh inget-inget dulu aib dirimu sendiri.”
(HR. Ar-Rafi’i)

Kena banget nggak sih? 🥲


🧠 Ngobrol Sebabnya Kenapa Hadis Ini Ada

Waktu itu, banyak orang di sekitar Rasulullah ﷺ yang hobi ngomentarin orang lain. Padahal kadang masalahnya cuma sepele, tapi dibesar-besarin. Ada yang suka buka-buka aib, ada yang suka nyindir diam-diam. Makanya, Nabi ﷺ ngasih peringatan ini. Biar kita sadar: manusia tuh nggak ada yang bersih 100%. Jadi sebelum ngebuka aib orang, buka dulu file dosa sendiri. 🗂️😬


📖 Ada Ayat Qur’an-nya juga lho!

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا
Wa lā tajassasụ, wa lā yaghtab ba'ḍukum ba'ḍā.

Artinya:
“Dan jangan cari-cari kesalahan orang lain, jangan saling gibah (ngomongin dari belakang).”
(QS. Al-Hujurat: 12)

Bahasanya jelas: Stop gibah. Stop jadi FBI buat hidup orang.


🤔 Relevan Nggak Sama Sekarang?

Wah... Sangat!
Hari gini banyak banget yang suka scroll medsos cuma buat nyari celah orang. Padahal nge-scroll aib diri sendiri lebih urgent. Nih contohnya:

  • Ngomentarin dosa orang, padahal diri juga lagi struggle sholat tepat waktu.
  • Nyinyirin penampilan orang, padahal diri juga insecure.
  • Upload postingan “bijak”, tapi kolom komentar isinya nyakitin orang. 😶

💡 Nasehat-nasehat Bijak dari Para Ahli Hati

  1. Hasan al-Bashri:
    “Orang beriman tuh sibuk sama aibnya sendiri. Yang sibuk ngomongin orang itu... biasanya hatinya bolong.”

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah:
    “Kalau cinta sama Allah udah penuh di hati, kamu bakal males banget nyakitin makhluk-Nya.”

  3. Abu Yazid al-Bistami:
    “Kenali dirimu. Karena waktu kamu sibuk ‘bersih-bersih hati’, kamu nggak sempet ngotori orang lain.”

  4. Junaid al-Baghdadi:
    “Nafsu paling berbahaya itu... ngerasa paling benar.”

  5. Al-Hallaj:
    “Aku malu lihat kekurangan orang, karena aku sadar aku sendiri masih banyak cacat.”

  6. Al-Ghazali:
    “Lidah itu kecil, tapi bisa nganter ke neraka kalau nggak dijaga.”

  7. Abdul Qadir al-Jailani:
    “Kalau kamu tutup aib orang, Allah yang bakal tutupin aib kamu di hari penghakiman.”

  8. Jalaluddin Rumi:
    “Kamu nyinyirin orang hari ini? Besok bisa jadi giliran aib kamu yang ke-expose.”

  9. Ibnu Arabi:
    “Orang yang kenal Allah nggak akan sibuk cari-cari salah orang lain.”

  10. Ahmad al-Tijani:
    “Lidah yang doyan ngomongin aib orang itu salah satu hijab terbesar buat deket sama Allah.”


🎯 Intinya?

Sibuk urusin diri sendiri itu jauh lebih bermanfaat ketimbang urusin hidup orang lain. Dunia ini bukan tempat buat adu siapa yang paling bersih, tapi tempat buat saling bantu bersih-bersih.

Kalau hari ini kamu bisa nahan lisan dari nyakitin orang, itu udah pencapaian besar!


📝 Penutup

Bro sis, kita ini masih belajar. Jadi yuk sama-sama jaga lisan, jaga hati. Jangan jadi orang yang viral karena gibah, tapi jadilah orang yang dicintai Allah karena menjaga kehormatan orang lain.

“Kalau kamu nggak bisa jadi penyejuk, minimal jangan jadi pembakar.”

🙏
Salam introspeksi,
Djoko Ekasanu



No comments:

Post a Comment