Hubungi Kami

Saturday, March 8, 2025

Jangan Lupa dan Sia Sia

 Penyakit ilmu adalah lupa dan penyia-nyiaannya ialah bila engkau menyampaikannya kepada orang yang bukan ahlinya. (Hadits riwayat ibnu Abi Syaibah).

Hadis ini memiliki makna mendalam dalam perspektif tasawuf, terutama terkait dengan hakikat ilmu, adab dalam menuntut dan menyampaikan ilmu, serta penjagaan ilmu dari penyia-nyiaan.


1. Ilmu sebagai Cahaya dan Amanah

Dalam tasawuf, ilmu bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga cahaya (nur) yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa ilmu sejati adalah ilmu yang membawa seseorang kepada ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah).

  • Lupa sebagai Penyakit Ilmu
    Dalam tasawuf, lupa bukan hanya sekadar kehilangan ingatan, tetapi bisa juga terjadi karena kurangnya amal dan ketidaksucian hati. Hati yang dikuasai oleh dunia, hawa nafsu, dan kelalaian akan membuat seseorang mudah lupa terhadap ilmu yang pernah ia pelajari. Oleh karena itu, para sufi selalu berusaha membersihkan hati dengan dzikrullah, karena dzikir adalah sarana menjaga ilmu dalam hati.

  • Menyia-nyiakan Ilmu
    Ilmu yang tidak diamalkan akan hilang, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
    "Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal..." (QS. Al-Jumu’ah: 5).
    Dalam tasawuf, ilmu bukan hanya untuk dipelajari, tetapi harus diamalkan dan dijaga adabnya.


2. Ilmu Harus Disampaikan kepada Ahlinya

Hadis ini juga mengajarkan pentingnya menjaga ilmu dari orang yang tidak berhak menerimanya. Dalam tasawuf, ada konsep sir (rahasia spiritual) yang hanya diberikan kepada orang-orang yang benar-benar siap menerimanya.

  • Ilmu Laduni dan Hikmah Batin
    Para sufi meyakini bahwa ilmu bukan hanya berbentuk teks, tetapi juga ilmu laduni—ilmu yang Allah ilhamkan ke dalam hati orang-orang pilihan. Ilmu ini tidak bisa diajarkan kepada sembarang orang, karena dikhawatirkan akan disalahgunakan atau justru menyesatkan orang yang belum siap menerimanya.
    Contoh: Imam Ali pernah berkata, "Aku memiliki banyak ilmu, namun aku khawatir bila aku menyampaikannya kepada orang yang tidak memahami, maka mereka akan mendustakan aku."

  • Adab dalam Menyampaikan Ilmu
    Dalam tasawuf, ilmu harus diajarkan dengan penuh hikmah dan adab. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah berkata, "Ilmu itu seperti makanan, ia harus diberikan sesuai kadar kebutuhan orang yang menerimanya."
    Jika ilmu disampaikan kepada orang yang tidak layak, bisa jadi malah menimbulkan kesombongan, kesesatan, atau perdebatan yang sia-sia.


3. Penyakit Ilmu dalam Tasawuf

Dalam dunia tasawuf, ilmu bisa menjadi penyakit bila tidak dikelola dengan baik. Beberapa penyakit ilmu yang dijelaskan dalam tasawuf adalah:

  1. Lupa Ilmu karena Tidak Diamalkan
    Imam al-Ghazali menyatakan bahwa ilmu yang tidak diamalkan akan menghilang dari hati, sebagaimana air yang dibiarkan akan menguap.

  2. Menuntut Ilmu untuk Kesombongan
    Ilmu yang tidak diiringi dengan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dapat menjadikan seseorang sombong dan merasa lebih tinggi dari orang lain.

  3. Menyampaikan Ilmu kepada Orang yang Tidak Berhak
    Ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, penyalahgunaan, atau bahkan penghinaan terhadap ilmu. Para sufi selalu selektif dalam menyampaikan ilmu, terutama ilmu yang berkaitan dengan hakikat dan makrifat.


4. Kesimpulan

Hadis ini memberikan pelajaran penting dalam tasawuf:

Ilmu harus dijaga dengan amal dan dzikir, agar tidak mudah dilupakan.
Ilmu adalah amanah, sehingga tidak boleh diberikan kepada orang yang tidak berhak atau belum siap menerimanya.
Ilmu harus dibarengi dengan adab, agar tidak menimbulkan kesombongan atau kesesatan.
Ilmu sejati adalah yang membawa seseorang semakin dekat kepada Allah, bukan sekadar wawasan intelektual semata.

Dalam tasawuf, ilmu bukan hanya tentang mengenal sesuatu, tetapi tentang mengenal Allah (ma’rifatullah) dan membawa hati menuju kebersihan serta ketundukan kepada-Nya.

No comments:

Post a Comment